Techverse.asia - Salah satu tim Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Karsa Cipta (PKM-KC) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menggagas pembuatan alat pemanen, pemilah, dan penata telur otomatis yang diberi nama Sortegg-Quail.
Alat ini dibuat untuk mendorong pengembangan peternakan burung puyuh serta mengurangi risiko kerusakan produk peternakan yang kerap terjadi akibat kesalahan manusia. Pasalnya, data menunjukkan sekitar 13-20 persen produksi telur yang dihasilkan mengalami retak, pecah, ataupun rusak, bahkan sebelum sampai ke tangan penerima.
“Diperkirakan 13-20 persen dari jumlah produksi telur total mengalami retak, pecah, dan rusak sebelum sampai ke tujuan. Sortegg-Quail menjadi strategi untuk memudahkan peternak puyuh dalam memanen, memilah, dan menata telur berbasis digitalisasi yang mampu meningkatkan daya saing telur puyuh dengan kualitas telur terjamin sebelum beredar di masyarakat,” ujar Hero Prakosa Wibowo Priyanto, mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UGM.
Baca Juga: Gameplay GTA VI Bocor di Internet, Rockstar Games Akui Jaringannya Diretas Hacker
Alat ini dikembangkan oleh tim yang beranggotakan lima mahasiswa lainnya, yaitu Hero dan dua mahasiswa FMIPA lainnya, Kristian Bima Aryayudha dan Fatakhillah Khaqo, Putri Safitri Dian Kusuma (Fakultas Peternakan), dan Bayu Wiratama (Fakultas Teknik), dengan Tri Wahyu Supardi, S.Si., M.Cs. sebagai dosen pembimbing.
Ia mengungkapkan, peternakan burung puyuh adalah salah satu subsektor peternakan yang memiliki potensi tinggi tetapi jarang diperhatikan banyak pihak. Peternakan ini tidak memerlukan tempat atau lahan yang luas.
“Konsumsi pakan puyuh juga relatif sedikit, hanya sekitar 20 gram per ekor per hari,” terang dia.
Meskipun demikian, sektor ini belum banyak tersentuh perkembangan teknologi karena kebanyakan peternak burung puyuh masih menggunakan cara tradisional. Padahal, cara ini mengandung risiko human error atau kesalahan manusia yang dapat berdampak pada produksi peternakan.
“Sangat disayangkan bahwa subsektor ini masih belum tersentuh pengaruh pengembangan teknologi di era society 5.0 ini,” ujar Putri.
Baca Juga: Vivo Y22 Resmi Rilis di Indonesia: Bisa Tambah Memori Sampai 1 Terabyte
Sortegg-Quail sendiri mengusung teknologi Internet of Things (IoT) berupa image processing (pemrosesan gambar) yang terintegrasi dengan modul RTC sebagai penyimpan informasi pencitraan telur. Informasi selanjutnya ditampilkan melalui layar LCD berupa data jumlah telur total, telur yang baik, telur yang buruk, dan massa telur pada egg tray (keranjang telur).
“Karena belum banyak teknologi yang dikembangkan pada sektor peternakan burung puyuh, maka kami coba implementasikan IoT yang bisa memudahkan tugas manusia untuk memilah mana telur yang jelek dan mana yang bagus,” kata Putri.
Komponen lain dari alat ini adalah kamera sebagai sensor utama penangkap citra telur, lampu ultraviolet untuk pencahayaan pendeteksi kerusakan telur, motor DC sebagai penggerak sabuk konveyor, sensor infrared sebagai pendeteksi keberadaan telur, serta motor stepper untuk menggerakkan mesin penata telur.
Tri Wahyu sebagai dosen pembimbing optimistis bahwa gagasan Sortegg-Quail akan bermanfaat bagi peternak puyuh dalam menyortir telur puyuh secara efektif dan efisien. Mengusung automation tools system, pemanen, pemilah, dan penata dengan fitur teknologi IoT ini dapat mempermudah pekerjaan peternak.
“Harapannya alat ini akan terus berkembang dan dapat dimanfaatkan juga pada sektor peternakan lainnya seperti peternakan ayam, itik, dan peternakan unggas lainnya,” Ujar Tri Wahyu.