Cloudera Sebut AI Generatif Bisa Berperan Topang Bisnis di Asia Pasifik

Uli Febriarni
Rabu 06 Desember 2023, 19:41 WIB
logo Cloudera (Sumber: Cloudera)

logo Cloudera (Sumber: Cloudera)

Perusahaan teknologi global, Cloudera, memprediksi berbagai perusahaan di Asia Pasifik akan menghadapi empat tren bisnis.

Wakil Direktur Cloudera Asia Pasifik dan Jepang, Remus Lim, mengungkap bahwa ekonomi sedang tidak berjalan baik, khususnya bagi organisasi karena adanya kendala.

Kondisi itu perlu dilihat sebagai peluang bagi organisasi untuk berkembang dalam berinovasi. Organisasi harus melakukan hal-hal yang berbeda.

"Sehingga mereka dapat terus berinovasi, meskipun dalam kondisi perekonomian yang tidak terlalu baik," ucapnya, dikutip dari Antaranews, Rabu (6/12/2023).

Ia menambahkan, ketika kondisi ekonomi cukup menantang, tahun depan diperkirakan berbagai perusahan akan menghemat biaya melalui peningkatan efisiensi dan memaksimalkan sumber daya yang mereka miliki.

Baca Juga: Merek Mobil Listrik di Indonesia Bakal Makin Ramai Tahun Depan, BYD Siap Masuk

Baca Juga: Kemenkumham RI dan Livin' Mandiri Punya Program Golden Visa, Begini Ketentuannya

Namun, perusahaan harus bersiap untuk menjadi anti rapuh di berbagai kondisi ekonomi. Bukan hanya teknologi, perusahan perlu memiliki orang-orang dan peningkatan proses penyebaran teknologi, agar perusahaan dapat memaksimalkan potensi yang mereka punya.

Pada 2024, kata dia, akan banyak perusahaan mulai memperlakukan data sebagai komoditas yang bisa dimonetisasi untuk memperoleh pendapatan baru.

Monetisasi bukan hanya soal dampak langsung pada pendapatan, tetapi juga tentang bagaimana data dapat digunakan untuk pengambilan keputusan bisnis yang kritis dan untuk meraih inovasi. Pemahaman asal usul data (data lineage) dan integritas data menjadi kunci untuk mencapai tujuan ini.

"Saat ini tidak ada organisasi yang dapat hidup tanpa data. Data bukan lagi suatu hal yang sebaiknya dimiliki, melainkan harus dimiliki. Organisasi tidak ingin menggunakan data untuk operasionalisasi, melainkan untuk menciptakan diferensiasi," ungkapnya.

Baca Juga: Elon Musk Butuh Uang Sebanyak Satu Miliar Dolar untuk Mendanai xAI

Berikutnya, pengoperasian kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) akan semakin banyak dipakai, guna mendorong nilai bisnis serta berinovasi dalam menghadapi tantangan bisnis.

Yang tak kalah penting, manajemen data yang baik menjadi kunci kesuksesan perusahaan di era ini.

"Dengan memanfaatkan AI generatif dan memaksimalkan arsitektur data yang kuat, kita membuka pintu menuju transformasi yang signifikan," tuturnya.

Lim menegaskan, untuk memaksimalkan penggunaan AI, dibutuhkan data yang terpercaya.

Baca Juga: Realme C67 Akan Segera Hadir di Indonesia, Bawa Peningkatan dari Generasi Pendahulunya

Baca Juga: Vivo X100 dan X100 Pro Jadi Ponsel Resmi untuk Turnamen Euro 2024

"Anda perlu mempercayai AI agar Anda mempercayai datanya. Jika Anda tidak mempercayai datanya, Anda tidak bisa mempercayai AI tersebut. Tidak mempercayai AI itu berbahaya, terlebih jika Anda membat sesuatu yang keputusannya itu dibuat oleh mesin," lanjut dia.

Principal Solution Engineer Cloudera, Fajar Muharandy, menjelaskan perihal AI generatif layaknya pisau bermata ganda. Di satu sisi, jika bisa dimanfaatkan dengan baik, maka AI generatif bisa membantu suatu organisasi untuk menjadi anti-rapuh.

