Melihat keberadaan sampah plastik di sekitar lingkungan, bukanlah hal asing bagi kita. Sampah plastik bisa ditemukan di atas tanah, di jalanan, di bawah tumpukan batu, di halaman fasilitas publik bahkan di pantai dan tengah perairan lautan.
Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia menyebutkan, sampah plastik yang masuk ke perairan baru dapat terurai dalam jangka waktu tertentu. Itupun harus melalui proses kimia, fisika, maupun biologi yang selanjutnya dapat merubah sampah plastik tersebut menjadi partikel plastik dengan ukuran mikro (mikroplastik).
Baca Juga: Mahasiswa Manfaatkan Ngengat Lilin Jadi Pengurai Sampah Plastik PE
Secara umum, mikroplastik memiliki ukuran berkisar <5 mm dengan berat berkisar antara 0,1–8,8 mg. Merupakan limbah berbahaya, mikroplastik dapat dikategorikan menjadi beberapa jenis, dilihat berdasarkan polimer penyusun. Yaitu PE (polyetilen), PP (polypropilen), PVC (polyvinylidene chloride), PS (polystrien), PET, dan PA (polyamide).
Proses masuknya mikroplastik pada perairan dikategorikan menjadi dua, yaitu mikroplastik primer dan mikroplastik sekunder. Mikroplastik primer merupakan jenis mikroplastik yang masuk ke lingkungan laut secara langsung berukuran mikro. Sedangkan mikroplastik sekunder merupakan mikroplastik yang berasal dari fragmentasi potongan plastik, dengan ukuran yang lebih besar.
Tidak mudah mengurangi sampah mikroplastik ini dari lautan, bahkan potensi jumlahnya terus bertambah lebih mungkin terjadi.
Untuk itu, sebagai bentuk tanggung jawab terhadap lingkungan, Suzuki Marine telah mengampanyekan Suzuki Clean Ocean Project. Kampanye ini berfokus pada kegiatan yang bertujuan mengurangi sampah plastik di lautan.
PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) yang juga berfokus pada unit bisnis Suzuki Marine dan menangani penjualan produk Outboard Motor (OBM), menghadirkan fitur Microplastic Collecting Device yang disematkan pada mesin tempel kapal Suzuki.
Department Head of Marine PT SIS, Aceng Ulumudin menyatakan, di Indonesia, Suzuki Marine telah menyematkan fitur Microplastic Collecting Device pada mesin tempel kapal Suzuki tipe DF115B dan telah menjadi peralatan standar mesin tempel Suzuki.
"Fitur ini bekerja untuk menyaring mikro-plastik yang tersedot ke dalam mesin saat kapal sedang dioperasikan,” ujarnya, dikutip dari laman Suzuki.
Aceng menambahkan, fitur Microplastic Collecting Device sudah tersedia di Indonesia pada mesin tempel kapal Suzuki tipe DF115B. Fitur ini tidak mempengaruhi performa mesin tempel kapal Suzuki, karena hanya memanfaatkan sirkulasi air yang telah digunakan untuk mendinginkan mesin.
Baca Juga: Ciptakan Produksi Mobil Berteknologi Yang Berkelanjutan, Mercedes-Benz Gandeng Microsoft
Menurut penelitian internal yang telah dilakukan sebelumnya di Jepang dan di beberapa negara lain, sampah mikroplastik ditemukan di dalam zat yang dikumpulkan melalui filter.
Dengan demikian maka pengguna atau pemilik kapal bermesin Suzuki turut berkontribusi menjaga kebersihan lautan dari sampah mikroplastik.
"Pemasangan fitur pada mesin tempel kapal Suzuki ini, merupakan salah satu dari tiga komitmen Suzuki Marine dalam kampanye Suzuki Clean Ocean Project, yang sudah dilakukan secara global sejak 2011," bebernya.
Komitmen pertama yang dimulai oleh Suzuki adalah kegiatan bersih-bersih yang dilakukan di pesisir pantai. Diikuti dengan mengurangi penggunaan kemasan plastik, dan komitmen mengumpulkan sampah plastik yang ada di laut, yang salah satunya diimplementasikan dengan menghadirkan fitur Microplastic Collecting Device.
Dengan hadirnya fitur Microplastic Collecting Device, perusahaan berharap kebersihan lingkungan laut dapat terjaga. Untuk langkah selanjutnya, Suzuki akan terus menjalankan kampanye ini dengan melakukan berbagai kegiatan di titik-titik wilayah Indonesia.
Baca Juga: Sudah Tahu Bedanya CV dan Resume? Ini Loh Bedanya
"Selain itu, Suzuki juga membutuhkan dukungan dari masyarakat dalam mewujudkan laut yang bersih dan bebas dari sampah plastik,” tandasnya.