PT Metrodata Electronics Tbk. (MTDL) dan FPT IS Company Limited (FPT) menandatangani perjanjian kerja sama untuk mendirikan joint venture PT FPT Metrodata Indonesia (FMI).
Kedua perusahaan menjalin strategi ambisius, berfokus pada investasi riset dan pengembangan (R&D), pengembangan kekayaan intelektual, dan layanan profesional kelas atas.
Perusahaan patungan ini ingin menjadi perusahaan terkemuka, yang memimpin layanan keamanan siber dan transformasi AI (kecerdasan buatan) di Indonesia, dengan target run-rate bisnis sebesar USD100 juta dalam lima tahun ke depan.
Sebagai pemain IT terbesar di Indonesia, Metrodata membawa wawasan pasar lokal yang mendalam. Sedangkan FPT, perusahaan global terdepan dalam transformasi digital, memberikan keahlian yang luas dalam pengembangan perangkat lunak, keamanan siber, dan kecerdasan buatan.
Keduanya secara bersama-sama mendorong inovasi, mengembangkan produk, serta layanan properti intelektual yang canggih, yang dirancang khusus untuk Indonesia.
Pada fase awal, FMI akan fokus pada pengembangan layanan keamanan siber. Diikuti dengan layanan AI dan layanan cloud GPU, serta pengembangan perangkat lunak.
Presiden Direktur PT Metrodata Electronics Tbk, Susanto Djaja, mengatakan, perusahaan yang ia pimpin melihat artificial intelligence sebagai peluang emas bagi dunia bisnis.
Maka, usaha patungan dengan FPT membuka kemungkinan baru, mengakselerasi, dan memperkuat kepemimpinan Metrodata dalam mendorong transformasi AI di Indonesia.
Susanto Djaja juga menegaskan pentingnya setiap individu untuk beradaptasi dan merangkul perubahan, guna menjaga relevansi dan keberlanjutan di pasar yang semakin dinamis.
"AI bukanlah ancaman yang harus dihindari, melainkan kunci dari strategi bisnis masa depan," kata dia, dikutip dari sebuah pernyataan tertulis, Selasa (24/9/2024).
AI, terutama AI generatif, justru membuka peluang luas bagi dunia bisnis.
Beberapa keuntungan utama dari AI generatif mencakup otomatisasi produksi konten pemasaran, optimalisasi desain produk dalam waktu singkat, automasi tugas-tugas rutin, analisis data dengan akurasi tinggi, hingga peningkatan pengalaman pelanggan yang lebih personal.
Dengan demikian, AI generatif menawarkan penghematan biaya, peningkatan produktivitas, hingga menciptakan peluang baru dalam inovasi.
Di Indonesia, adopsi AI masih berada pada tahap awal. Ini membuka peluang besar bagi organisasi bisnis untuk beradaptasi dan mempersiapkan diri guna tetap kompetitif di pasar global.
Sementara itu, keamanan siber kini menjadi kebutuhan, bukan sekadar pelengkap. Kepercayaan adalah landasan dari setiap ekonomi, dan dalam dunia digital, keamanan siber memainkan peran penting dalam memastikan kepercayaan di antara para pelaku pasar.
Menurut laporan Frost & Sullivan, pasar keamanan siber sebagai layanan di Indonesia diperkirakan akan mencapai sekitar USD125 juta pada 2024, dengan tingkat pertumbuhan tahunan (CAGR) sekitar 20%.
Pertumbuhan ini terutama didorong oleh insiden keamanan siber nasional baru-baru ini, kekurangan sumber daya dan bakat, serta peraturan pemerintah baru; khususnya terkait penegakan undang-undang perlindungan data pribadi (UU PDP).
FMI berada dalam posisi yang baik untuk menangkap permintaan yang terus berkembang ini, sambil membantu perusahaan membangun kepercayaan yang mereka butuhkan untuk berkembang dalam ekonomi digital.
Baca Juga: Telegram Akan Serahkan alamat IP dan Nomor Telepon Pengguna, Jika Ada Permintaan Hukum
Chairman FPT IS, Tran Dang Hoa, menyatakan bahwa FPT telah menginvestasikan sumber daya yang signifikan untuk memposisikan produk dan layanannya, guna menangkap peluang transformasi AI di pasar global.
Mereka telah mendapatkan kepercayaan dari pelanggan di seluruh dunia dan mencapai pendapatan ekspor perangkat lunak sebesar USD1 miliar dari pasar internasional.
Saat ini, FPT telah mengidentifikasi AI sebagai strategi pengembangan utamanya. Menurut dia, usaha patungan FPT dan Metrodata akan menciptakan peluang dan keuntungan untuk mewujudkan strategi ini.
"Kami berkomitmen berinvestasi bersama, demi memastikan bahwa FMI akan memimpin pasar keamanan siber & transformasi AI, sekaligus memberikan nilai berdasarkan kekuatan teknologi kepada bisnis di Vietnam dan Indonesia," kata dia.
Baca Juga: Vivo V40 Lite Meluncur di Indonesia pada 25 September 2024, Begini Bocoran Speknya
Baca Juga: ASUS ROG Falchion Ace HFX: Keyboard Gaming dengan ROG HFX Magnetic Switches
IMF memperkirakan, AI akan mempengaruhi hampir 40% pekerjaan di seluruh dunia, menggantikan beberapa dan melengkapi yang lain.
Pada pernyataan positifnya, perusahaan konsultan Oliver Wyman memperkirakan bahwa AI generatif dapat menambah hingga 20% pada PDB global pada 2030, dan menghemat 300 miliar jam kerja setiap tahun.
Indonesia, salah satu ekonomi digital yang tumbuh paling cepat di Asia Tenggara, diperkirakan akan menjadi ekonomi digital terbesar di kawasan ini pada 2030.
Menurut laporan e-Conomy SEA 2023, ekonomi digital Indonesia diproyeksikan mencapai USD360 miliar pada 2030, naik dari USD110 miliar pada 2025. Seiring perkembangan lanskap digital di negara ini, Indonesia juga siap untuk peluang Manajemen Keamanan Siber dan transformasi AI.
Pasar Indonesia mengadopsi teknologi AI dengan tingkat positif, banyak pelanggan perusahaan yang mengakui bagaimana memanfaatkan AI untuk keunggulan kompetitif.
Tantangan berikutnya, membantu perusahaan-perusahaan ini dan lainnya mengadopsi AI untuk berbagai kasus penggunaan yang lebih luas.
Ini menghadirkan peluang signifikan bagi FMI untuk menyediakan layanan konsultasi dan solusi AI SaaS, memungkinkan adopsi AI yang hemat biaya dan tepat waktu untuk membantu bisnis membedakan diri mereka.