Minyak jelantah jika digunakan sebagai minyak goreng untuk mengolah makanan, maka akan berbahaya bagi tubuh. Tetapi jika diolah menjadi produk lain, tentu akan memberikan manfaat, salah satunya menjadi bahan bakar.
Minyak jelantah (used cooking oil) dapat menjadi bahan baku pembuatan green fuel (bahan bakar hijau), yang dapat diproses menjadi Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau green avtur, dan Hydrotreated Vegetable Oil (HVO) atau green diesel. Kedua bahan bakar tersebut dapat langsung digunakan 100% tanpa pencampuran dengan petroleum-based diesel.
Penggunaan minyak jelantah yang didaur ulang menjadi green fuel -menggantikan bahan bakar fosil- merupakan upaya dekarbonisasi, dengan cara menggantikan bahan bakar fosil dengan sumber daya terbarukan.
Meski demikian, minyak jelantah yang akan diolah menjadi green fuel harus jelas asal-usulnya. Ia harus betul-betul berasal dari titik produksi minyak jelantan, bukan campuran minyak segar, minyak lain, maupun dari sumber lain yang ilegal.
Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Republik Indonesia, Putu Juli Ardika, menyebut pemerintah mendukung pengelolaan minyak jelantah dengan memastikan ketertelusuran asal-usul ini.
"Minyak jelantah yang mempunyai ketertelusuran asal-usul sangat diminati oleh industri green fuel dan menjadi standar baru penerimaan minyak jelantah di Uni Eropa dan Amerika Serikat," ujarnya, dilansir dari keterangannya, Minggu (24/9/2023).
Putu menjelaskan, green fuel yang dihasilkan dari minyak jelantah yang tertelusur (well-traceable), mempunyai net carbon emission index sangat rendah sebagai hasil implementasi prinsip ekonomi sirkular, yaitu from waste to energy.
Baca Juga: Mobil Listrik Jaguar Akan Gunakan Pengisi Daya Tesla
Baca Juga: Honor Disebut-sebut Tak Akan Kembangkan Chip Sendiri
"Ekspor minyak jelantah merupakan solusi sementara atas permasalahan limbah pangan dalam negeri, sehingga terhindar dari pencampuran dengan minyak pangan yang dapat merugikan kesehatan masyarakat. Di sisi lain, kami terus mendukung pengembangan industri green fuel di Indonesia, sehingga bahan baku minyak jelantah dapat diserap dan dimanfaatkan di dalam negeri," lanjutnya.
Terkait kelola limbah minyak jelantah, Asosiasi Eksportir Minyak Jelantah Indonesia (AEMJI) memperkenalkan Sistem Informasi Minyak Jelantah (SIMIJEL), yang dikembangkan bersama salah satu perusahaan teknologi informasi Indonesia.
SIMIJEL merupakan platform digital berbasis data geotag location, untuk menjamin ketertelusuran atas rantai pasok pengumpulan minyak jelantah, yang memungkinkan untuk disinkronisasikan dengan platform digital dari pihak pembeli ekspor minyak jelantah.
Implementasi SIMIJEL dalam perekaman data rantai pasok minyak jelantah, menurut Putu, sangat relevan dengan program digitalisasi proses produksi dan rantai pasok pada sektor industri agro sesuai Peta Jalan Making Indonesia 4.0.
Bersamaan dengan peluncuran ekspor perdana minyak jelantah tertelusur, Putu juga meresmikan proses integrasi data antarplatform digital SIMIJEL dengan VERIFLUX. Ini memungkinkan pertukaran basis data point of origin antara eksportir dan buyer minyak jelantah berlangsung lancar dan selaras.
VERIFLUX merupakan perusahaan asal Houston, Amerika Serikat. VERIFLUC adalah penyedia platform teknologi informasi untuk mengelola basis data rantai pasok kompleks, termasuk reverse logistic minyak jelantah di beberapa negara bagian Amerika Serikat.
Operasional VERIFLUX didukung oleh United States Environmental Protection Agency (US EPA), dalam rangka menjamin ketertelusuran minyak jelantah dan penggunaannya hanya sebagai bahan baku industri green fuel dan tidak disalahgunakan pada kegiatan food recycling.
"Kemitraan antara SIMIJEL dengan VERIFLUX dalam integrasi platform digital ini akan memperkuat akses pasar komoditas minyak jelantah dari Indonesia. Di sisi lain, akses data ketertelusuran secara langsung dari perusahaan eksportir anggota AEMJI tetap terjaga hanya kepada industri di Amerika Utara, yang terautentifikasi sebagai pengguna langsung bahan baku tersebut," imbuh dia.
Kemenperin RI mendukung penuh langkah AEMJI dalam mengembangkan platform digital SIMIJEL untuk meningkatkan keberterimaan komoditas minyak jelantah pada negara tujuan ekspor. Sekaligus berharap implementasi SIMIJEL semakin meluas ke perusahaan pengumpul minyak jelantah lainnya, sehingga menambah nilai dari minyak jelantah dari Indonesia dengan berbasis data platform digital.
"Kami juga berharap SIMIJEL dapat menjadi ikon pelaksanaan advanced logistic berbasis platform digital dalam skala lokal, regional, dan global," ungkap Putu.
Ketua AEMJI, Setiady Goenawan, berterima kasih atas dukungan Kemenperin dalam penciptaan platform SIMIJEL. Hal itu mendorong mereka lebih percaya diri mengembangkan sistem informasi ketertelusuran asal-usul minyak jelantah yang merupakan 100% karya anak bangsa.