5 Langkah Mitigasi Serangan Ransomware yang Semakin Ganas

Rahmat Jiwandono
Senin 01 Juli 2024, 15:09 WIB
(ilustrasi) ransomware (Sumber: freepik)

(ilustrasi) ransomware (Sumber: freepik)

Techverse.asia - Lanskap keamanan siber (cyber security) di Indonesia kekinian sedang dihebohkan dengan bocornya data yang menimpa Server PDN punya Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) yang mengakibatkan lumpuhnya server selama beberapa hari sejak Kamis (20/6/2024) karena serangan ransomware.

Serangan tersebut menyebabkan setidaknya 210 instansi yang berbasis di pusat dan daerah lumpuh total, alhasil kendala operasional terhadap sejumlah layanan publik. Kelompok Brain Cipher juga telah mengklaim kalau mereka bertanggung jawab atas serangan ini, dan dilaporkan meminta tebusan senilai Rp131 miliar.

Salah satu sektor layanan publik yang terdampak serangan ransomware ialah imigrasi, yang mana sistem penyebrangan di bandara dan pelabuhan tak bisa beroperasi dengan normal. Sehingga pemeriksaan dokumen-dokumen imigrasi harus dilaksanakan secara manual.

Dengan banyaknya jumlah data masyarakat yang dikelola di server PDN, maka ini jadi satu instansi yang rawan terkena serangan siber. Dengan demikian, jadi mandat buat instansi pengelola data guna mengimplementasikan sistem keamanan siber yang mutakhir dan melindungi data yang dikelola.

Baca Juga: Vivo Y28s 5G, Hadir Dua Warna dengan Ketebalan Body Berbeda

"Seluruh sistem teknologi yang kita kenal dan digunakan seperti IT, OT, dan IoT selalu berkembang. Begitu pula dengan jenis dan variasi ancaman siber, di mana mereka juga terus berevolusi menerobos sistem keamanan siber yang kian mutakhir," ungkap Presiden Direktur ITSEC Asia Joseph Lumban Gaol, Senin (1/7/2024).

Untuk itu, dia berpesan penting bagi bisnis, industri, dan instansi untuk terus melakukan pembaruan terhadap sistem keamanan informasi yang dimiliki, utamanya bagi industri atau instansi yang bergerak di sektor Infrastruktur Informasi Vital (IIV).

Menurut UU No.27/2022 tentang Perlindungan Data Pribadi, keamanan sistem informasi yang kuat memang sudah menjadi tanggung jawab perusahaan dan instansi. Sehingga, alokasi upaya dan anggaran ke dalam solusi keamanan siber telah menjadi kewajiban pengelola data di berbagai sektor.

Berikut langkah-langkah mitigasi yang bisa dilakukan dalam menghadapi potensi terjadinya peretasan:

Pertama, meningkatkan infrastruktur keamanan siber perusahaan serta instansi secara bertahap dan menyeluruh. Terapkan langkah-langkah keamanan yang sudah diperbarui seperti Multi-factor Authentification (MFA), Network Segmentation, dan Threat Detection yang baik.

Baca Juga: Duh, Kejahatan Siber di Telegram Bertambah 53%

Berikan pelatihan kepada anggota dan karyawan secara bertahap mengenai kesadaran akan pentingnya keamanan siber. Lakukan Security Audit dan penilaian kerentanan secara teratur guna mengidentifikasi dan mengatasi ancaman-ancaman baru.

Kedua, perlu dilakukan isolasi terhadap sistem yang terpengaruh dari jaringan untuk mencegah penyebaran malware atau Unauthorized Acces yang lebih buruk. Jika memungkinkan, lakukan Access Segmentation untuk membatasi kebocoran dalam area tertentu, sehingga kebocoran yang terjadi tidak meluas ke sistem lain.

"Selama proses ini, penting untuk memastikan bahwa layanan kritis tetap beroperasi agar gangguan terhadap layanan publik bisa diminimalisir," terangnya.

Ketiga, setelah peretasan berhasil dikendalikan, langkah berikutnya adalah melakukan penilaian mendalam untuk melihat seberapa parah peretasan yang terjadi. Sistem dan data yang terkena serangan perlu diidentifikasi dengan menggunakan alat dan teknik forensik untuk memahami sifat peretasan.

Baca Juga: Alasan Privasi, Apple Dikabarkan Tak Tertarik Integrasikan Meta AI

Selain itu, penting untuk melihat jenis data yang telah berhasil diambil alih oleh peretas – apakah itu data pribadi, informasi keuangan, atau dokumen rahasia – dan potensi dampaknya terhadap individu dan organisasi.

"Analisis bagaimana pelanggaran terjadi, apakah melalui phishing, malware, atau ancaman dari dalam, juga sangat penting untuk mencegah insiden serupa di masa depan," katanya.

