Pakar Dorong Sektor Publik Harus Lebih Tangkas dalam Menghadapi Transformasi Digital

Uli Febriarni
Selasa 08 Oktober 2024, 13:47 WIB
Pemaparan Prof. David Eaves terkait infrastruktur digital di Indonesia (Sumber: CfDS UGM)

Pemaparan Prof. David Eaves terkait infrastruktur digital di Indonesia (Sumber: CfDS UGM)

Center for Digital Society (CfDS) Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali mengadakan diseminasi riset, kali ini mengangkat topik 'Value Creation of Digital Public Infrastructure', sebagai rangkaian Digital Society Week 2024.

Dibangun dalam bentuk diskusi, narasumber pakar membahas bagaimana infrastruktur publik digital atau digital public infrastructure (DPI) perlu menciptakan manfaat bagi seluruh kalangan masyarakat.

Associate Professor in Digital Government di Institute of Innovation and Public Purpose, University College London, Prof. David Eaves, mengungkap bahwa sebagian besar dari anggaran belanja teknologi dunia dikuasai oleh negara Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) dan China.

Mereka membelanjakan 612 miliar dari 690 miliar dolar Amerika Serikat (total keseluruhan) dan meninggalkan sebagian kecil untuk seluruh negara-negara dunia yang tersisa.

Padahal, seringkali hasil-hasil keluaran yang lebih baik muncul dari negara-negara selain OECD dan China, seperti India dan Brazil.

Eaves mempertanyakan, apakah negara-negara OECD dan China ini perlu benar-benar menjadi model yang ingin dunia anut.

Di saat yang sama, dunia, termasuk Indonesia, mengalami ‘polikrisis’, di antaranya adalah krisis deforestasi dan perubahan iklim, tantangan fiskal, inklusivitas dan keragaman, pengentasan kemiskinan, serta pemulihan pandemi dan risiko pandemi baru di masa depan.

"Dalam aspek digital, para pemerintah di dunia seringkali merespon perubahan teknologi dengan menyediakan layanan digital. Namun cara berpikirnya masih berbasis kertas (paper-based way of thinking). Padahal, yang dibutuhkan adalah sebuah ‘interoperable government’, sebuah mekanisme yang lebih adaptif terhadap perubahan," kata dia, dalam diskusi itu, dilansir Selasa (8/10/2024).

Eaves mengilustrasikan mekanisme ini dan konsep DPI dengan analogi ponsel pintar, di mana terdapat komponen high variability (paling cepat berubah), stable interfaces (cenderung stabil), dan low variability (lebih lambat berubah), berdasarkan fleksibilitasnya terhadap perubahan.

Dalam konteks infrastruktur publik digital, komponen ini diterjemahkan menjadi pelayanan, komponen (yang umum), dan data.

Baca Juga: Leica M11-D: Hadirkan Pesona Klasik Fotografi Analog ke Dunia Digital

Dunia sesungguhnya dapat membayangkan implementasi DPI secara penuh karena keberadaan layanan swasta yang sudah lengkap, lanjut dia.

Namun, Eaves menguraikan risiko-risiko besar yang timbul bagi negara apabila pelaksanaan DPI secara penuh disediakan oleh pihak swasta. Sehingga, penyediaan infrastruktur ‘publik’ digital menjadi semakin penting.

Eaves melihat, Indonesia sudah memasuki perjalanan ini, seperti tampak pada studi kasus proses perkembangan KTP hingga menjadi KTP digital, serta pengalaman BPJS Kesehatan dan BNI.

Selain itu, Indonesia juga memiliki potensi talenta digital yang menjanjikan.

Baca Juga: Rilis Movie Gen, Meta: Movie Gen Bukan untuk Menggantikan Peran Seniman dan Animator!

Menghadapi proses ini, Eaves menyarankan sektor publik Indonesia untuk menjadi lebih tangkas dan mempertimbangkan potensi risiko dan pencapaian yang dapat ditimbulkan oleh pembangunan DPI. Kemudian, tata kelola yang tepat menjadi faktor yang sangat penting.

"Yang perlu kita pikirkan adalah bagaimana tata kelola teknologi baru ini. Infrastruktur inti baru yang kita perlukan untuk menjalankan masyarakat modern, yang akan memungkinkan kita untuk memecahkan masalah publik, mencegah overreach dan penyalahgunaan, adalah proyek besar yang kita miliki di depan kita, yang harus kita pikirkan secara kolektif," lanjut dia.

Eaves juga menekankan soal kebutuhan adanya sejumlah besar orang yang cerdas, kreatif, dan berkomitmen, di Indonesia dan di seluruh dunia, untuk merumuskan pola yang tepat dalam menghadapi perubahan ini.

Baca Juga: SATUSEHAT Mobile Kini Bisa Digunakan untuk Mengakses Layanan Darurat 119

Sementara itu, Head of Research CfDS UGM, Hafiz Noer, menerangkan tentang konsep DPI dan penerapannya saat ini di Indonesia.

Pertama-tama, infrastruktur publik adalah infrastruktur yang dijamin oleh pemerintah dari aspek pendanaan, pengembangan, peremajaan, dan pemantauan.

