Early Warning System (EWS) merupakan salah satu komponen penting dalam mitigasi bencana, terlebih di negara dengan beragam potensi bencana seperti Indonesia.
Namun, sering kita dengar berita bahwa perangkat EWS di sejumlah kawasan rawan bencana dicuri oleh pihak tak bertanggungjawab. Hal itu menyebabkan peringatan bencana tak dapat tersebar dengan baik.
Untuk itu, pemerintah berupaya membuat langkah berikutnya dalam mengantisipasi risiko bencana.
Baru-baru ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemenkominfo RI) resmi mengoperasikan Sistem Informasi Bencana atau EWS melalui siaran televisi digital.
Selain EWS TV Digital, bersama Pemerintah Jepang, Kementerian Kominfo mengembangkan Disaster Prevention Informatian System (DPIS) untuk mendukung penanggulangan bencana oleh kementerian dan lembaga di Indonesia.
Langkah ini menjadi salah satu solusi memperkuat layanan informasi kebencanaan di Indonesia.
Menurut Menkominfo RI, Budi Arie Setiadi, masyarakat dapat menggunakan layanan EWS melalui pemberitahuan TV Digital dan SMS Blast sesaat sebelum kejadian bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami.
"Jadi EWS pemberitahuannya sudah di seluruh Indonesia. Sehingga kalau ada bencana di suatu tempat atau lokasi, warga di kawasan terdampak akan segera diberitahu lewat TV Digital dan SMS Blast. Ini adalah bagian dari bagaimana mitigasi bencana," ungkapnya, dalam keterangan resmi diakses Selasa (24/9/2024).
Baca Juga: Vivo V40 Lite Meluncur di Indonesia pada 25 September 2024, Begini Bocoran Speknya
EWS TV Digital merupakan sistem penyebaran informasi bencana melalui siaran televisi digital, berdasarkan kode pos di wilayah-wilayah yang terdampak bencana, dan langsung bisa diakses masyarakat melalui siaran televisi digital.
Sistem EWS yang memanfaatkan jangkauan layanan TV digital bisa menjangkau sekitar 76% populasi di Indonesia. Sistem tersebut memberikan informasi langsung dari otoritas deteksi dini kebencanaan, dan ditayangkan pada layar TV digital dengan mengenterupsi siaran yang ditonton oleh masyarakat.
Dalam sesi uji coba, simulasi sistem EWS TV Digital ditandai dengan tiga level bunyi alarm, disertai tampilan di layar siaran digital dengan pemberitahuan berwarna biru, kuning, dan merah.
Biru menunjukkan bencana pada level waspada, kuning level siaga, dan merah pada level awas.
"Tadi saya sudah bicarakan [perwakilan pemerintah Jepang] kalau bisa alarm [informasi tanda bencana] itu berisik, terutama untuk yang kode merah. Karena kita tahu, kalau jam dua pagi bunyi kecil orang tidak akan tergugah. Jadi harus dia berisik, apalagi untuk yang kode awas," tuturnya, mengevaluasi simulasi.
Sementara itu, informasi bencana melalui DPIS akan disampaikan atau diteruskan kepada semua petugas, relawan kebencanaan atau kedaruratan dari tingkat pusat, provinsi hingga kabupaten dan kota.
DPIS merupakah hibah Pemerintah Jepang untuk menyiapkan suatu sistem penyebaran informasi bencana dalam rangka antisipasi dan penanganan yang cepat dan optimal.
Operasional layanan DIPS dan ESW TV Digital akan dilakukan oleh kementerian dan lembaga yang terkait dengan urusan kebencanaan, seperti BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika), BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), serta lembaga terkait lainnya.
Budi juga mengapresiasi dukungan dari berbagai pihak dalam implementasi DPIS dan EWS TV Digital. Termasuk juga kepada Pemerintah Jepang, JICA Indonesia dan NTT Data Japan atas bantuan hibah perangkat sistem informasi DPIS.
Ia menilai, bantuan perangkat tersebut akan bermanfaat bagi petugas dan relawan saat menerima informasi bencana secara cepat, tepat, dan terpercaya sehingga dapat mengurangi dampak risiko yang lebih besar.
Baca Juga: Spesifikasi Lengkap Smartwatch Huawei Watch D2, Desainnya Lebih Ringan dan Ramping
Baca Juga: Youtube Hadirkan Fitur Communities: Wadah untuk Interaksi Kreator dan Penggemar
Layanan EWS TV Digital menjadi bukti nyata kehadiran dan peran pemerintah dalam melindungi masyarakat dari risiko bencana alam, kata dia.
Budi Arie berharap, DPIS, EWS TV Digital maupun SMS Blast memberikan manfaat dalam upaya menyebarluaskan informasi bencana dan berbagai upaya mitigasi kebencanaan. Termasuk informasi potensi gempa bumi megathrust kepada masyarakat terdampak dan petugas di lapangan.
"Saya harap Indonesia ke depannya lebih siap dalam menghadapi bencana, meningkatkan kesiapsiagaan dan respons yang cepat terhadap bencana, meminimalisasi korban bencana, serta melindungi seluruh masyarakat dari kemungkinan terjadinya bencana," lanjutnya.
Ia menegaskan, implementasi sistem informasi kebencanaan ini perlu ditindaklanjuti dengan sosialisasi secara masif.
Hal ini penting, agar masyarakat bisa terhindar dari segala permasalahan dalam kebencanaan, dan masyarakat bisa mengetahui langkah-langkah keselamatan yang harus dilakukan apabila menerima pesan peringatan dini kebencanaan di layar televisi.
"Ini bagian dari perlindungan masyarakat, tanggung jawab negara terhadap masyarakat. Karena negara bertanggungjawab untuk melindungi segenap tumpah darah Indonesia," jelasnya.