Techverse.asia - Kehadiran kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) generatif telah mempercepat penggunaannya di berbagai bidang, termasuk jurnalisme. AI paling terlihat dalam jurnalisme ketika terjadi kesalahan. Beberapa redaksi telah menerbitkan artikel AI yang penuh dengan kesalahan atau saran yang menyinggung.
Ada kekhawatiran luas bahwa AI akan digunakan untuk menggantikan jurnalis dengan biaya yang murah. Namun, sebuah survei global baru menunjukkan bagaimana AI telah memasuki dunia bisnis, bahkan ketika para jurnalis mengkhawatirkan dampaknya dan hal ini tidak hanya melibatkan penulisan artikel.
Laporan tersebut diterbitkan pada minggu ini oleh JournalismAI, sebuah inisiatif dari Polis, lembaga pemikir jurnalisme London School of Economics and Political Science. Ini didukung oleh Google News Initiative. “Generating Change: sebuah survei global tentang apa yang dilakukan organisasi berita dengan kecerdasan buatan” yang mencakup perspektif lebih dari 120 editor, jurnalis, teknologi, dan pembuat media dari 105 redaksi kecil dan besar di 46 negara.
Kendati demikian, JournalismAI tidak mengklaim bahwa survei tersebut mewakili seluruh industri global, tapi memberikan petunjuk tentang bagaimana pasar media menggunakan teknologi baru ini.
Baca Juga: Kurangi Clickbait, X Akan Hapus Tajuk Utama dari Tautan Berita
Di antara responden, lebih dari 75 persen menggunakan AI dalam rantai pengumpulan, produksi, dan distribusi berita. Lebih dari separuh menyebutkan peningkatan efisiensi dan peningkatan produktivitas sebagai alasan untuk menggunakannya, idealnya, AI dapat mengotomatiskan tugas-tugas yang monoton dan berulang. Sekitar sepertiga responden mengatakan mereka berharap teknologi AI akan membantu mereka menjangkau khalayak yang lebih luas, mempersonalisasi pengalaman pembaca, dan meningkatkan keterlibatan khalayak.
Pada saat yang sama, lebih dari 60 persen responden mengkhawatirkan implikasi etis dari integrasi AI dalam hal kualitas editorial dan aspek jurnalisme lainnya seperti akurasi, keadilan, dan transparansi. Secara umum, redaksi terus memandang intervensi manusia sebagai hal yang penting dalam memitigasi potensi bahaya sistem AI, seperti bias dan ketidakakuratan.
Bahkan ketika para responden khawatir bahwa teknologi AI dapat memperburuk pemberitaan yang bias dan memberikan gambaran yang salah terhadap kelompok-kelompok yang terpinggirkan, hanya sedikit media yang memberikan contoh yang kuat mengenai solusi potensial apapun.
Laporan tersebut juga mengatakan bahwa AI mempunyai kelemahan khusus bagi redaksi di negara-negara bagian Selatan. Sebagian besar alat AI dikembangkan dengan fokus pada bahasa Inggris (dengan aksen yang sangat spesifik). Dana dan sumber daya biasanya terkonsentrasi di beberapa negara, dan realitas politik yang berbeda mungkin memengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap AI.
Meskipun begitu, survei tersebut mengungkapkan bahwa 90 persen redaksi sudah menggunakan beberapa bentuk AI dalam produksi berita, 80 persen dalam distribusi berita, dan 75 persen dalam pengumpulan berita. Tugas pengumpulan berita mencakup transkripsi dan terjemahan otomatis, mengekstraksi teks dari gambar, dan menyalin web atau menggunakan alat peringkasan otomatis.
Baca Juga: Artifact: Aplikasi Kurasi Berita Buatan Pendiri Instagram Sekarang Bisa Diunduh untuk Semua Orang
Produksi berita dapat mencakup menerjemahkan artikel ke bahasa lain, mengoreksi, menulis judul, atau menulis artikel lengkap. Distribusi mencakup penggunaan pengoptimalan mesin telusur berbasis AI serta hal-hal seperti menyesuaikan konten untuk audiens tertentu. Ada beberapa perbedaan besar dalam skala di sini, memeriksa ejaan artikel dengan AI dan menggunakan AI untuk menghasilkan artikel baru sepenuhnya, misalnya, memberikan tingkat kontrol yang sangat berbeda ke alat AI.
Laporan tersebut tidak merinci berapa banyak redaksi yang menggunakan teknologi ini untuk setiap tugas spesifik, namun laporan itu menyebutkan bahwa distribusi berita memiliki kasus penggunaan yang paling luas, dan paling sering disebut sebagai area yang paling terkena dampak AI di redaksi.
Meskipun sebagian besar responden merasa khawatir mengenai dampak penerapan alat AI, hanya sekitar sepertiga dari mereka yang menyatakan bahwa organisasi mereka memiliki atau sedang mengembangkan strategi AI.
Baca Juga: Meta Telah Memblokir Konten Berita di Kanada, Google Menyusul?
Perusahaan teknologi seperti Google sedang membangun alat AI ke dalam bisnis inti mereka, bahkan ketika mereka mengangkat masalah etika dan hukum yang baru. Beberapa redaksi telah memblokir GPTBot, alat perayapan web dari pesaing Google OpenAI, agar tidak menggunakan data mereka, dan penulis telah menggugat OpenAI dan Meta karena menggunakan karya mereka untuk melatih AI.
Namun di sisj lain, kantor berita juga telah mencapai kesepakatan dengan perusahaan AI, seperti The Associated Press, yang menandatangani perjanjian dengan OpenAI pada awal tahun ini.