Perusahaan teknologi global, Cloudera, memprediksi berbagai perusahaan di Asia Pasifik akan menghadapi empat tren bisnis.
Wakil Direktur Cloudera Asia Pasifik dan Jepang, Remus Lim, mengungkap bahwa ekonomi sedang tidak berjalan baik, khususnya bagi organisasi karena adanya kendala.
Kondisi itu perlu dilihat sebagai peluang bagi organisasi untuk berkembang dalam berinovasi. Organisasi harus melakukan hal-hal yang berbeda.
"Sehingga mereka dapat terus berinovasi, meskipun dalam kondisi perekonomian yang tidak terlalu baik," ucapnya, dikutip dari Antaranews, Rabu (6/12/2023).
Ia menambahkan, ketika kondisi ekonomi cukup menantang, tahun depan diperkirakan berbagai perusahan akan menghemat biaya melalui peningkatan efisiensi dan memaksimalkan sumber daya yang mereka miliki.
Baca Juga: Merek Mobil Listrik di Indonesia Bakal Makin Ramai Tahun Depan, BYD Siap Masuk
Baca Juga: Kemenkumham RI dan Livin' Mandiri Punya Program Golden Visa, Begini Ketentuannya
Namun, perusahaan harus bersiap untuk menjadi anti rapuh di berbagai kondisi ekonomi. Bukan hanya teknologi, perusahan perlu memiliki orang-orang dan peningkatan proses penyebaran teknologi, agar perusahaan dapat memaksimalkan potensi yang mereka punya.
Pada 2024, kata dia, akan banyak perusahaan mulai memperlakukan data sebagai komoditas yang bisa dimonetisasi untuk memperoleh pendapatan baru.
Monetisasi bukan hanya soal dampak langsung pada pendapatan, tetapi juga tentang bagaimana data dapat digunakan untuk pengambilan keputusan bisnis yang kritis dan untuk meraih inovasi. Pemahaman asal usul data (data lineage) dan integritas data menjadi kunci untuk mencapai tujuan ini.
"Saat ini tidak ada organisasi yang dapat hidup tanpa data. Data bukan lagi suatu hal yang sebaiknya dimiliki, melainkan harus dimiliki. Organisasi tidak ingin menggunakan data untuk operasionalisasi, melainkan untuk menciptakan diferensiasi," ungkapnya.
Baca Juga: Elon Musk Butuh Uang Sebanyak Satu Miliar Dolar untuk Mendanai xAI
Berikutnya, pengoperasian kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) akan semakin banyak dipakai, guna mendorong nilai bisnis serta berinovasi dalam menghadapi tantangan bisnis.
Yang tak kalah penting, manajemen data yang baik menjadi kunci kesuksesan perusahaan di era ini.
"Dengan memanfaatkan AI generatif dan memaksimalkan arsitektur data yang kuat, kita membuka pintu menuju transformasi yang signifikan," tuturnya.
Lim menegaskan, untuk memaksimalkan penggunaan AI, dibutuhkan data yang terpercaya.
Baca Juga: Realme C67 Akan Segera Hadir di Indonesia, Bawa Peningkatan dari Generasi Pendahulunya
Baca Juga: Vivo X100 dan X100 Pro Jadi Ponsel Resmi untuk Turnamen Euro 2024
"Anda perlu mempercayai AI agar Anda mempercayai datanya. Jika Anda tidak mempercayai datanya, Anda tidak bisa mempercayai AI tersebut. Tidak mempercayai AI itu berbahaya, terlebih jika Anda membat sesuatu yang keputusannya itu dibuat oleh mesin," lanjut dia.
Principal Solution Engineer Cloudera, Fajar Muharandy, menjelaskan perihal AI generatif layaknya pisau bermata ganda. Di satu sisi, jika bisa dimanfaatkan dengan baik, maka AI generatif bisa membantu suatu organisasi untuk menjadi anti-rapuh.
"Tetapi di sisi lain, perkembangan teknologi seperti AI generatif juga bisa membuat organisasi yang tidak siap menjadi lebih rapuh," terangnya.
Saat organisasi bersiap menghadapi masa depan ekonomi yang tidak pasti, langkah-langkah yang diambil tidak boleh mengorbankan inovasi atau pertumbuhan.
Dan strategi AI yang hati-hati dan penuh pertimbangan, sejalan dengan tujuan bisnis, menjadi kunci keberhasilan.
"Perusahaan-perusahaan perlu berkomitmen untuk membangun fondasi AI yang kuat, memastikan teknologi, manusia, dan proses bekerja secara selaras. Dengan demikian, organisasi tetap resilient dan bahkan berkembang di tengah goncangan ekonomi," tandasnya.