"Tetapi di sisi lain, perkembangan teknologi seperti AI generatif juga bisa membuat organisasi yang tidak siap menjadi lebih rapuh," terangnya.

Saat organisasi bersiap menghadapi masa depan ekonomi yang tidak pasti, langkah-langkah yang diambil tidak boleh mengorbankan inovasi atau pertumbuhan.

Dan strategi AI yang hati-hati dan penuh pertimbangan, sejalan dengan tujuan bisnis, menjadi kunci keberhasilan.

"Perusahaan-perusahaan perlu berkomitmen untuk membangun fondasi AI yang kuat, memastikan teknologi, manusia, dan proses bekerja secara selaras. Dengan demikian, organisasi tetap resilient dan bahkan berkembang di tengah goncangan ekonomi," tandasnya.

Follow Berita Techverse.Asia di Google News
Berita Terkait Berita Terkini
Techno05 April 2025, 11:11 WIB

Jiplak Fitur TikTok, Reels Instagram Kini Bisa Dipercepat Saat Dilihat

Instagram kini memungkinkan pengguna untuk mempercepat Reels seperti di TikTok.
Reels Instagram sekarang bisa dipercepat saat diputar. (Sumber: istimewa)
Lifestyle05 April 2025, 11:00 WIB

Casio G-SHOCK x Barbie Rilis Jam Tangan Serba Pink

Jam Tangan GMAS110BE-4A Edisi Terbatas Mengekspresikan Pandangan Dunia Barbie.
Casio G-SHOCK GMAS110BE-4A x Barbie. (Sumber: Casio)
Techno04 April 2025, 16:36 WIB

Batas Waktu Pelarangan TikTok Berlaku 5 April 2025, Apa yang Terjadi Selanjutnya?

Trump menegaskan bahwa TikTok harus menjual platform mereka agar bisa tetap beroperasi di AS.
TikTok.
Automotive04 April 2025, 16:12 WIB

Hyundai Ungkap IONIQ 6 dan IONIQ 6 N Line dengan Desain Terbaru

Dua mobil listrik baru tersebut diperkenalkan di Seoul Mobility Show 2025.
Hyundai IONIQ 6.
Techno04 April 2025, 15:37 WIB

Spek Lengkap POCO M7 Pro 5G, Didukung Aplikasi Google Gemini

Mendefinisikan Ulang Hiburan 5G dengan Gaya dan Harga Terjangkau untuk Generasi Berikutnya.
POCO M7 Pro 5G. (Sumber: POCO)
Startup04 April 2025, 15:15 WIB

Elon Musk Sebut xAI Telah Resmi Mengakuisisi X

Masa depan kedua perusahaan tersebut saling terkait.
Elon Musk (Sumber: Istimewa)
Techno04 April 2025, 14:28 WIB

Kebijakan Tarif Trump Gemparkan Pasar Keuangan Global

Hal ini berpotensi kembali memicu kenaikan inflasi dan akan semakin menunda dimulainya kembali tren penurunan suku bunga.
Presiden AS Donald Trump. (Sumber: null)
Techno03 April 2025, 16:29 WIB

Nintendo Switch 2 akan Dijual Seharga Rp7 Jutaan, Rilis 5 Juni 2025

Perusahaan tersebut mendalami perangkat keras, fitur, dan permainan selama Nintendo Direct yang sangat sukses.
Nintendo Switch 2. (Sumber: Nintendo)
Techno03 April 2025, 16:05 WIB

Generator Gambar ChatGPT Sekarang Tersedia untuk Semua Pengguna Gratis

Sekarang semua orang dapat membuat karya seni ChatGPT ala Studio Ghibli.
Logo OpenAI (Sumber: OpenAI)
Startup03 April 2025, 14:52 WIB

Grab Dilaporkan akan Akuisisi Gojek: Butuh Dana Rp33 Triliun

Yang jadi kekhawatiran atas akuisisi ini adalah terjadinya monopoli di sektor startup layanan ride hailing.
Grab (Sumber: GRAB)