We Are Social menerbitkan laporan terbaru mereka, terhitung Januari 2024, yang mendapati bahwa Indonesia masuk dalam jajaran 10 besar negara yang masyarakatnya hobi berbelanja secara online (online shopping). Berikut ini isi survei mereka lebih jauh.
Survei We Are Social mendapati, ada sekitar 56,1% pengguna internet global yang biasa belanja online setiap pekan. Jika dirinci per negara, proporsi pengguna internet yang sering belanja online ini paling banyak berada di Thailand, yakni 66,9%.
Di posisi kedua ada Korea Selatan, dengan 65,8% pengguna internetnya berbelanja online setidaknya sepekan sekali. Selanjutnya ada Turki, Uni Emirat Arab, Meksiko, Malaysia, China, dan Inggris, dengan proporsi seperti terlihat pada grafik.
"Indonesia menempati peringkat ke sembilan dalam daftar ini, dengan proporsi pengguna internet yang belanja online setiap pekan sebanyak 59,3%, setara dengan India," kata laporan itu, seperti dikutip dari Katadata, Jumat (8/3/2024).
Baca Juga: Hasil Riset Samsung: 7 dari 10 Konsumen Belanja Online Asia Tenggara Adalah Gamer
We Are Social juga mencatat, secara global perempuan yang sering belanja online lebih banyak ketimbang laki-laki. Mayoritas perempuan yang biasa belanja online setiap pekan berasal dari kelompok usia 35-44 tahun (62,3%) dan 25-34 tahun (61,5%).
Sebetulnya produk apa saja yang sering dibeli oleh masyarakat dunia, yang dilakukan secara online itu? Jawabannya: elektronik.
Penjelasannya, total belanja produk elektronik di e-commerce Indonesia sepanjang 2023 mencapai US$10,71 miliar (sekitar Rp168,18 triliun).
Nilai tersebut paling besar dibanding kategori produk lainnya. Karena untuk produk makanan ada di urutan kedua, dengan nilai total belanjanya di e-commerce Indonesia mencapai US$6,09 miliar (sekitar Rp94,5 miliar) sepanjang 2023.
Bagaimana dengan fesyen? belanja fesyen lewat online oleh masyarakat Indonesia mencapai total US$5,49 miliar (sekitar Rp85,2 miliar). Di urutan selajutnya ada media penyimpanan data fisik (seperti CD, DVD, dan sebagainya) US$1,85 miliar, serta perkakas (do-it-yourself hardware) US$1,8 miliar.
Baca Juga: Ramadan & Idulfitri Bertabur Diskon: Daripada Menyesal Setelah Belanja, Lakukan Ini Dulu
Kemudian nilai total belanja produk kecantikan mencapai US$1,56 miliar, mainan dan hobi US$1,49 miliar, minuman US$1,33 miliar, tembakau US$1,15 miliar, dan kebutuhan rumah tangga US$1,11 miliar.
Survei itu juga mencatat, Indonesia menempati peringkat ke-9 dalam daftar 10 negara paling sering belanja online pada awal tahun ini, dengan proporsi pengguna internet yang belanja online setiap pekan sebanyak 59,3%.
Laporan itu turut menunjukkan sejumlah faktor utama pendorong belanja online di Indonesia pada Januari 2024.
"Dari seluruh pengguna internet berusia 16-64 tahun di Indonesia, mayoritas atau 52,3% mengaku berbelanja online, karena ada penawaran diskon," lanjut penjelasan survei tersebut.
Baca Juga: Honor Magic 6 Pro Kini Tersedia di Arab Saudi, Ponsel Flagship Bertenaga AI
Baca Juga: TikTok Creator Rewards Program, Video Berdurasi Panjang Bisa Dimonetisasi
Kemudian 48,2% tertarik belanja online karena ulasan konsumen di aplikasi belanja, dan 47,4% tertarik karena penawaran gratis ongkos kirim.
Sebanyak 45,5% pengguna internet ingin berbelanja online lantaran adanya opsi memeriksa pesanan barang, alias checkout dengan cepat dan mudah.
Ada pula 32,7% pengguna internet yang tertarik belanja online, karena terdapat fitur 'suka dan komentar' pada produk yang telah dibeli konsumen lain.
Baca Juga: Acer Predator Helios Neo 16 Resmi Dijual di Indonesia, Pakai Intel Core HX Series
"Ada 31,2 persen pengguna internet mengaku berbelanja online, lantaran ada metode pembayaran tunai saat pembeli menerima barang dari kurir atau yang dikenal dengan cash on delivery (COD)," demikian dijelaskan lagidalam laporan survei.
Lalu, sebanyak 29,8% pengguna internet tertarik belanja online karena adanya kebijakan pengembalian barang dengan mudah.
Faktor pendorong belanja online lainnya berupa layanan pengiriman besok sampai, adanya fitur belanja online dan offline sekaligus melalui 'click and collect', serta adanya sertifikasi produk ramah lingkungan.