Tim dosen Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, berhasil menciptakan freezer (kotak pembeku) yang terintegrasi panel surya untuk nelayan di Pulau Bawean.
Proyek senilai US$6.966 (sekitar Rp109,3 juta) tersebut, didanai oleh program Humanitarian Technologies Board (HTB) oleh Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE).
Seperti kita ketahui, menjadi seorang nelayan berarti menjalankan aktivitas berlayar di tengah lautan untuk mencari ikan atau hewan laut lainnya -yang tentunya bisa menjadi bahan pakan- sebagai mata pencaharian. Mereka akan kembali ke daratan setelah mendapat sejumlah tangkapan ikan.
Mengingat begitu luas dan dalamnya perairan Indonesia, serta keanekaragaman hewan laut yang berada di lautan tanah air, tak mengherankan para nelayan bisa menemukan beragam hewan laut yang akan dibawa pulang.
Baca Juga: Di AS, Ferrari Mulai Terima Pembelian Mobilnya Menggunakan Uang Kripto
Meski jumlah tangkapan mereka tak selalu memuaskan, para nelayan tetap akan membawa hasil tangkapan itu untuk dijual; baik di pelelangan maupun langsung kepada konsumen yang mereka temui di pantai.
Dan salah satu tim dosen ITS, Prasetiyono Hari Mukti, melihat bahwa mayoritas penduduk yang tinggal di Pulau Bawean bermatapencaharian sebagai nelayan.
Ironisnya, para nelayan tersebut masih kerap menghadapi beragam tantangan, termasuk masalah seputar ketersediaan energi listrik yang tidak stabil.
Selain itu, masalah utama yang dihadapi para nelayan adalah kekurangan fasilitas penyimpanan ikan.
Tentunya, untuk membawa hasil tangkapan ke daratan dalam kondisi segar, para nelayan membutuhkan cara untuk mengawetkan ikan, udang maupun kerang yang berhasil dikumpulkan.
Baca Juga: Harga New Corolla Altis, Ada Pilihan Hybrid Electric Vehicle
Salah satu cara yang sering dilakukan para nelayan di Indonesia adalah dengan membawa kotak gabus (styrofoam), ember atau termos besar berisikan es. Nantinya es itu akan digunakan untuk menjaga ikan tetap di lingkungan dingin, agar awet.
Hanya saja, cara ini tidak selalu berhasil, cuaca maupun udara tidak menentu, yang bisa saja lebih panas dari biasanya, membuat es mencair mudah; tidak mampu mengwetkan ikan.
"Kendala ini berdampak signifikan pada kualitas ikan hasil tangkapan para nelayan, yang pada akhirnya turut mempengaruhi harga jualnya di pasaran. Berangkat dari permasalahan ini, inovasi yang kami kembangkan akan membantu nelayan serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat pencari ikan," kata Pras, dilansir dari keterangannya, Sabtu (14/10/2023).
Sementara itu, anggota dari riset ini, Dimas Fajar Uman Putra, menjelaskan mengenai freezer berkapasitas 250 liter. Freezer ini dilengkapi dengan enam batu baterai, masing-masing dengan kapasitas 200 watt-hour yang terintegrasi dengan sistem Photovoltaic Off-Grid.
Dengan kapasitas yang besar, inovasi tersebut memungkinkan para nelayan untuk menyimpan ikan hasil tangkapan mereka dalam jumlah yang cukup besar dan dalam waktu yang lebih lama.
Baca Juga: 7 Tips Jadi Perusahaan Fintech yang Tangguh
"Hal ini diharapkan akan membantu meningkatkan efisiensi dan kualitas penanganan hasil tangkapan nelayan dalam industri perikanan," ungkap Uman.
Uman menyebut, freezer yang mereka kembangkan ini memanfaatkan sumber energi matahari, untuk menjaga suhu dalam freezer yang menjadi titik krusial dalam menjaga kualitas ikan dan dapat memperlambat proses pembusukannya.
Menurut dia, dengan fitur unggulan yang ditawarkan oleh inovasi ini, potensi besar terbentang di depan mata, yang akan meningkatkan keberlanjutan dan mutu hidup komunitas nelayan di Pulau Bawean.
Keduanya juga berharap, ke depannya inovasi ini dapat terus berkembang dan memberikan manfaat yang semakin besar bagi komunitas nelayan di seluruh Indonesia.