Nokia dan UNESCO menyusun kerangka kerja baru, bertujuan membantu pemerintah di seluruh dunia dalam menggunakan teknologi. Agar membuat kehidupan masyarakat menjadi lebih baik. Nokia dan UNESCO menilai, transformasi digital memiliki potensi besar dalam meningkatkan kemampuan kita untuk menghadapi masalah global yang kompleks.
Iklim berubah, produktivitas terhenti di banyak industri, dan akses ke peluang tetap tidak setara di seluruh dunia. Dengan transformasi digital dan kecerdasan buatan (AI), pihaknya dapat memahami tantangan ini dengan lebih baik dan mengembangkan solusi yang berkelanjutan.
Penyedia teknologi seperti Nokia, dapat bermitra dengan pemerintah untuk memberikan inovasi dan membantu mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk memaksimalkannya.
Penguasaan AI dan Teknologi Digital Penting Bagi Pegawai Negeri, Kenapa?
AI dan teknologi transformatif lainnya, akan membekali pemerintah dan pegawai negeri dengan pemahaman, perencanaan, dan prediksi yang lebih baik untuk penyampaian layanan yang lebih baik.
Tapi, Nokia menyadari bahwa perubahan tidak pernah mudah. Beberapa inisiatif transformasi digital telah berhasil meningkatkan kehidupan di seluruh planet ini, namun masih ada beberapa masalah lain.
Presiden dan CEO Nokia Pekka Lundmark mengungkap, Nokia ingin memahami kesulitan yang dihadapi pemerintah saat menerapkan transformasi digital dan inisiatif AI. Hal itu penting bagi mereka, karena penggunaan teknologi transformatif yang lebih besar akan memungkinkan pemerintah untuk fokus pada hal yang paling penting, yaitu membuat kehidupan masyarakat lebih baik.
"Bekerja dalam kerangka Komisi Broadband, kami bekerja sama dengan Unesco dan pakar lainnya untuk melihat bagaimana pemerintah dapat berhasil dengan baik," kata dia, dalam laman Nokia, Sabtu (24/9/2022).
Nokia-UNESCO juga menyusun sebuah panduan bagi pemerintah, isinya tentang cara mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk melakukan transformasi.
AI dapat memberikan kesempatan terbaik kepada pemerintah untuk membuat kebijakan yang efektif dan inovatif yang memenuhi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) PBB.
Laporan Nokia-UNESCO menyajikan kerangka kerja mengembangkan kompetensi, yang penting untuk menuai manfaat dari transformasi digital dan AI.
"Tidak semua pegawai negeri sipil perlu menjadi spesialis transformasi digital. Tetapi semua perlu memahami potensi yang dimiliki teknologi di berbagai bidang kebijakan," ucapnya.
Dengan semua orang di dalamnya, dampak itu dapat menjadi konsekuensial dan konstruktif, menjadikan masyarakat kita tempat yang lebih baik untuk ditinggali.
Tiga Domain Kompetensi PNS Yang Perlu Dimiliki
Nokia menyebut, sedikitnya ada tiga domain kompetensi PNS yang diperlukan, agar bisa memahami transformasi digital dan penerapan AI. Apa saja itu?
- Perencanaan dan Desain Digital
Memahami kompleksitas masalah saat ini, mengantisipasi kejadian tak terduga, dan mengenali peluang strategis untuk menggunakan solusi digital untuk mengembangkan solusi. - Penggunaan Data dan Tata Kelola
Memahami peran mendasar dan nilai data, serta risiko yang melekat, dan kemampuan untuk menggunakan, menganalisis, dan berbagi data. Dengan mempertimbangkan masalah etika, privasi, dan keamanan. Sangat penting bagi pegawai negeri untuk mengatasi tantangan tata kelola dan memenuhi harapan publik yang terus meningkat dari pemerintah, sementara pada saat yang sama menggunakan data secara efektif dan bertanggung jawab. - Manajemen dan Eksekusi Digital
Memahami nilai praktik kerja baru dan inovatif. Menerapkan serangkaian metode kerja, pendekatan, dan alat baru untuk menggunakan data dan teknologi untuk mengatasi masalah yang kompleks, dan untuk mendorong cara baru untuk terlibat dengan warga baik online maupun offline.
Perubahan Harus Didukung Keinginan Belajar dan Kepemimpinan Yang Tepat
Terlepas dari itu semua, Nokia menegaskan bahwa ini bukan hanya tentang keterampilan seorang pegawai negeri sipil. Hasil terbaik bisa dicapai ketika pemerintah mengembangkan strategi holistik dan komprehensif, didukung oleh aksi digital dan rencana pengembangan kompetensi. Hal ini memastikan koherensi dan konsistensi di seluruh sektor pemerintahan.
Tak perlu dikatakan lagi bahwa, transformasi digital bukan hanya masalah perangkat keras. Memiliki infrastruktur TI yang dibutuhkan tidak akan berjalan lama, jika tidak ada fokus yang sama dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mengadopsi cara kerja baru ini.
"Transformasi adalah perjalanan belajar dan pembelajaran tidak dapat terjadi tanpa menantang status quo. Kita perlu berkomitmen untuk menantang kebiasaan lama dan cara berpikir dan merangkul kreativitas dan rasa ingin tahu," terangnya.
"Untuk memaksimalkan AI dan transformasi digital, kita juga perlu mengabadikan dan mengembangkan gaya kepemimpinan yang mendukung perubahan," lanjut Pekka.
Selain itu juga pemimpin yang memberdayakan staf mereka dan menciptakan kepercayaan, memungkinkan inovasi dan kreativitas, memperlengkapi pegawai negeri sipil sebagai pembuat perubahan digital.
"Kita dapat membuat perubahan terjadi, tetapi itu membutuhkan keterbukaan kita untuk berubah dan jenis kepemimpinan yang tepat. Ini adalah upaya seluruh masyarakat. Sektor swasta juga memiliki peran yang berharga," sebutnya.