Keempat, salah satu bentuk langkah tanggung jawab yang perlu dilakukan oleh penyedia layanan ketika terjadi krisis seperti peretasan dan kebocoran data adalah melakukan notifikasi dan edukasi ke para pengguna, agar mereka dapat mengantisipasi resiko yang lebih besar. Notifikasi yang transparan tersebut penting agar pengguna tahu bahwa data mereka telah terdampak.

Sehingga ada kewaspadaan misalnya dalam menerima kontak yang tidak dikenal yang melancarkan modus kejahatan, dan juga tidak sembarang percaya pada verifikasi pada data yang telah diretas. Perusahaan atau instansi memegang peran penting dalam mengedukasi langkah-langkah yang perlu diambil terhadap pengguna yang datanya terdampak.

Baca Juga: 3 Sensor Baru Samsung Janjikan Kualitas Gambar Tajam, Konsisten di Tiap Angle, & Akurat

Kelima, Redudancy merupakan aspek terpenting dari infrastruktur data center. Adanya komponen cadangan ini untuk memastikan data dan layanan dapat tetap diakses dalam kondisi apapun. Dengan redundancy, sistem di dalam data center dapat terus bekerja dan data akan tetap tersedia sekalipun mengalami gangguan.

Menerapkan Load Balancing dan Data Replication di beberapa data center yang berbeda juga dapat meningkatkan lapisan redudancy yang dapat membantu instansi atau perusahaan untuk tetap dapat memberikan layanan mereka dalam masa krisis.

"Selain itu, backup system dalam SOP pelayanan seperti verifikasi memakai data lain yang tidak terdampak juga dapat menjadi opsi agar layanan dapat terpulihkan," tambahnya.

Follow Berita Techverse.Asia di Google News
Berita Terkait Berita Terkini
Techno20 Desember 2024, 17:43 WIB

ASUS TUF Gaming A14 Resmi Meluncur di Indonesia, Lihat Speknya

Jelang akhir 2024, ASUS rilis laptop gaming tipis berteknologi AI.
ASUS TUF Gaming A14. (Sumber: istimewa)
Techno20 Desember 2024, 17:29 WIB

Sandisk dengan Logo Baru akan Segera Tiba

Filosofi kreatif yang mencerminkan dunia dengan ketangguhan ekspresi data yang memajukan aspirasi dan peluang.
Logo baru Sandisk. (Sumber: Sandisk)
Techno20 Desember 2024, 15:27 WIB

Samsung Luncurkan Kulkas Anyar: Disematkan Teknologi AI Hybrid Cooling

Kulkas inovatif merevolusi cara pendinginan dengan modul Peltier.
Kulkas Samsung dengan teknologi AI Hybrid Cooling. (Sumber: Samsung)
Techno20 Desember 2024, 15:17 WIB

Khawatir Aplikasinya Dilarang di AS, CEO TikTok Bertemu Donald Trump

TikTok meminta Mahkamah Agung AS untuk menunda larangan yang akan datang.
Tangkapan layar CEO TikTok Shou Zi Chew memberikan kesaksian di depan anggota Kongres AS, Kamis (24/3/2023) waktu setempat. (Sumber: Youtube C-SPAN)
Startup20 Desember 2024, 14:56 WIB

Funding Societies Raup 25 Juta Dolar, Tingkatkan Modal bagi UMKM

Startup teknologi finansial ini akan memberi pinjaman dana bagi pelaku UMKM.
Funding Socities. (Sumber: istimewa)
Startup20 Desember 2024, 14:43 WIB

Grup Modalku Dapat Investasi dari Cool Japan Fund, Segini Nominalnya

Modalku adalah platform pendanaan digital bagi UMKM di Asia Tenggara.
Modalku.
Startup20 Desember 2024, 14:03 WIB

Impact Report 2024: Soroti Kepemimpinan Perempuan dan Pengurangan Emisi CO2

AC Ventures, bekerja sama dengan Deloitte, merilis Impact Report 2024 yang menunjukkan komitmen berkelanjutan terhadap dampak sosial dan lingkungan di Asia Tenggara.
AC Ventures.
Startup20 Desember 2024, 13:39 WIB

Qiscus Bertransformasi Jadi AI-Powered Omnichannel Customer Engagement Platform

Qiscus mengmumkan transformasi AI guna akselerasi pasar Asia Tenggara.
Qiscus.
Techno19 Desember 2024, 19:07 WIB

Google Whisk: Alat AI Baru untuk Bikin Gambar dari Gambar Lain

Google bereksperimen dengan generator gambar baru yang menggabungkan tiga gambar menjadi satu kreasi.
Hasil imej berbasis gambar yang dibuat oleh Google Whisk. (Sumber: Whisk)
Techno19 Desember 2024, 18:29 WIB

ASUS NUC 14 Pro: PC Mini Bertenaga Kecerdasan Buatan yang Desainnya Ringkas

ASUS mengumumkan NUC 14 Pro AI.
ASUS NUC 14 Pro. (Sumber: asus)