Selasa 7 November 2023, Subkomite Kehakiman Senat Pemerintah Amerika Serikat mendapati kesaksian dari mantan pegawai Meta, Arturo Bejar, perihal dampak buruk platform Meta kepada pengguna remaja.
Bejar mengungkap data bahaya yang didapatkan oleh para remaja, yang berasal dari data internal beberapa tahun lalu. Ia mendapati, ada sebanyak 51% pengguna Instagram telah melaporkan pengalaman buruk dan berbahaya di platform mereka hanya dalam waktu tujuh hari. Selain itu, sebanyak 24,4% anak-anak berusia 13 hingga 15 tahun melapor, telah mendapatkan rayuan seksual.
Bejar menyatakan, Facebook dan Instagram mengetahui masalah pelecehan dan berbagai bahaya lainnya yang dihadapi remaja di platform tersebut. Namun, Meta dituding lamban menindak bahaya itu.
"Sudah saatnya masyarakat dan orang tua memahami bahaya sebenarnya yang ditimbulkan oleh produk ini dan sudah saatnya pengguna muda memiliki alat untuk melaporkan dan menekan penyalahgunaan online," kata Bejar, dikutip dari Reuters, Rabu (8/11/2023).
Baca Juga: Intip Sejumlah Koleksi Rabanne x H&M yang Meluncur Besok!
Baca Juga: One Piece Exhibition Asia Tour Mampir ke Indonesia, Cek Jadwal dan Harga Tiketnya
Dan kita ketahui, sebetulnya para predator tidak membatasi upaya mereka untuk menyakiti anak-anak hanya pada platform tertentu. Mereka menggunakan banyak aplikasi dan situs web, kemudian menyesuaikan taktik mereka di semua aplikasi dan situs tersebut untuk menghindari deteksi dari platform atas tindakan mereka.
Ketika predator ditemukan dan dihapus dari sebuah situs karena melanggar aturannya, mereka mungkin akan membuka salah satu dari banyak aplikasi atau situs web lain yang mereka gunakan untuk menargetkan anak-anak.
Perilaku ini sangat dipahami oleh para pakar keselamatan anak online. Inilah yang kemudian melatarbelakangi Koalisi Teknologi mendirikan Lantern.
Lantern merupakan pusat database bagi perusahaan dalam menyumbangkan data.
Koalisi Teknologi, kelompok perusahaan teknologi ternama, membuat program Lantern untuk melawan masalah eksploitasi dan pelecehan seksual terhadap anak secara online (OCSAM).
"Salah satu pendiri program ini adalah Meta," tulis Meta.
Perusahaan lain yang telah berpartisipasi di Lantern adalah Discord, Google, MEGA, Quora, Roblox, Snap, dan Twitch.
Meta meyakini, Koalisi Teknologi dapat melakukan banyak hal untuk mengatasi bahaya predator lewat Lantern. Peserta Lantern dapat menggunakan informasi ini untuk melakukan investigasi di platform mereka sendiri dan mengambil tindakan.
Baca Juga: MG4 EV Dapat Respons Positif dari Konsumen Indonesia, Ini Fitur-fiturnya
"Kami mengelola dan mengawasi teknologi bersama Koalisi Teknologi, memastikan teknologi tersebut mudah digunakan dan memberikan informasi yang dibutuhkan mitra kami untuk melacak calon predator di platform mereka sendiri," terang pihak Meta lagi.
Salah satu contoh manfaat Lantern adalah investigasi Meta yang dilakukan berdasarkan informasi yang diberikan oleh mitra Lantern, MEGA, selama fase percontohan program.
Baca Juga: Contek Gaya Setelan Blazer Polos yang Kini Tidak Selalu Formal
MEGA membagikan URL yang sebelumnya mereka hapus karena melanggar kebijakan keselamatan anak. Tim spesialis keselamatan anak Meta, menggunakan informasi ini untuk melakukan penyelidikan yang lebih luas terhadap potensi perilaku pelanggaran terkait URL ini di platform.
Tim menghapus lebih dari 10.000 Profil Facebook, Halaman, dan akun Instagram yang melanggar selama penyelidikan.
"Sesuai dengan kewajiban hukum kami, kami melaporkan profil, halaman, dan akun yang melanggar ke NCMEC. Selain itu, kami membagikan detail penyelidikan kami kembali ke Lantern. Sehingga perusahaan yang berpartisipasi dapat menggunakan sinyal tersebut untuk melakukan penyelidikan mereka sendiri," tuturnya.