NASA Tabrakkan Pesawat Ruang Angkasa Senilai Ratusan Juta Dollar ke Asteroid Dimorphos, Buat Apa?

Rahmat Jiwandono
Rabu 28 September 2022, 09:32 WIB
Asteroid Dimorphos yang jadi target untuk ditabrak pesawat ruang angkasa DART pada Senin (26/9/2022)/NASA.

Asteroid Dimorphos yang jadi target untuk ditabrak pesawat ruang angkasa DART pada Senin (26/9/2022)/NASA.

Techverse.asia - Badan Penerbangan dan Antariksa atau National Aeronautics and Space Administration (NASA) Amerika Serikat baru saja melaksanakan misi Uji Pengalihan Asteroid Ganda atau Double Asteroid Redirection Test (DART) pada Senin (26/9/2022) waktu setempat. Misi ini adalah menabrakkan sebuah pesawat ruang angkasa ke permukaan asteroid yang disebut Dimorphos.

Pesawat ruang angkasa yang menghabiskan anggaran sebesar $330 juta dollar itu ditabrakkan dengan kecepatan lebih dari 14.000 mil per jam. Para peneliti berharap tabrakan itu setidaknya akan sedikit mengubah tatanan orbit asteroid.

Baik asteroid Dimorphos, maupun pendampingnya yang lebih besar yaitu Didymos. NASA mengklaim bahwa percobaan ini tidak menimbulkan bahaya bagi bumi, tetapi percobaan ini dirancang untuk menguji apakah dampak serupa dapat membuat perbedaan jika para ilmuwan pernah menemukan asteroid yang merupakan ancaman nyata bagi kehidupan manusia di bumi.

Pesawat ruang angkasa itu memiliki sistem panduan otonom yang akan bertugas memandu DART ke Dimorphos, yang lebarnya hanya 163 meter. Ukuran 163 meter terhitung besar dalam skala manusia, tetapi secara astronomis, itu sangat kecil dan sangat jauh sehingga para peneliti masih belum tahu persis seperti apa bentuknya, dan kemungkinan tidak akan memiliki gambar asteroid yang baik sampai sebelum ditabrakkan. Berkat kamera yang terpasang di DART, oranng telah menyaksikan bersama aksi itu.

“Apa yang Anda lihat di luar angkasa itu (penabrakan asteroid) adalah sesuatu yang mungkin terlambat sekitar 45 detik (dengan ada yang di bumi), tapi itu tetap menakjubkan, karena sebuah gambar muncul setiap detiknya,” kata Elena Adams, insinyur sistem misi DART.

Satu jam sebelum tabrakan, Dimorphos asteroid yang dijadikan target bahkan tidak terlihat dalam gambar dari pesawat ruang angkasa. Dalam beberapa gambar awal yang dikirim kembali ke bumi, bahkan asteroid lainnya, Didymos, tampak seperti titik tunggal di lautan hitam.

Pesawat ruang angkasa DART bergerak dengan kecepatan 14.000 mil per jam atau sekitar tujuh kilometer per detik. Orang yang menonton di bumi melihat permukaan kasar yang ada di Didymos melintas saat pesawat ruang angkasa melaju menuju Dimorphos. Batu-batu besar memenuhi layar tepat sebelum menjadi merah terang, itu menunjukkan hilangnya sinyal dan DART telah mencapai tujuan akhirnya. Di ruang operasi misi, ada keheranan ketika gambar-gambar itu masuk.

“Asteroid ini dapat dilihat langsung secara visual untuk pertama kalinya, kami benar-benar tidak tahu apa yang diharapkan. Kami tidak benar-benar tahu bentuk asteroid itu, tetapi kami tahu di mana kami akan menabraknya,” ujar Elena.

“Jadi saya pikir kami semua agak menahan napas. Saya agak terkejut tidak ada dari kami yang benar-benar pingsan sesaat,” imbuhnya.

Teleskop di seluruh dunia dan beberapa di luar angkasa kemarin mengalihkan perhatian mereka ke lokasi tabrakan. Mereka akan diperlihatkan seberapa besar dampaknya mengubah pergerakan Dimorphos.

Tabrakan DART dengan asteroid Dimorphos itu adalah bagian dari eksperimen pertahanan planet praktis pertama, yang mana percobaan untuk melihat apakah umat manusia suatu hari nanti dapat mengarahkan kembali jalur asteroid yang menuju ke bumi.

“Kami memulai era baru umat manusia, era di mana kami berpotensi memiliki kemampuan untuk melindungi diri dari sesuatu seperti dampak asteroid yang berbahaya. Suatu hal yang menakjubkan. Kami belum pernah memiliki kemampuan itu sebelumnya,” kata Lori Glaze, Direktur Divisi Ilmu Planet NASA, seusai dua benda itu bertabrakan.

Untuk lebih jelasnya, baik Dimorphos maupun Didymos, tidak menimbulkan bahaya bagi Bumi. Tidak ada asteroid yang diketahui menimbulkan ancaman signifikan dan langsung bagi bumi.

Namun, NASA melakukan sebuah terobosan besar. Suatu hari nanti, jika sebuah asteroid terlihat di jalur berbahaya, NASA ingin manusia memiliki opsi yang dapat mencegah terjadinya bencana yang bisa timbul dari sebuah asteroid.

Opsi yang diuji DART adalah salah satu yang paling langsung, jika membenturkan sesuatu ke asteroid, apakah itu akan (bisa) mengubah cara asteroid itu bergerak? Karena asteroid Dimorphos orbitnya berada di antara asteroid lain (Didymos) dan bumi. Para peneliti akan segera memiliki jawaban untuk pertanyaan itu.

