Techverse.asia - Setelah pengujian selama berbulan-bulan, TikTok akhirnya meluncurkan produk e-commerce-nya yakni TikTok Shop di Amerika Serikat (AS), yang mana aplikasi ini tercatat punya lebih dari 150 juta pengguna. Sebagai bagian dari peluncuran, perusahaan menghadirkan fitur-fitur seperti tab toko khusus di layar beranda, belanja video langsung, iklan yang dapat dibeli, dan program afiliasi untuk pembuat konten.
TikTok telah menguji inisiatif e-commerce-nya di AS sejak November tahun lalu. Selama beberapa bulan terakhir, perusahaan telah menambahkan lebih banyak vendor untuk diuji. ByteDance telah bereksperimen dengan berbagai format belanja di berbagai pasar, seperti Inggris dan banyak negara Asia Tenggara.
“TikTok Shop memberdayakan merek dan kreator untuk terhubung dengan pelanggan yang sangat terlibat berdasarkan minat mereka, dan menggabungkan kekuatan komunitas, kreativitas, dan perdagangan untuk memberikan pengalaman berbelanja yang lancar,” kata perusahaan itu dalam sebuah postingan blog seperti dilihat Techverse.asia, Rabu (13/9/2023).
Baca Juga: Apple Mengumumkan Tingkat Penyimpanan iCloud Plus Baru dan Jadwal Rilis iOS 17
Kreator dapat menandai produk untuk memudahkan pengguna membeli sesuatu dari video dalam feed dan video langsung. Merek pun dapat membuat portofolio produk produknya sendiri, yang dapat diakses dari halaman profilnya.
TikTok Shop juga memiliki tab khusus, yang diluncurkan ke pasar lain pada Juni 2023, untuk memungkinkan pengguna mencari berbagai produk, menemukan produk melalui rekomendasi, menelusuri item dalam berbagai kategori, dan mengelola pesanan mereka.
TikTok juga telah menyiapkan saluran afiliasi untuk penjual yang memungkinkan mereka bekerja dengan pembuat konten berdasarkan komisi untuk menjual produk. Selain memungkinkan merek menyimpan produk mereka di platform, ByteDance juga menyediakan solusi logistik di bawah manajemen bertanda “Dipenuhi oleh TikTok,” bersama dengan metode pembayaran yang aman.
TikTok telah lama bermitra dengan Shopify untuk menyediakan solusi belanja bagi bisnis. Perusahaan juga menawarkan integrasi dengan mitra e-commerce seperti WooCommerce, Salesforce Commerce Cloud, BigCommerce, dan Magento; Zendesk, Gorgias dan 1440 untuk layanan pelanggan; Printful, Printify, dan NovaTomato untuk merchandise print-on-demand, Yotpo untuk ulasan; dan layanan pengiriman dengan WeeBee, Flowspace, dan Easyship.
Baca Juga: Superstar TikTok Khaby Lame Kolaborasi dengan Epic Games, Punya Skin Eksklusif di Fortnite
TikTok mengatakan bahwa pihaknya telah mendaftarkan lebih dari 200 ribu penjual pada produk TikTok Shop. Selain itu, lebih dari 100 ribu pembuat konten telah mendaftar untuk program Afiliasi.
Awal pekan ini, Bloomberg melaporkan bahwa banyak pengguna di AS telah melihat tombol toko di aplikasi mereka. Namun, itu hanya sekedar etalase produk murah atau palsu asal China, tapi eksekutif TikTok mengatakan kepada The New York Times bahwa lebih dari 90 persen penjual di TikTok Shop berbasis di negeri Paman Sam itu.
Di Inggris, ByteDance sudah menjual produk dari anak perusahaannya sendiri di TikTok. Bagian “Trendy Beat” baru ini, yang memulai debutnya pada Juni, dilaporkan menjadi penantang Shein dan Amazon, berdasar laporan Financial Times.
Baca Juga: TikTok Akan Melarang Tautan ke Situs E-commerce Luar seperti Amazon
Di AS, TikTok bertujuan untuk memanfaatkan popularitas tren seperti #TikTokMadeMeBuyIt, dengan tagar dan istilah tersebut mengumpulkan miliaran penayangan. Perusahaan menghadapi persaingan ketat di sektor e-commerce dari Amazon dan Shien, yang kabarnya berencana melakukan IPO.
Pada Agustus lalu, laporan dari The Information mengklaim bahwa TikTok berencana melarang tautan e-commerce pihak ketiga. Kendati demikian, ByteDance membantah klaim tersebut.
Dengan peluncuran TikTok Shop, media sosial ini mungkin mengumpulkan lebih banyak data dari pengguna, termasuk rincian keuangan, pola belanja, dan alamat mereka. Perusahaan dengan cepat menunjukkan bahwa semua data untuk pengguna AS disimpan di negara tersebut dan dikelola oleh USDS — unit terpisah untuk mengelola data AS.
Meskipun begitu, pengumpulan data tambahan mungkin masih menarik perhatian dari anggota parlemen AS, yang banyak di antaranya menyerukan pelarangan aplikasi tersebut.