ByteDance berencana mengembangkan model AI (kecerdasan buatan) baru yang dilatih dengan chip Huawei Technologies.
Menurut informan, pembatasan perdagangan chip yang diberlakukan di Amerika Serikat (AS) akhirnya membuat ByteDance 'pulang kampung' untuk mencari chip.
ByteDance telah melakukan diversifikasi ke pemasok chip domestik yang digunakan dalam kecerdasan buatan, dan mempercepat pengembangannya sendiri, sejak AS pada 2022 mulai membatasi ekspor chip AI canggih seperti dari pemimpin pasar Nvidia.
Seperti diketahui, AI telah menjadi pusat industri teknologi dengan perusahaan di berbagai sektor seperti permainan dan e-commerce, yang membedakan penawaran melalui integrasi model AI khusus, program yang menggunakan pengenalan pola untuk membuat keputusan.
"Langkah ByteDance selanjutnya dalam perlombaan AI ini adalah menggunakan chip Ascend 910B milik Huawei untuk melatih model AI berbahasa besar," kata sumber tersebut, dirangkum dari Reuters, Selasa (1/10/2024).
Orang keempat juga mengatakan, ByteDance sedang merencanakan model AI baru. Tetapi ia tidak dapat mengatakan apakah model itu akan bekerja menggunakan chip Huawei atau bukan.
Salah satu sumber mengatakan, bila diukur berdasarkan parameter komputasinya, kemampuan dan kompleksitas model baru ini tidak akan sekuat model AI Doubao milik ByteDance yang sudah ada.
Namun, juru bicara ByteDance, Michael Hughes menyebut semua pernyataan tadi adalah sebuah kesalahan,
"Tidak ada model baru yang sedang dikembangkan," kata dia.
Sementara itu, Huawei tidak membalas permintaan komentar Reuters.
Baca Juga: Canva Perkenalkan Elemen dan Template Desain Baru, Terinspirasi Warisan Budaya Indonesia
Baca Juga: Apple Dikabarkan Sedang Mempersiapkan homeOS yang Ditenagai Apple Intelligence
ByteDance sudah menggunakan Ascend 910B terutama untuk tugas-tugas inferensi yang membutuhkan komputasi yang tidak terlalu intensif, yang melibatkan model AI terlatih yang membuat prediksi, kata tiga orang dan sumber terpisah.
Pelatihan model AI jauh lebih sulit dan membutuhkan data dalam jumlah besar, sehingga memerlukan penggunaan chip berkinerja sangat tinggi, seperti misalnya unit pemrosesan grafis premium Nvidia.
ByteDance telah memesan lebih dari 100.000 chip Ascend 910B tahun ini, tetapi hingga Juli 2024 mereka baru menerima kurang dari 30.000. Ini terlalu lambat untuk memenuhi kebutuhan perusahaan, kata salah satu sumber.
Dua orang sumber mengatakan, pasokan yang terbatas dan daya komputasi yang terbatas dibandingkan dengan chip Nvidia yang tersedia di China, telah menghalangi ByteDance untuk menetapkan jadwal untuk model baru.
Teknologi AI ByteDance saat ini digunakan dalam model bahasa besar andalannya yang diluncurkan pada Agustus 2023, dan berganti nama menjadi chatbot Doubao, dan dalam banyak aplikasi lain termasuk alat konversi teks ke video Jimeng. Kemudian bulan ini, perusahaan memperkenalkan dua model Doubao yang berfokus pada video untuk bersaing dengan OpenAI.
Baca Juga: Membedah Fitur-fitur Kecerdasan Buatan di Xiaomi 14T Series
Penggunaan aplikasi semacam itu telah meningkat pesat sejak awal tahun ini, dengan chatbot ByteDance menjadi salah satu aplikasi paling populer di China karena memiliki lebih dari 10 juta pengguna aktif bulanan.
Meningkatnya penekanan pada AI telah menjadikan ByteDance salah satu pembeli terbesar chip AI H20 Nvidia, yang dibuat khusus oleh pembuat chip AS tersebut untuk pasar China, sebagai respons terhadap pembatasan perdagangan, kata dua orang sumber.
ByteDance juga merupakan klien terbesar Microsoft di Asia, untuk chip Nvidia yang dapat diakses melalui komputasi awan, kata dua sumber terpisah.
Reuters sebelumnya melaporkan bahwa ByteDance mengalokasikan US$2 miliar untuk chip Nvidia tahun lalu.
Nvidia menolak berkomentar, sedangkan Microsoft tidak membalas permintaan komentar.
Baca Juga: ASUS ROG Memperbarui Software Virtual Assistant, Lebih Cerdas dari Sebelumnya
Sebelumnya, ByteDance telah meluncurkan empat aplikasi AI generatif baru untuk pengguna di luar China, yaitu Cici AI, Coze, ChitChop, dan BagelBell.
Cici AI, ChitChop, dan Coze adalah platform pembuatan bot, yang memungkinkan pengguna membuat dan berbagi chatbot mereka sendiri. BagelBell menghasilkan plot dan teks cerita fiksi yang berubah berdasarkan pilihan pembaca.
Juru bicara ByteDance, Jodi Seth, menyebut ByteDance tidak membangun model bahasa besar (LLM) yang mendasarinya. Empat aplikasi tersebut mengandalkan teknologi GPT OpenAI yang diakses melalui lisensi Microsoft Azure.
Semua aplikasi tersebut secara kolektif sudah memiliki jutaan unduhan.