Ukuran Dimorphos relatif kecil, sehingga para ilmuwan tidak dapat benar-benar melihat asteroid sampai tepat sebelum terjadinya tabrakan. Kendati demikian, teleskop dapat melihat Didymos meredup setiap kali Dimorphos melintasi diantaranya dan melewati bumi.

Ini memungkinkan para peneliti mengetahui seberapa cepat asteroid itu bergerak. Mereka berharap untuk melihat kecepatan orbit Dimorphos setelah tabrakan, tetapi seberapa dekat perilaku asteroid baru akan terlihat jelas dengan pengamatan di komputer.

Kemungkinan akan memakan waktu beberapa bulan untuk mendapatkan jawaban lengkap tentang seberapa banyak misi DART mengubah orbit Dimorphos. Namun, beberapa gambar dan data kemungkinan akan mulai dirilis oleh NASA dalam beberapa hari atau beberapa minggu ke depan.

Sebelum tabrakan, pesawat ruang angkasa DART merilis satelit yang lebih kecil, LICIACube buatan Italia. Pesawat ruang angkasa kecil ini mengikuti DART dalam perjalanan menuju kehancurannya, mengambil gambar segera setelahnya, yang akan dikirim kembali ke para peneliti di bumi.

Teleskop di tujuh benua juga akan fokus pada sistem asteroid, seperti halnya pesawat ruang angkasa Lucy, Teleskop Luar Angkasa James Webb, dan teleskop luar angkasa Hubble. Kemudian, pada 2024, Badan Antariksa Eropa akan mengirim pesawat ruang angkasa lain untuk mensurvei Dimorphos, dan melihat dari dekat asteroid dan puing-puing apa pun yang tersisa dari pesawat ruang angkasa itu sendiri.

Tetapi sementara itu, gambar terakhir dari pesawat ruang angkasa menawarkan banyak detail gambar yang menggoda bagi para peneliti, termasuk Carolyn Ernst, seorang ilmuwan yang bekerja pada sistem pencitraan DART, DRACO. Pada konferensi pers setelah tumbukan itu, dia memuji bentuk mengejutkan dari pasangan asteroid, dan batu-batu besar, bintik-bintik halus dan kawah Didymos, yang meski hanya terlihat untuk waktu yang singkat.

“Pekerjaan orang-orang ini sudah selesai tapi kami baru saja mulai,” ujar dia.

Follow Berita Techverse.Asia di Google News
Berita Terkini
Techno22 Januari 2025, 16:28 WIB

Apa yang Diharapkan pada Samsung Galaxy Unpacked 2025, Bakal Ada S25 Slim?

Galaxy Unpacked Januari 2025: Lompatan Besar Berikutnya dalam Pengalaman AI Seluler.
Samsung Galaxy Unpacked 2025 akan digelar pada Rabu (22/1/2025). (Sumber: Samsung)
Startup22 Januari 2025, 16:02 WIB

Antler Salurkan Pendanaan Senilai Rp49 Miliar kepada 25 Startup Tahap Awal di Indonesia

Antler Pertahankan Momentum Kuat di Indonesia, Mencatatkan 50 Investasi Selama Dua Tahun Terakhir Di Tengah Tantangan Pasar.
Antler. (Sumber: antler)
Automotive22 Januari 2025, 15:33 WIB

Harga dan Spesifikasi New Yamaha R25, Bawa Kapasitas Mesin 250CC

Tampil Sebagai Urban Super Sport, New Yamaha R25 Siap Geber Maksimal.
Yamaha R25 2025. (Sumber: Yamaha)
Techno22 Januari 2025, 14:51 WIB

Tak Disebut Pada Pelantikan Presiden AS Donald Trump, Bagaimana Nasib Bitcoin?

Bitcoin terkoreksi ke US$100 ribu pasca Presiden AS Donald Trump tidak menyebut soal kripto pada sesi pelantikan.
ilustrasi bitcoin (Sumber: freepik)
Techno21 Januari 2025, 18:55 WIB

Insta360 Luncurkan Flow 2 Pro, Tripod Khusus untuk iPhone

Gimbal ini memungkinkan pembuatan film menggunakan kamera iPhone dan punya fitur-fitur AI.
Insta360 Flow 2 Pro. (Sumber: Insta360)
Techno21 Januari 2025, 18:37 WIB

Fossibot S3 Pro: Ponsel Entry Level dengan Pengaturan Layar Ganda

Gawai ini menawarkan fitur premium, tapi harganya ramah di kantong.
Fossibot S3 Pro. (Sumber: istimewa)
Startup21 Januari 2025, 18:24 WIB

Chickin Raih Pendanaan Pinjaman Sebesar Rp280 Miliar dari Bank DBS Indonesia

Chickin didirikan pada 2018, tepatnya di Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah.
Chickin. (Sumber: East Ventures)
Startup21 Januari 2025, 17:13 WIB

Banyu Dapat Pendanaan Awal Sebanyak Rp20 Miliar, Merevolusi Industri Rumput Laut

BANYU berkomitmen untuk mendukung petani dengan bibit berkualitas tinggi, teknik budidaya modern, dan akses pendapatan stabil.
Ilustrasi startup Banyu. (Sumber: istimewa)
Techno21 Januari 2025, 16:39 WIB

Upaya Donald Trump Mempertahankan TikTok di AS, Beri Perpanjangan Waktu 75 Hari

Trump menggembar-gemborkan rencananya untuk menyelamatkan TikTok selama kampanye kemenangannya.
Presiden AS Donald Trump. (Sumber: null)
Techno21 Januari 2025, 15:50 WIB

Edits: Aplikasi Edit Video yang Fiturnya Banyak Mirip CapCut

Instagram meluncurkan aplikasi pengeditan video baru yang sangat mirip dengan CapCut.
Logo aplikasi Edits milik Instagram. (Sumber: istimewa)