Techverse.asia - Canopy adalah aplikasi media sosial peer-to-peer baru yang dapat digunakan pembuat konten untuk terhubung maupun mengumpulkan informasi. Perusahaan pada hari ini mengumumkan peluncuran program percontohannya, dengan rencana untuk melibatkan 1.000 influencer.
Canopy berharap program ini akan membantu membangun massa kritis di platform dalam bidang konten intinya yang meliputi kecantikan, mode, dan gaya hidup. Untuk mendapatkan akses awal, pembuat konten dapat mendaftar di situs Canopy. Saat ini ada 1.200 orang dalam daftar tunggu.
Selain uji coba ini, Canopy akan menguji tiga jalur monetisasi potensial, termasuk layanan berlangganan bulanan yang menawarkan sumber daya pendidikan seperti seri webinar, acara tatap muka, dan kelompok akuntabilitas. Perusahaan juga akan bereksperimen dengan pasar penelitian yang menghubungkan merek dengan pembuat kinten serta bagian manajemen komunitas untuk agensi bakat dan perusahaan.
Melansir Techcrunch, Aplikasi ini terbuka untuk semua jenis pembuat konten, seperti konten budaya pop, game, makanan, atau bahkan mereka yang memposting konten dewasa. Namun, Canopy terutama menyasar para kreator kecantikan, fesyen, dan gaya hidup karena keduanya adalah konten yang memiliki potensi penghasilan dan daya beli tertinggi.
“Oleh karena itu, pembuat konten seperti itu (biasanya) adalah orang-orang yang menganggapnya serius dan ingin membangun karir penuh waktu darinya,” ujar Pendiri dan CEO Canopy, Ayomi Samaraweera.
Baca Juga: TikTok Shop Resmi Tutup, Kemendag Dorong TikTok Patuhi Regulasi yang Berlaku
Canopy menerima influencer dari sebagian besar platform utama, termasuk TikTok, Instagram, Youtube, Twitch, Facebook, OnlyFans, Pinterest, LinkedIn, dan Snapchat. Saat ini, jumlah pengikut yang dibutuhkan untuk bergabung dengan Canopy adalah antara 1.000 dan 100 ribu pengikut (followers). Namun begitu, ini akan terbuka untuk semua pembuat konten di masa mendatang.
Seperti Reddit dan X (sebelumnya Twitter), Canopy memiliki fitur yang diharapkan dari aplikasi media sosial seperti postingan, komentar, suka, profil, dan sebagainya. Pengguna juga dapat bergabung dengan “Branches” atau grup yang berfokus pada topik tertentu, seperti kemitraan merek, transparansi pembayaran, industri media, kesehatan mental, acara & program, peluang monetisasi, algoritme platform, agensi bakat, dan banyak lagi.
Khususnya, semua orang di Canopy bersifat anonim dengan harapan dapat menciptakan ruang aman bagi para pembuat konten untuk berbagi rasa frustrasi mereka terhadap industri ini dan mengajukan pertanyaan tanpa takut dihakimi. Yang diketahui pengguna hanyalah dari mana mereka berasal dan jenis konten apa yang mereka buat. Misalnya, nama akun dapat berupa “NY Fashion Creator”.
Baca Juga: Jelang Indonesian GP 2023, Para Pembalap MotoGP Akan Mengikuti Riders Parade di Kota Mataram
Saat berbicara dengan pembuat konten, Samaraweera menemukan bahwa mereka menyukai rasa anonimitas di aplikasi karena mereka tidak ingin merusak karir mereka sendiri atau membuat marah siapa pun, jika mereka ingin berbagi pengalaman buruk dengan suatu merek atau memperingatkan orang lain tentang potensi tipuannya.
Hal ini juga berguna bagi para pembuat konten baru dan yang sedang naik daun untuk mempelajari lebih lanjut tentang ruang tersebut, berteman dengan orang-orang di industri ini, dan membangun jaringan mereka. “Tidak perlu terlalu banyak hierarki dan gatekeeping. Satu dari empat Gen Z ingin menjadi pembuat konten, tetapi tidak ada gelar sarjana atau jalur yang jelas tentang cara melakukannya,” kata Samaraweera mengutip survei tahun 2022 dari HigherVisibilty.
Aplikasi ini juga memiliki cabang/grup yang disebut “Kolaborasi Kreator” di mana para kreator dapat lebih terbuka tentang identitas mereka dan mengatur pertemuan langsung. Canopy berencana memperkenalkan fitur pengalih pada akhir Oktober ini, yang memungkinkan pembuat konten memilih antara tetap anonim atau mengungkapkan nama asli mereka.
Samaraweera bukan hanya mantan karyawan TikTok yang pernah bekerja di bidang komunikasi internal, tapi dia juga seorang TikToker dengan lebih dari 25 ribu pengikut. Baru-baru ini, Samaraweera bekerja di perusahaan pertumbuhan kreator Jellysmack sebagai Kepala Staf Presiden, dan di sana ia memperoleh wawasan berharga tentang ekonomi kreator.
Baca Juga: Jabra PanaCast 50 Video Bar System: Bisa Hitung Jumlah Orang Secara Waktu Nyata
Samaraweera mengembangkan Canopy untuk mengatasi masalah yang dia alami saat meningkatkan jumlah penonton TikTok. “Saat saya membuat konten, itu adalah perjalanan yang sangat menyakitkan. Saya bisa mengembangkan akun saya, tapi ketika saya melakukannya, saya ingat berpikir, 'Ini sangat sulit.'”
“Ini juga sangat sepi, menjadi seorang kreator banyak yang harus belajar melalui trial and error. Saya yakin proses ini dapat dipercepat jika kita saling berbagi informasi,” katanya.
Perusahaan ini didukung oleh Hustle Fund VC, pendiri Jellysmack dan Sean Atkins, presiden Jellysmack. Ditambah lagi, Canopy baru-baru ini diterima di Techstars Seattle. Secara total, Canopy telah mengumpulkan pendanaan sebanyak US$240 ribu atau kurang lebih Rp3,7 miliar.