Teknologi kecerdasan buatan (AI) telah marak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, tak terkecuali di industri game.
Namun, efisiensi dan kemudahan yang diberikannya dikhawatirkan mengancam eksistensi pekerjaan manusia.
Lantas, bagaimana pelaku bisnis dan pengembang game memandang kondisi ini?
Chief Strategy Officer of Agate, Cipto Adiguno, meyakini pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) di industri game lokal tak memicu pemutusan hubungan kerja (PHK).
Agate International atau Agate adalah perusahaan pengembang game Indonesia, yang baru saja meluncurkan anak usaha baru di bidang pengembangan game 3D.
Cipto awalnya menyinggung soal pengembang game besar yang cenderung tidak berkelanjutan atau sustainable. Pasalnya, mereka kerap melakukan perekrutan besar-besaran lalu melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Baca Juga: Microsoft dan Vodafone Kerja Sama Layanan Cloud dan AI
"Tapi di perusahaan-perusahaan gede seperti itu yang skalanya besar, apalagi yang di Amerika ya, kecenderungannya mereka itu kurang sustainable dalam menjalankan atau [meng-handle] talent-nya. Jadi kecenderungannya mereka tuh kaya tech industry gitu. Jadi gede, hiring, hiring terus layoff," ujar Cipto, dikutip dari CNN, Rabu (17/1/2024)
Namun, Cipto menampik kehadiran AI menjadi dalang utama dari sejumlah PHK yang menimpa industri game global. Menurutnya, dalang utama PHK adalah momen naik turun industri.
"Kalau kita lihat mungkin ada sedikit banyak, tapi sebagian besar itu karena disebabkan naik turunnya industri aja sih, naik turunnya proses development," kata dia.
"Kadang-kadang ketika baru mulai mereka enggak butuh segitu banyak orang. Ketika lagi produksi, lagi bener-bener mau scaling up mereka butuh orang banyak. Nanti ketika udah rilis mereka mengecil," imbuh dia.
Baca Juga: 5 Pekerjaan Karir di Bidang Kripto pada 2024
Baca Juga: Spesifikasi Redmi Watch 4, Waktu Pakai Bisa Mencapai 30 Hari
Sementara itu menurut Ketua & Direktur Yudiz Solutions Ltd, Bharata Patel, bukanlah hal yang berlebihan jika AI dapat menyaring kemungkinan-kemungkinan realistis yang tak terbatas, dan merombak performa terbaik dalam industri game.
"Kehadirannya yang menghadirkan suguhan visual imersif dalam sekejap, telah memberikan posisi dan pengaruh yang luar biasa bagi industri game juga," ujarnya.
Sehingga dapat dikatakan, individu berbakat perlu belajar tentang cara menggunakan kecerdasan buatan. Karena itu akan meningkatkan produktivitas, membantu mereka memperluas batasan, dan mengeksplorasi pengembangan game secara lebih mendalam.
"AI dalam industri game lebih merupakan batu loncatan dibandingkan pengganti sepenuhnya. Mengenai gagasan persaingan AI yang bertukar pekerjaan, berdasarkan para ahli di industri game, itu adalah sebuah kesalahan persepsi," demikian pendapat Patel, dilansir dari The Times of India.
Baca Juga: Google dan Apple Kompak Blokir Aplikasi Kripto
Yudiz Solutions Ltd, adalah studio pengembangan Blockchain, AI/ML, dan Game terkemuka di India.
AI dalam game, dalam pandangan Patel, telah banyak mengubah cara pebisnis di industri itu untuk menetapkan tujuan bisnis masa depan.
Bahkan apa yang dulunya merupakan aspek tidak masuk akal bagi para pemain awal di industri game, kini menjadi sebuah hal yang menarik karena bantuan fasilitatif AI.
Baca Juga: Agate Kembangkan 3D Games Lewat Sub Brand Ke-2: Vertx Break
Baca Juga: Spesifikasi Redmi Watch 4, Waktu Pakai Bisa Mencapai 30 Hari
Sejauh ini, Patel juga setuju bahwa AI dapat mengembangkan jutaan format game dengan kreativitas maksimal yang diharapkan. Namun kecerdasan manusia sangat penting dalam hal penalaran inti, otentikasi, kemampuan beradaptasi, dan kecerdasan emosional dalam game. Selain itu, tidak ada teknologi besar yang disruptif yang dapat mengalahkan seni dan keterampilan murni yang berpengalaman.
Kecerdasan buatan tidak terlihat atau ditandai sebagai ancaman terhadap pekerjaan di industri game. Justru bisa menjadi sebuah jejak yang signifikan, sejalan dengan peluncuran game-game kreatif dan hiper-realistis yang tak lekang oleh waktu dalam waktu dekat.