Techverse.asia - Di era digital saat ini, masyarakat luas mengadopsi media sosial - termasuk X/Twitter - sebagai saluran utama mulai dari berbagi pandangan politik, informasi pemilihan umum (pemilu), dan debat tentang calon-calon yang akan berebut suara rakyat dalam Pemilu yang akan digelar pada 14 Februari 2024 mendatang.
Untuk itu, Center for Digital Society (CfDS) Universitas Gadjah Mada (UGM) turut serta dalam hangatnya diskusi menjelang pesta demokrasi ini lewat sebuah konferensi pers dengan tema "Tren Bacapres pada Platform X: Perang Opini, Cyber Troop, hingga Cawe-cawe Jokowi" yang dilaksanakan di Digital Intelligence Lab (DIL) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) UGM pada Rabu (27/9/2023).
Manajer Riset CfDS UGM Agung Tri Nugraha menyampaikan, untuk mendapatkan wawasan yang komprehensif, pihaknya melakukan pengambilan data dari platform media sosial X/Twitter pada Juli-Agustus 2023. Data tersebut mencakup berbagai macam cuitan, komentar, dan interaksi yang terkait dengan pemilihan presiden dan isu-isu politik terkini.
"Kami telah mengumpulkan sebanyak 59.155 postingan dengan menggunakan beberapa kata kunci yang terkait dengan pemilu 2024, capres, dan partai politik. Setelah menghapus posts yang duplikatif, jadi cuma tersisa 50.503 postingan," kata Agung.
Baca Juga: CEO OpenAI Khawatir Produk Kecerdasan Buatan Bisa Kacaukan Integritas Pemilu 2024
Lewat data-data yang telah diperoleh, CfDS menemukan indikasi pergerakan 'pasukan siber' (cyber troop) pada semua bakal calon presiden (bacapres) yang dipantau dalam penelitian ini. Temuan itu mencerminkan kesamaan antara ketiga bacapres yang menaruh perhatian kepada kampanye di media sosial.
"Temuan ini juga memperkuat riset yang telah dirilis oleh Oxford Internet Institute pada 2019 yang berjudul Global Inventory of Organised Social Media Manipulation serta riset yang dilakukan oleh Sastramidjaja dan Wijayanto (2022) tentang Cyber Troops, Online Manipulation of Public Opinion and Co-Optation of Indonesia's Cybersphere," ungkap dia.
Selain itu, terdapat tingkat sentimen negatif yang signifikan terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam percakapan online. Dijelaskannya, dalam analisis terhadap sejumlah cuitan bersentimen negatif, kata 'Jokowi' muncul sebagai salah satu kata yang dominan muncul. Hasilnya, analisis lanjutan dari kata 'Jokowi' tersebut, ditemukan 10 trigram teratas, yang didominasi oleh 'cawe-cawe jokowi; 'cawe-cawe capres'; 'capres didukung jokowi; dan 'jokowi dukung ganjar."
Ihwal interaksi warganet di X mengenai figur-figur politik di Indonesia, para bacapres yang akan bertarung jelang Pemilu 2024 pun tak luput dari perhatian. Menurutnya, Ketua Partai Gerindra Prabowo Subianto muncul sebagai bacapres yang paling banyak disebut (penyebutan nama tanpa mention/tag) dalam cuitan dan komentar warganet X.
"Setelah dilakukan pendalaman, cuitan (post) yang duplikatif berkaitan dengan Prabowo, di-posting oleh satu akun sebanyak 101 kali cuitan. Pola ini berbeda dengan post duplikatif bersentimen positif yang diduplikasi oleh rata-rata lebih dari lima akun," ujarnya.
Baca Juga: Ganjar Pranowo Dorong Masyarakat Indonesia Melek Digital: Bisa Berpikir Lebih Kritis
Sementara itu, untuk bacapres PDIP, Ganjar Pranowo, dari social network analysis, mendapatkan mention dan reply yang paling banyak dibanding bacapres lainnya, disusul oleh Anies Baswedan yang diusung Partai Nasdem dan PKB. "Ganjar menjadi bacapres yang paling banyak di-mention dan di-reply. Sedangkan asosiasi terhadap post yang terkait dengan Ganjar, didominasi dengan kata kunci dan tagar ganjarcapres yang di-posting oleh lima akun. Sedangkan post bersentimen negatif melibatkan lebih dari tujuh akun per post, berbeda dengan Prabowo," katanya.
Lalu untuk Anies Baswedan disinyalir mempunyai tingkat interaksi tertinggi dalam postingan dan komentar di X, dibandingkan dengan klaster audiens bacapres lainnya. Berdasarkan pendalaman SNA, khususnya top modularity classes, klaster audiens Anies didominasi oleh akun @aniesbaswedan, @pdemokrat, dan @bachrumachmadi, menciptakan klaster dengan interaksi yang paling aktif, presentasenya sebesar 12,28 persen.
Berdasarkan temuan-temuan ini, CfDS meyakini bahwa media sosial, khususnya X, akan memainkan peran kunci dalam Pemilu 2024. Pusat kajian ini juga merekomendasikan peningkatan literasi digital, pemantauan aktif, serta komunikasi yang efektif bagi pemangku kepentingan politik. "Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan yang lebih dalam tentang dinamika politik di era digital, serta mendorong diskusi yang sehat dan konstruktif menjelang Pemilu 2024 di Indonesia," terangnya.