Momen tawaran belanja di tengah banjir diskon, jika di Eropa dan Amerika sering disebut sebagai Black Friday dan Cyber Monday, maka di Indonesia sering muncul sebagai momen flash sale dan program diskon tanggal kembar (contoh: 10.10, 11.11, 12.12).
Survei terbaru Kaspersky mengungkap, selama momen penjualan global yang sangat populer, seperti Black Friday dan Cyber Monday, didapati bahwa 90% pembelian terjadi secara spontan.
Peningkatan penjualan di momen tersebut, yang mencapai sedikitnya 58%, juga berasal dari kontribusi promo yang muncul di media sosial. Karena dari sana, biasanya influencer dan blogger ikut merekomendasikan produk untuk dibeli secara online.
Wakil Presiden, Pemasaran Produk Konsumen Kaspersky, Marina Titova, menyebut bahwa bagi banyak orang, momen diskon seperti itu dianggap sebagai cara terbaik dalam menghemat banyak uang untuk berbagai pembelian.
Baca Juga: Blackberry Rilis Laporan Intelijen Ancaman Global: Puluhan Serangan Malware per Menit
Survei ini juga menemukan, sebagian besar responden (71%) bersedia menunggu hingga acara besar seperti Black Friday atau Cyber Monday untuk mendapatkan penawaran terbaik.
Dan nampaknya, perempuan (22%) merupakan pembelanja super sale yang lebih berdedikasi dibandingkan laki-laki (17%).
Namun, Titova juga mengatakan, sebagian besar dari mereka membeli secara spontan selama acara penjualan besar dan mungkin tidak terlalu memperhatikan keselamatan, demi mencoba mendapatkan penawaran terbaik.
"Solusi kami untuk belanja online yang aman –seperti Kaspersky Premium– dapat menjadi asisten andal dalam keamanan pembayaran online. Tidak hanya akan melindungi data pribadi Anda, tetapi juga informasi keuangan, dan juga akan memperingatkan untuk menghindari kemungkinan situs phishing situs," lanjutnya.
Baca Juga: Toyota Bakal Bikin Mobil Pesaing Suzuki Jimny
Baca Juga: 77 Unit Lamborghini Huracan Ditarik Kembali Karena Kesalahan Sabuk Pengaman
Untuk yang masih belum peka dengan ancaman siber saat belanja online, bisa menyimak di bawah ini. Berikut ini daftar serangan siber yang bisa terjadi saat kamu sedang asik berbelanja atau berselancar di laman toko online:
Pencurian identitas
Hal ini biasanya melibatkan penjahat dunia maya yang meretas situs website e-commerce dan mencuri detail login atau kartu kreditmu.
Ini memungkinkan pelaku menyamar sebagai pengguna untuk melakukan pembelian palsu. Kejahatan lain yang mengancam, mereka menjual data pribadi kepada penjahat lain secara online.
Toko online palsu
Penipu mungkin membuat situs web palsu, mereka menyalin desain, tata letak serta mencuri logo, untuk mengelabui pengguna. Dengan demikian, kamu bisa saja mengira bahwa situs yang sedang kamu buka adalah situs belanja asli yang kamu tuju.
Terkadang pengguna menerima barang yang telah mereka bayar, tetapi biasanya barang tersebut palsu. Korban penipuan lainnya bahkan tidak menerima apapun.
Baca Juga: Youtube Luncurkan Playables untuk Pelanggan Premium, Bisa Main Mini Game
Data tidak terenkripsi
Beberapa situs website e-commerce tidak mengenkripsi data. Jika mereka tidak memiliki sertifikat SSL terbaru, mereka lebih rentan terhadap serangan.
Situs web yang URL-nya dimulai dengan HTTP dan bukan HTTPS tidak aman. Maka, ini menimbulkan risiko bagi pembeli yang membagikan detail kartu kredit dan informasi sensitif lainnya ke situs tersebut.
Peretasan dan penyalahgunaan data
Saat berbelanja online, kamu berbagi informasi sensitif dengan situs belanja yang kamu gunakan.
Jika peretas mendapatkan akses tidak sah ke situs website e-commerce yang kamu gunakan untuk berbelanja, maka ada risiko informasi dan datamu disalahgunakan.
Aplikasi palsu
Adanya aplikasi belanja tidak selalu memudahkan pembeli, terkadang justr bisa jadi ancaman.
Penjahat dunia maya kadang mencoba meniru aplikasi itu dan membuatnya menjadi aplikasi palsu. Jangan salah, aplikasi palsu juga bisa muncul dalam daftar toko aplikasi.
Penipuan bermodus penggunaan aplikasi palsu, bertujuan mengumpulkan informasi pribadimu sampai kata sandi. Data ini bisa disalahgunakan untuk kejahatan berikutnya yang merugikanmu.