OpenAI mulai menyusul Meta untuk melabeli karya yang dibuat dengan kecerdasan buatan (AI).
Hal itu diumumkan oleh OpenAI lewat akun X mereka, awal pekan ini. Dari unggahan itu terungkap bahwa mereka mengintegrasikan standar metadata C2PA ke gambar yang dibuat dengan dua alat AI-nya, ChatGPT dan DALL-E 3, untuk memberi label pada gambar yang dihasilkan AI.
"Gambar yang dihasilkan di ChatGPT dan API kami sekarang menyertakan metadata menggunakan spesifikasi C2PA," tulis unggahan yang kami akses dari akun @OpenAI, Jumat (9/2/2024).
Integrasi metadata sudah tersedia untuk pengguna browser web dan akan ditambahkan ke aplikasi seluler pada 12 Februari 2024, demikian informasi yang ditemukan dari laman PCMagUK.
Baca Juga: Crocs Echo Storm Akhirnya Debut ke Indonesia
Ketika kebijakan ini diterapkan, maka saat salah satu gambar diunggah ke alat Content Credentials Verify, pengguna alat akan dapat melacak dari mana gambar itu berasal.
Metadata tidak terlihat pada gambar itu, namun disertakan dengan file saat diunduh dari ChatGPT atau DALL-E.
Hanya saja, ada banyak cara untuk menghapus metadata ini, dan OpenAI telah secara terbuka mengakui fakta ini.
"Ini dapat dengan mudah dihapus baik secara tidak sengaja atau sengaja," demikian diunggah oleh halaman dukungan perusahaan.
Diketahui, banyak situs media sosial secara otomatis menghapus metadata ketika sebuah gambar diunggah ke platform mereka. Dan mengambil tangkapan layar suatu gambar juga akan menghapus metadatanya, karena tangkapan layar adalah salinan baru dari lapisan visual file saja.
Baca Juga: Meta Siapkan Update Software Versi 2.0 untuk Kacamata Pintar Ray-Ban Meta
Baca Juga: Survei Populix: 84 Persen Netizen RI Pernah Terpapar Judi Online Lewat Medsos
"Karena metadata dapat dihapus, ketidakhadirannya bukan berarti gambar tersebut bukan dari ChatGPT atau API kami. Penerapan metode yang lebih luas dalam menentukan asal usul, dan mendorong pengguna untuk mencari sinyal-sinyal ini, merupakan langkah-langkah menuju peningkatan kepercayaan terhadap informasi digital," lanjut OpenAI.
Sebelum ini Meta telah mengumumkan bahwa mereka mulai mendeteksi dan memberi label pada konten yang dihasilkan oleh layanan kecerdasan buatan, yang ditayangkan di platform Facebook, Instagram, dan Threads.
Presiden Urusan Global Meta, Nick Clegg, mengungkap bahwa Meta sedang membangun kemampuan tersebut dan akan menerapkannya beberapa bulan mendatang.
"Kami akan menerapkan pendekatan ini hingga tahun depan, saat sejumlah pemilu penting sedang berlangsung di seluruh dunia. Selama masa ini, kami berharap dapat mempelajari lebih banyak tentang cara orang membuat dan berbagi konten AI, transparansi seperti apa yang paling berharga bagi orang-orang, dan bagaimana teknologi ini berkembang," ungkapnya, dikutip dari sebuah pernyataan resmi.
Baca Juga: Google Hadirkan Gemini Ultra, Harus Berlangganan untuk Bisa Memakainya
Menurut Clegg, ini adalah cara Meta dalam memberi sinyal kepada pengguna bahwa gambar-gambar tersebut sebenarnya adalah kreasi digital. Meskipun, dalam beberapa kasus, terlihat seperti nyata.
Sementara ini, perusahaan tersebut sudah memberi label pada konten yang dihasilkan menggunakan alat kecerdasan buatannya sendiri. Yakni, dengan menerapkan label 'Imagined with AI'.
Mereka akan melakukan hal sama, untuk konten yang dibuat di layanan yang dijalankan oleh OpenAI, Microsoft, Adobe, Midjourney, Shutterstock, dan Google milik Alphabet.
Baca Juga: Apple Sedang Kerjakan MGIE, Bisa Edit Gambar Berdasarkan Perintah Berbasis Teks
Baca Juga: Canva Memperkuat Produk Docs Bertenaga Kecerdasan Buatan
Clegg menyebut, pihaknya bekerja sama dengan mitra industri untuk menyelaraskan standar teknis umum, yang menandakan kapan suatu konten dibuat menggunakan AI.
Meta nantinya juga bukan hanya akan memberi label untuk gambar yang dihasilkan kecerdasan buatan (AI). Melainkan juga akan menandai label untuk konten audio dan video, walaupun itu adalah sesuatu yang prosesnya lebih rumit.
"Kami akan mewajibkan orang-orang untuk menggunakan alat pengungkapan dan pelabelan ini; ketika mereka memposting konten organik dengan video fotorealistik, atau audio yang terdengar realistis, yang dibuat atau diubah secara digital. Kami dapat menerapkan penalti jika mereka gagal melakukannya," kata Clegg.