Rasa kesepian dan tidak memiliki teman bicara terkadang mendatangi seseorang, sekalipun ia kerap berada di tengah keramaian.
Meski demikian, tak melulu seorang 'manusia' bisa membantu mengisi celah itu. Apalagi ketika orang itu telah diliputi rasa kurang percaya kepada orang lain, akibat pengalaman buruk, trauma atau alasan lainnya.
Seorang mahasiswa Universitas Harvard yang putus kuliah bernama Avi Schiffmann, mengetahui kondisi itu. Ia kemudian mengembangkan AI wearable bernama Friend.
"Seperti namanya, perangkat yang dikenakan di leher ini dirancang untuk diperlakukan sebagai teman," kutip kami dari TechCrunch, Rabu (31/7/2024).
Baca Juga: Resmi! Sepatu Macbeth Masuk ke Pasar Indonesia Lagi Setelah Cabut pada 2015
Schiffmann bercerita bahwa ia sempat bepergian ke Jepang pada Januari, lalu ia mendapati dirinya sendirian di sebuah hotel pencakar langit di Tokyo. Dia mengalami masa kesepian dan ingin seseorang untuk diajak bicara.
Shiffmann yang sempat mengembangkan perangkat AI untuk produktivitas, kemudian berubah pikiran.
Alih-alih berfokus pada produktivitas, perangkat Friend yang akhirnya diperkenalkan ini adalah perangkat kecerdasan buatan (AI) yang terhubung ke ponsel penggunanya melalui Bluetooth. Selanjutnya, alat itu terus mendengarkan mereka, dalam upaya untuk memerangi kesepian.
Schiffmann menegaskan bahwa Friend adalah bentuk pendamping digital yang pada dasarnya baru. Ia mengakui bahwa Friend juga merupakan gabungan dari banyak hal. Pemuda ini tahu, Friend tampak seperti Air Tag.
Baca Juga: Spotify Perbanyak Lirik Lagu yang Bisa Dilihat Pengguna Gratisan
Perangkat ini seperti teman, sahabat karib, tetapi lebih merupakan chatbot AI yang ada di dalam liontin.
Kepada Wired, Schiffmann menyebut perangkat ini selalu memiliki pendapat untuk dibagikan tentang apa yang terjadi di sekitarnya. Itu kemudian dikomunikasikannya menggunakan pesan teks dan pemberitahuan push notification ke ponsel yang dipasangkan dengannya.
Atas inovasinya menghadirkan kalung Friend, Schiffmann telah mengumpulkan pendanaan sebesar $2,5 juta dengan valuasi $50 juta dari investor seperti Raymond Tonsing dari Caffeinated Capital, pendiri Z Fellows Cory Levy, CEO Perplexity Aravind Srinivas, pendiri Solana Anatoly Yakovenko dan Raj Gokal, CEO dan salah satu pendiri Morning Brew Austin Rief, Jordan Singer, yang bekerja pada upaya AI di Figma, dan manajer produk senior Google Logan Kilpatrick.
Perusahaan itu mengatakan hari ini akan mulai menerima pesanan awal untuk versi putih, yang dibanderol seharga $99 dan diharapkan dikirim pada Januari 2025. Friend tersedia untuk dipesan pre order dari Friend.com.
Baca Juga: Ignite by Igloo Ekspansi ke Filipina dan Meluncurkan Fitur iLearn
Baca Juga: OpenAI merilis Advanced Voice Mode
Baca Juga: Survei Cloudera: Hampir 90% Perusahaan Menggunakan AI, Tapi.......
Pengguna dapat mengajak perangkat ini berbicara, dengan mengawali mengetuk tombol pada perangkat. Perangkat akan mengirimkan respons dalam aplikasi seperti teks.
Berikutnya, karena Friend mendengarkan pengguna sepanjang waktu, perangkat tersebut juga dapat mengirim pesan secara proaktif. Misalnya, perangkat tersebut dapat mengucapkan semoga sukses sebelum wawancara.
Friend memiliki daya tahan baterai sekitar 15 jam dan didesain bekerja sama dengan Bould, perusahaan yang merancang termostat Nest.
Perangkat ini didukung oleh model bahasa besar Claude 3.5 dari Anthropic AI, yang dapat terlibat dalam percakapan yang bermanfaat, menawarkan dorongan, atau mengejekmu karena tidak pandai bermain gim video.
Schiffmann meyakini, mengenakan perangkat keras di leher akan memudahkan kita berbicara dengan teman AI, daripada sekadar memiliki aplikasi.
Menurut dia, produk ini seperti mainan emosional yang baik. Meski tidak dirancang untuk menjadi terapis atau membantu di tempat kerja, perangkat ini adalah teman AI yang dapat diajak bicara.
Di tengah obrolannya dengan Wired, Schiffmann berkata:
Saya merasa, hubungan saya dengan liontin ini di leher saya lebih dekat daripada dengan teman-teman nyata di depan saya.
Friend memiliki mikrofon internal yang mendengarkan semua yang terjadi di sekitar pemakainya secara default.
"Anda dapat mengetuk dan menahannya untuk mengajukan pertanyaan, tetapi terkadang perangkat akan mengirimkan pesan—komentar tentang percakapan yang baru saja Anda lakukan, misalnya—tanpa diminta," tuturnya.