Universitas Glasgow memperkenalkan proyek 'Museum Metaverse'.
Proyek ini menghadirkan platform, yang memungkinkan pengunjung untuk menjelajah pengalaman yang dinamis saat melihat museum, situs, objek koleksi yang dipindai dalam 3D di Extended Reality (XR) dan Virtual Reality (VR).
Proyek kerja sama antara Fakultas Seni & Humaniora Universitas Glasgow, platform pembelajaran Edify, Historic Environment Scotland, National Museums Scotland itu, didukung oleh pemerintah Inggris dan diperkirakan menghabiskan dana sebesar £5,6 juta atau sekitar Rp98 miliar.
Pihak Universitas Glasgow menjelaskan, proyek museum di metaverse ini akan memberdayakan pengunjung online, untuk mengeksplorasi aset budaya yang luas dengan cara-cara baru; memungkinkan kurator ahli dan pemula untuk membuat konten baru; dan mengeksplorasi model penggunaan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan budaya yang berkelanjutan.
Tim Museum Metaverse dipimpin oleh Profesor Neil McDonnell dari Universitas Glasgow.
"Museum virtual tidak akan menggantikan pengalaman mengunjungi museum yang dilakukan secara tradisional. Namun, mereka berharap pengalaman XR yang dihadirkan proyek ini, secara tidak langsung berdampak meningkatkan kunjungan tradisional ke museum," ungkap McDonnell, seperti dipublikasikan universitas, dikutip Senin (16/10/2023).
Baca Juga: LE SSERAFIM Jadi House Ambassador Louis Vuitton
Baca Juga: Motor Jadul Honda Kirana Muncul Lagi Nih, Intip Spesifikasinya
T
McDonnell menjelaskan, lebih dari 90% objek koleksi tidak dapat dilihat saat disimpan. Kehadiran Museum Metaverse dapat membantu membebaskan koleksi ini, dan memberikan kebebasan kepada museum untuk terhubung dengan audiensnya dengan cara yang baru dan menarik.
Museum VR ini menawarkan perluasan transformatif terhadap pengalaman museum tradisional. Dapat menampung koleksi dalam berbagai ukuran, menampilkan objek-objek jauh secara berdampingan, dan dapat diakses dari mana saja di dunia.
"Bayangkan saja, bisa melangkah ke dalam sejarah dan melihat dari dekat duplikat virtual peninggalan kuno yang di dunia nyata hanya bisa dipajang atau dilihat di balik kaca," tutur McDonnell lagi.
Baca Juga: Oppo Find N3 Dipastikan Rilis di Indonesia, Perusahaan Buka Pendaftaran Minat
Hingga saat ini, menurut dia, menciptakan pengalaman museum di metaverse terbukti menantang. Karena pembuatan konten 3D pada objek dan lingkungan memerlukan biaya tinggi.
Menteri Luar Negeri di Departemen Sains, Inovasi dan Teknologi Inggris, George Freeman MP, menilai bahwa museum tidak hanya menginspirasi orang-orang dari segala usia dan latar belakang.
"Museum [dapat] memperluas akses terhadap pembelajaran dan budaya dengan menyediakan wawasan dan artefak menarik bagi siapapun di dunia. Museum juga merupakan mesin penelitian multi-disiplin yang sangat besar," imbuh Freeman.
Sementara itu, Kepala Layanan Koleksi di National Museums Scotland, Chanté St Clair Inglis, menyatakan bahwa kolaborasi tersebut berkomitmen untuk menampilkan koleksinya secara fisik dan digital, dengan memanfaatkan teknologi terbaru.
Museum Metaverse menawarkan kemungkinan yang menarik untuk keterlibatan luas dengan koleksi mereka.
Baca Juga: Honda dan Mitsubishi Bergandengan, Keduanya Kerja Sama di 2 Bisnis Baru Ini
"XR menawarkan peluang yang kaya untuk jenis keterlibatan publik baru, serta potensi kerja penelitian kolaboratif dengan orang lain di sektor kami; baik di Skotlandia maupun internasional," kata Inglis.
Profesor Warisan Budaya Digital di The Hunterian, Maria Economou, menyebut proyek ini akan memungkinkan para peneliti di seluruh dunia untuk mengakses dan terlibat dengan koleksi warisan budaya yang mencakup berbagai disiplin ilmu.
Akses terhadap peralatan fotogrametri canggih, yang diterapkan dalam pengerjaan proyek ini, juga akan sangat berharga bagi pengembangan jangka panjang kapasitas dan sumber daya digital The Hunterian.