Teknologi finansial (fintech) mengalami lonjakan yang luar biasa di masa normal baru sebagai dampak ikutan dari pandemi Covid-19.
Selain itu, potensi pertumbuhan pengguna yang tinggi dan peningkatan transaksi digital yang signifikan ke depannya akan mendorong kemajuan fintech.
Laporan East Ventures–Digital Competitiveness Index (EV-DCI) 2023 mengungkap, sektor fintech di Indonesia memiliki masa depan yang menjanjikan, dan diperkirakan akan mendorong nilai transaksi, seperti yang disebutkan dalam. Prospek positif ini berkaitan erat dengan hubungan antara jumlah transaksi digital, literasi keuangan, dan inklusi keuangan.
indeks transaksi dan literasi fintech di Indonesia
(Sumber: Statista-Fintech Indonesia OJK-SNLINK 2022)
Laporan EV-DCI 2023 menunjukkan adanya peningkatan transaksi digital melonjak sebesar 32% dibandingkan 2019.
"Lonjakan ini disertai dengan peningkatan literasi keuangan sebesar 17% dan peningkatan inklusi keuangan sebesar 20%. Data ini mengindikasikan adanya kemajuan, dalam hal kesadaran dan akses terhadap sarana finansial demi stabilitas dan kesejahteraan ekonomi yang lebih baik," tulis laporan yang kami kutip Jumat (22/9/2023).
Literasi keuangan melibatkan pengetahuan, keterampilan, dan kepercayaan diri. Ini selanjutnya membentuk sikap dan perilaku pengambilan keputusan dan perencanaan keuangan yang lebih baik untuk meningkatkan kesejahteraan.
Literasi keuangan membantu individu untuk membuat pilihan yang tepat tentang produk dan layanan yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Sementara inklusi keuangan berarti, individu dan bisnis memiliki akses terhadap produk dan layanan keuangan yang bermanfaat dan terjangkau untuk memenuhi kebutuhan mereka; transaksi, pembayaran, tabungan, kredit, dan asuransi, yang dilakukan secara bertanggung jawab dan berkelanjutan.
Baca Juga: Ada Kesalahan Data Muncul di ChatGPT, OpenAI Diinvestigasi Pemerintah Polandia
Baca Juga: Daftar Sejumlah Perangkat dan Fitur Ramah Anak dari Amazon
Adopsi Digital yang Cepat
- Sistem pembayaran digital
Salah satu pendorong utama kesuksesan fintech di Indonesia adalah adopsi platform pembayaran digital yang cepat.
Platform-platform ini telah menyederhanakan transaksi seperti e-wallet, internet banking, dan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) yang berkontribusi pada pergeseran dari aktivitas keuangan tradisional offline ke online.
"Sebelum pandemi, penggunaan dompet digital hanya sekitar 10%. Namun, sepanjang 2020, terjadi peningkatan persentase penggunaan dompet digital yang cukup signifikan, yaitu mencapai 44%," kata laporan itu lagi.
- Penggunaan e-commerce
Karantina dan pembatasan sosial selama pandemi mempercepat adopsi belanja online, menjadikan e-commerce sebagai sarana untuk konsumen dan bisnis.
Pertumbuhan e-commerce yang luar biasa sebesar 40% YoY dalam e-commerce selama semester pertama tahun 2022. Lebih mengesankan lagi, 53% pengguna e-commerce lebih memilih e-wallet. Artinya, kepercayaan yang semakin meningkat terhadap pembayaran digital.
Tantangan Perkembangan Fintech
Perkembangan fintech di Indonesia menemui sejumlah tantangan. Misalnya saja menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), terdapat kesenjangan sebesar 8,3% antara literasi dan inklusi keuangan di platform fintech.
"Hal ini menandakan bahwa beberapa individu mengetahui layanan fintech, tetapi membutuhkan lebih banyak informasi untuk mengaksesnya," ulas East Ventures.
Kesenjangan dalam literasi keuangan dan inklusi keuangan juga terlihat jelas di beberapa provinsi. Bengkulu, Kalimantan Tengah, dan Sulawesi Tenggara memiliki tingkat inklusi keuangan yang tinggi namun tingkat literasi keuangan yang rendah.
Masyarakat mungkin memiliki akses terhadap produk keuangan, namun mereka membutuhkan pemahaman yang lebih komprehensif, mengenai penawaran produk tersebut.
"Kesenjangan pengetahuan ini membuat mereka terpapar pada risiko dampak bermunculannya pinjaman online (pinjol) ilegal. Antara 2018 dan 2022, pihak berwenang telah menutup setidaknya 4.432 kasus pinjol ilegal, mengindikasi betapa seriusnya masalah ini," ungkap mereka.
Baca Juga: Samsung Galaxy A34 5G, Punya Warna Baru dan Performa GPU yang Ditingkatkan 14 Persen
Perlu Pendekatan Strategis
Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah proaktif untuk mengatasi tantangan ini dengan menerapkan Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia (SNLKI) untuk 2021-2025. Strategi ini bertujuan untuk mencapai inklusi keuangan sebesar 90% pada 2024.
Melalui strategi yang dirumuskan tersebut, pemerintah telah meluncurkan beberapa inisiatif. Antara lain membuat Massive Open Online Courses (MOOC), serta menyediakan kalkulator keuangan di situs web OJK untuk menilai kesehatan keuangan dan menyusun rencana keuangan yang baik.
Baca Juga: Microsoft Resmi Luncurkan Copilot: Gabungkan Konteks dan Kecerdasan Web
Para pemain fintech, termasuk perusahaan dan asosiasi kemudian menyelaraskan inisiatif mereka dengan strategi SNLKI.
Perjalanan menuju inklusi keuangan yang adil melalui fintech di Indonesia ditandai dengan kemajuan, tantangan, dan solusi kolaboratif.
Dengan inisiatif pemerintah yang strategis, pelaku fintech yang inovatif, dan meningkatnya pengguna layanan keuangan digital oleh masyarakat, Indonesia berada di jalur yang tepat untuk menjadi negara yang lebih inklusif dan berdaya secara finansial.