Anak usaha Telkom yakni Telkomsat akan meluncurkan satelit tahun depan.
Hal ini dilakukan menyusul telah diluncurkannya satelit Satria-1 milik Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemenkominfo RI), pada Juni 2023, namun satelit itu baru resmi mengorbit pada 2024.
CEO Telkom Group, Ririek Adriansyah, mengatakan bahwa jenis satelit Telkomsat dan Satria-1 sama yakni HTS atau high throughput satellite, namun kapasitasnya berbeda.
"Satelit Satria-1 menggunakan KA-band, sedangkan Telkomsat KU-band," kata Ririek, dilansir dari Katadata, Senin (20/11/2023).
Baca Juga: Cek Spesifikasi Luar Dalam Wuling BinguoEV
Ririek mengklaim bahwa satelit ini lebih tahan cuaca ketimbang SATRIA 1 milik Kominfo.
Ia menambahkan, pita frekuensi KA yang dimiliki oleh satelit Indonesia SATRIA 1 memiliki jangkauan 18 – 40 GHz. Rinciannya yakni uplink dengan jangkauan 27,5 - 31 GHz, sedangkan downlink 18,3 - 18,8 GHz dan 19,7– 20,2 GHz.
Sementara itu, jangkauan frekuensi KU-band 11,7 – 12,7 GHz untuk uplink dan 14 – 14,5 GHz pada level downlink.
Ririek menjelaskan, KA-band memiliki kapasitas besar, namun rentan hilang akibat cuaca seperti hujan.
"Jadi semakin tinggi frekuensi, semakin rentan terhadap hujan dan kabut. Ini hukum alam," ujarnya.
Sementara itu, kapasitas KU-band tidak sebesar KA-band, namun lebih tahan terhadap cuaca.
"Satelit Telkomsat akan digunakan untuk backhaul BTS atau akses poin WiFi," lanjutnya.
Diketahui, saat ini Telkom memiliki tiga satelit. Telkomsat milik Telkom menyediakan layanan internet berbasis satelit orbit rendah yang diberi nama MangoStar. Layanan ini menawarkan internet tanpa batas dengan kecepatan laju data hingga 500 Mbps, serta latensi menyerupai fiber optik.
Baca Juga: Wattpad Hadirkan Fitur Premium Picks, Bisa Akses ke 5 Wattpad Original Bulanan Gratis
Sementara itu sebelumnya, Kemenkominfo RI meluncurkan satelit Satria 1 pada Juni 2023, dan resmi mengorbit pada awal November.
Satelit SATRIA 1 dibawa ke orbit oleh roket Falcon 9 milik Space Exploration Technologies Corporation, atau dikenal dengan SpaceX.
Manajer Proyek SATRIA 1, PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN), Nia Asmady, beberapa hari usai peluncuran mengatakan bahwa satelit Satria-1 masih dalam masa orbit raising, yang akan berlangsung hingga November 2023.
Sebelum SATRIA 1 sampai di Orbit 146BT, akan ada pengujian pengujian dari manufaktur satelit (TAS) sebelum diserahterimakan kepada operator, dalam hal ini PT SNT. Lalu, bila diketahui semua kinerja fungsi normal, satelit akan diserahkan ke SNT, diintegrasikan dengan ground segment selama 1,5 bulan.
SATRIA 1 dibangun di Thales Alenia Space, Prancis. Sebelum diluncurkan di Payload Processing Facility SpaceX, Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat, satelit itu dikirim melalui moda transportasi laut selama 17 hari dari Cannes, Perancis.
Baca Juga: Sedan Xiaomi SU7: Bisa Bayar Tol Otomatis Tanpa Berhenti, Bentuknya Mirip Tesla Model 3
Peluncuran satelit internet SATRIA 1 dilakukan pemerintah untuk pemerataan infrastruktur digital, dan memenuhi kebutuhan akses layanan publik di seluruh Indonesia.
Akses internet yang disediakan oleh SATRIA 1 diharapkan akan memberikan manfaat yang signifikan bagi masyarakat. Prioritas utama penerima akses internet dari SATRIA 1 adalah sektor pendidikan, fasilitas layanan kesehatan, kantor pemerintah daerah, serta TNI dan Polri.
Teknologi satelit memungkinkan akselerasi penyediaan internet di desa-desa yang tidak dapat dijangkau oleh teknologi fiber optik, setidaknya dalam 10 tahun ke depan.
Dengan kapasitasnya, SATRIA-1 mampu menjangkau daerah terpencil atau terisolasi dengan biaya layanan yang efisien dan waktu yang lebih cepat, dibandingkan teknologi teresterial.