Di tengah maraknya ancaman keamanan siber di era digital, keterlibatan perempuan dalam menangani tantangan tersebut juga menjadi semakin penting.
Baca Juga: Feedloop dan Telkom University Jalin Kerjasama untuk Kemajuan Pendidikan dan AI
Memahami urgensitas tersebut, sejumlah mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berkolaborasi untuk membentuk ITS Nabu, sebuah platform yang berfokus pada proyek-proyek keamanan siber.
Sebagai inisiatif pertama yang bertujuan untuk mengawali perubahan dalam ranah keamanan siber, ITS Nabu menyelenggarakan pelatihan Women in Cyber Security: Cyber Security Training Session di Departemen Teknik Informatika ITS.
Pelatihan ini menjadi kegiatan pertama berbasis teknologi, yang dirancang sebagai langkah awal untuk mendorong lebih banyak partisipasi perempuan dalam bidang keamanan siber,dan memperluas kesempatan bagi perempuan untuk berkembang dalam bidang teknologi ini.
Project Manager ITS Nabu, Angela Oryza Prabowo, menegaskan keyakinan timnya akan pentingnya peran perempuan dalam semua aspek, termasuk dalam ranah keamanan siber.
Meskipun begitu, statistik menunjukkan bahwa perempuan hanya menyumbang sekitar 10-20% dari total tenaga kerja dalam industri Teknologi Informasi (TI) di Indonesia.
Baca Juga: Buttonscarves Hadirkan Parfum 4 Aroma, Gandeng Nagita Slavina
Baca Juga: Gubernur Florida Larang Anak Berusia Di Bawah 14 Tahun Punya Akun Media Sosial
Pelatihan ini juga diarahkan untuk membuka peluang lebih besar bagi perempuan, untuk berkontribusi secara signifikan dalam dunia digital, terutama di Indonesia, lanjut dia.
Angela dan tim berharap, pelatihan ini dapat memberikan kontribusi positif dalam mengatasi kesenjangan gender di bidang keamanan siber.
Ia juga akan terus berusaha memberdayakan lebih banyak perempuan untuk mencapai potensi penuh mereka dalam industri teknologi informasi, khususnya melawan kejahatan siber.
Ia menganggap, perempuan tidak kalah dalam kemampuan teknologi dibanding laki-laki. Hanya saja, perempuan perlu diberi kesempatan dan pengembangan lebih dalam.
Menargetkan perempuan sebagai segmentasi audiensnya, pelatihan ini menghadirkan perwakilan dari Cybersecurity and Privacy Associate di perusahaan PricewaterhouseCoopers (PwC), Dyah Putri Nareswari.
Dalam pelatihan tersebut, Dyah mengungkap, meskipun jumlah perempuan dalam bidang siber masih rendah, peluang untuk terlibat dalam keamanan siber sangat besar dan penting dalam dunia teknolofi informasi.
Baca Juga: Canva Resmi Mengakuisisi Affinity, Siap Berkompetisi dengan Adobe
Baca Juga: Meta Beri Fitur Pembatasan Konten Politik untuk Threads dan Instagram
Keterlibatan perempuan dalam bidang keamanan siber tidak hanya terfokus pada programing atau analisis jaringan, tetapi juga mencakup aspek-aspek industri yang lebih luas.
Dyah merekomendasikan langkah-langkah awal seperti mengikuti bootcamp atau pelatihan singkat, terkait topik yang diminati, sebagai batu loncatan untuk menjadi ahli keamanan siber.
"Sehingga perlu kita persiapkan peranan perempuan dalam bidang siber dengan matang," demikian Dyah menjelaskan.
Sementara itu, pegiat keamanan siber dari Laboratorium Netics, Elshe Ervianna Angely, menjelaskan perihal Cloud Technology sebagai salah satu pilihan menarik dalam dunia teknologi.
Bidang yang menggabungkan pemanfaatan teknologi komputer dan pengembangan berbasis internet ini, juga mengalami kekurangan partisipasi perempuan di dalamnya.
Dengan demikian menurutnya, pemahaman dan motivasi yang kuat sangat diperlukan, guna membekali para perempuan untuk terjun ke dalamnya.
Baca Juga: Realme 12 Series 5G Pop-up Event Digelar pada 27-31 Maret, Ada Iqbaal Ramadan
Lebih lanjut, dalam upaya memberikan pemahaman yang lebih baik, peserta diberikan tugas dan tantangan gim untuk diselesaikan secara mandiri melalui sesi training. Setelah menyelesaikan tantangan yang diberikan, dilakukan pembahasan yang tak hanya berbentuk presentasi penyampaian materi, tetapi juga memberikan bimbingan secara langsung bagi peserta yang mengalami kesulitan.