Untuk yang pernah berkunjung ke Pulau Bali atau bahkan tinggal di Bali, mungkin sudah tidak asing dengan tol Bali-Mandara. Tol ini menghubungkan tiga wilayah yaitu Nusa Dua, Ngurah Rai, dan Benoa. Satu-satunya tol di Indonesia yang memiliki jalur untuk kendaraan roda dua alias motor.
Terdapat 22 gerbang tol di atasnya, yang terdiri dari 8 gerbang tol di Nusa Dua (4 gerbang tol mobil, 4 gerbang tol motor); 7 gerbang tol di Ngurah Rai (4 gerbang tol mobil, 3 gerbang tol motor), dan 7 gerbang tol di Benoa (4 gerbang tol mobil, 3 gerbang tol motor).
Satu hal yang istimewa, struktur jalan tol ini dibangun di atas lautan Pulau Bali. Nah, agar struktur beton yang digunakan sebagai bahan baku pilar jembatan tetap kuat, -walau berdiri di atas air laut-, maka tim pembangunan tol menggunakan cara khusus.
Langkah itu diperlukan, karena apabila beton pilar tol ditempeli biota laut, maka akan menjadi lebih rapuh dan dapat menyebabkan kerusakan pada struktur pilar tersebut.
"Salah satu jenis biota laut yang kerap menempel pada pilar jembatan yang terendam dalam air air laut adalah teritip. Ketika mikroorganisme tersebut menempel, maka mereka dapat menyebabkan berat mati struktur semakin bertambah pada penopang di tiap pilar," demikian mengutip laman BPJT PU PR.
Guna mencegah kerusakan pada tiap pilar tersebut, maka beton pilar dilapisi dengan teknologi cat Antifouling. Penggunaan cat Antifouling ini diterapkan pada tiang pancang di jalan tol Bali-Mandara yang berjumlah hampir 14.000 ribu titik pancang.
Teknologi Cat Antifouling tipe statis merupakan suatu cat yang dilapisi dengan kandungan biosida aktif. Cat antifouling, dapat digunakan sebagai metode perlindungan struktur jembatan yang berada di lingkungan laut atau pantai dari kerusakan yang diakibatkan oleh penempelan biota laut.
Penggunaan Cat Antifouling ini diterapkan dengan metode Two in One Protection. Yakni sistem yang berfungsi sebagai lapis lindung anti korosi dan juga Antifouling yang bekerja pada struktur-struktur statis di lingkungan laut/pantai dengan waktu yang cukup lama.
Teknologi yang melengkapi tol ini, ternyata bukan hanya soal stuktur yang kuat dan pelapis beton yang andal. Di jalur jalan tol Bali-Mandara juga terdapat alat pengukur kecepatan angin atau yang dikenal dengan anemometer.
Alat yang dirakit dengan berbasis Internet of Things (IoT) itu ditempatkan di setiap gerbang tol (Nusa Dua, Ngurah Rai, dan Benoa), untuk menjamin keamanan berkendara. Keberadaan alat ini penting, mengingat tol tersebut berdiri di atas lautan yang tentunya memiliki kecepatan angin sangat dinamis.
Alat tersebut dapat memudahkan monitoring kecepatan angin secara real time dengan melalui gadget. Serta dapat memberikan peringatan apabila kecepatan angin telah melebihi standar yang berlaku di jalan tol.
Masih dalam laman yang sama, dijelaskan bahwa jika kecepatan angin melebihi 60 kilometer per jam, jalur motor ditutup sementara. Guna menghindari risiko kecelakaan. Dan apabila kecepatan angin sudah melebihi 80 kilometer per jam, jalur mobil juga ikut ditutup.
Tol Bali-Mandara dilengkapi 50 CCTV pemantau 24 jam, untuk memantau pergerakan kendaraan dan panel listrik berbasis IoT, yang bisa memudahkan dalam pemantauan listrik tanpa harus ke lokasi panel.
Panel listrik berbasis IoT merupakan monitoring listrik dan kontrol otomatis, berbasis laman jejaring. Bertujuan untuk memonitoring kondisi listrik (arus, tegangan, penggunaan daya, penyebab pemadaman listrik) serta memonitoring kondisi lampu PJU dari jarak jauh.