Honor, merek ponsel cerdas yang merupakan hasil pemisahan dari Huawei Technologies, tidak memiliki niat untuk mengembangkan produk system-on-a-chip (SoC) miliknya sendiri.
Kepala eksekutif perusahaan yang berbasis di Shenzhen, George Zhao Ming, menjelaskan pernyataan itu muncul dikarenakan perusahaan tersebut berkeinginan untuk terus menggunakan semikonduktor inti, yang dipasok oleh MediaTek Taiwan dan perusahaan teknologi Amerika Serikat Qualcomm.
Zhao mengatakan, fokus Honor adalah pada chip non-inti seperti C1, perangkat komunikasi frekuensi radio yang dikembangkan sendiri oleh perusahaan, yang dirancang untuk memperkuat sinyal 5G.
Laporan sebuah media di China, chip C1 yang diluncurkan pada Maret, awalnya dibangun ke dalam smartphone seri Magic5 Honor.
"Kami tidak memiliki rencana untuk melakukan pengembangan SoC," kata Zhao usai peluncuran Honor V Purse, dilansir Sabtu (23/9/2023).
Honor V Purse adalah smartphone yang diklaim Honor akan mengawali era baru phone to purse, status barang elektronik sebagai barang konsumer yang trendi.
Menurutnya, setelah meluncurkan V Purse dengan konsep phone to purse, Honor akan mengeksplorasi solusi berkelanjutan yang mengandalkan teknologi ponsel lipat, guna mendukung aktivitas dan merumuskan gaya hidup di masa depan.
V Purse tebalnya kurang dari sembilan milimeter (mm) saat dilipat. Tampilan tersebut membuat ponsel V Purse semakin praktis, maka ponsel inipun mengubah fungsi smartphone lipat menjadi aksesori model phy-gital.
Hal ini tercapai berkat rangkaian always on display (AOD) yang bisa diatur oleh penggunanya. AOD itu dapat meniru tampilan tas tangan, termasuk elemen desain seperti tali rantainya, aksesori tas berbentuk tali bulu, hingga tassel yang ikut bergerak saat ponselnya ikut bergeser.
Baca Juga: Fitur Circle di X Akan Dihapus Mulai 31 Oktober 2023
Kembali ke pembahasan SoC, Zhao menekankan akan pentingnya kemitraan dengan MediaTek dan Qualcomm, dengan menyatakan bahwa kemitraan ini memungkinkan optimalisasi berbasis platform chip untuk ponsel pintar Honor.
Pernyataan Zhao ini berbeda dengan pendekatan yang dilakukan perusahaan induk Honor sebelumnya, Huawei, yang selama ini berupaya mencapai kemandirian dalam pengembangan chip; khususnya dalam menanggapi sanksi teknologi Amerika Serikat.
Huawei baru-baru ini memperkenalkan ponsel pintar 5G bertenaga prosesor internal yang canggih, yang melambangkan penolakan China terhadap pembatasan yang diberlakukan Amerika Serikat.
Wakil Ketua Huawei, Eric Xu Zhijun, telah mendesak China untuk berinvestasi lebih banyak dalam mengembangkan semikonduktornya sendiri, meskipun terdapat kesenjangan teknologi dengan chip buatan luar negeri. Itu karena ia yakin, peningkatan dukungan pada akhirnya akan membantu mempersempit kesenjangan tersebut.
Honor sebelumnya telah mendirikan anak perusahaannya, Shanghai Honor Intelligent Technology Development Co, dengan peningkatan basis modal untuk kegiatan penelitian dan pengembangan, sehingga memicu spekulasi mengenai keterlibatannya dalam desain chip internal.
Namun, Honor mengklarifikasi bahwa anak perusahaan ini terutama berfokus pada perangkat lunak, algoritma grafis, serta penelitian komunikasi dan pencitraan.
Honor juga menepis rumor, yang menyatakan mereka mungkin akan kembali ke Huawei, membenarkan bahwa mereka menganggap Huawei sebagai pesaing di industri ponsel pintar.
Pada kuartal kedua tahun ini, Huawei mendapatkan kembali posisi signifikan di pasar ponsel pintar China namun masih tertinggal di belakang Oppo, Vivo, Honor, dan Apple.
"Secara global, meski pengapalan Honor meningkat di berbagai pasar, Honor belum masuk dalam peringkat lima besar vendor ponsel pintar," ulas Firstpost.
Keputusan Honor untuk mengandalkan pemasok chip eksternal seperti MediaTek dan Qualcomm, mencerminkan pendekatan pragmatis untuk memastikan ketersediaan solusi chip canggih untuk ponsel cerdasnya, tanpa memerlukan pengembangan chip internal yang ekstensif.