Karena internet memberi pengaruh besar pada layanan publik, pola investasi, dan pola kerja masyarakat masa kini, infrastruktur digital membutuhkan paradigma ‘publik’. Ia mendeskripsikan DPI sebagai kombinasi dari hardware dan software, misalnya berupa identifikasi personal, layanan keuangan, dan pertukaran data.

Hafiz mengajak peserta untuk melihat elemen ‘publik’ pada pengembangan teknologi digital melalui dua pendekatan, yakni aspek ‘atribusi’ dan aspek ‘fungsi’.

Aspek atribusi ialah paradigma yang melihat kebermanfaatan dari atribusi teknis infrastruktur digital, yang mengedepankan efisiensi dan kemampuan sistem tersebut untuk berkembang. Sedangkan aspek fungsi berfokus pada fungsi dari infrastruktur digital itu sendiri, dengan mengasosiasikannya dengan berbagai nilai, seperti nilai sosial dan nilai ekonomi, demi mencapai kebermanfaatan sosial.

Pemaparan Hafiz Noer dalam diskusi sebagai rangkaian CfDS Digital Week 2024 (sumber: CfDS UGM)

Dalam diskusi itu, ia menyinggung kasus Satu Data Indonesia, wadah untuk menyimpan data pemerintah dan pelayanan publik di berbagai lembaga pemerintah.

Menurut Hafiz, temuan awalnya di lapangan mengenai Satu Data Indonesia menunjukkan, lembaga pemerintah cenderung masih berfokus pada pengumpulan data, dan belum sampai pada tahap proses pemanfaatan data tersebut.

"Ini akibat pemahaman ‘data-based policy’ yang kurang memadai," kata dia.

Baca Juga: Lewat Kampanye Unlock Your Courage, Coach Memperkenalkan Koleksi Musim Gugur 2024

Hafiz juga mendapati, tolok ukur standardisasi data masih belum jelas dan terdapat tantangan keamanan data (seperti serangan ransomware).

Studi kasus e-KTP dan transisinya ke KTP digital juga dibahas oleh Hafiz, yang mana masih sering ditemukan masalah duplikasi data, layanan daring masih mengikuti jam kerja luring, dan kompleksnya pengurusan penggantian data.

Menurut Hafiz, jika dalam pengembangan infrastruktur digital terdapat kesalahan, maka diperlukan pengakuan atas kesalahan tersebut.

"Selanjutnya, bagaimana pemerintah bisa meng-convince bahwa they are on the right track menjadi penting. Dan ‘they are on the right track’ memerlukan aspek publik dalam perjalanannya," tandasnya.

Follow Berita Techverse.Asia di Google News
Berita Terkait Berita Terkini
Techno17 Januari 2025, 16:10 WIB

POCO X7 Pro 5G x Iron Man Edition: Wujud Kecerdikan Tony Stark

POCO x Marvel: mendukung aspirasi heroik dengan performa yang tak tertandingi.
POCO X7 Pro edisi Iron Man. (Sumber: istimewa)
Techno17 Januari 2025, 14:39 WIB

Upbit Indonesia Optimis OJK akan Perkuat Regulasi dan Inovasi Aset Kripto di Indonesia

Mereka menyambut baik pengalihan pengaturan dan pengawasan aset kripto dari Bappebti ke OJK, sebagaimana diatur dalam UU P2SK.
Resna Raniadi sebagai COO Upbit Indonesia. (Sumber: istimewa)
Techno17 Januari 2025, 12:52 WIB

Spesifikasi dan Harga Realme Note 60x yang Rilis di Indonesia

Realme Note 60x meluncur dengan ketangguhan rangka metal tahan banting Armor Shell Protection.
Realme Note 60x. (Sumber: Realme)
Techno17 Januari 2025, 11:40 WIB

Prediksi Kecerdasan Buatan pada 2025: Mendorong Keberlanjutan, Keamanan, dan Pertumbuhan di Asia Pasifik

Dengan berlalunya tahun 2024 dan tahun 2025 yang dimulai dengan fokus dan inovasi baru, dunia merefleksikan tahun yang luar biasa dalam artificial intelligence (AI).
(ilustrasi) artificial intelligence atau AI (Sumber: freepik)
Techno17 Januari 2025, 10:58 WIB

Nasib TikTok di Amerika Serikat Hanya Tinggal 2 Hari Lagi?

TikTok diambang pelarangan beroperasi bagi penggunanya di Amerika Serikat yang akan berlaku mulai Minggu (19/1/2025) besok.
Ilustrasi TikTok (Sumber: Pexels)
Techno17 Januari 2025, 10:11 WIB

Inflasi Inti Mereda, Pasar Kripto dan Saham AS Kompak Menghijau

Jelang inagurasi Presiden AS Donald Trump, terdapat potensi reli akan berlanjut hingga penentuan kebijakan suku bunga The Fed akhir bulan ini.
Ilustrasi Saham AS.
Techno17 Januari 2025, 09:52 WIB

Realme Resmi Menjadi Sponsor untuk Tim E-sports RRQ Selama 3 Tahun

Realme Indonesia dan RRQ jalin kerja sama jangka panjang.
CEO RRQ Adrian Paulin (kiri) menerima secara simbolis kerja sama dengan Realme. (Sumber: Realme)
Techno16 Januari 2025, 21:43 WIB

CES 2025: Anker Hadirkan 3 Produk Baru Pengisi Daya

Anker ingin menghadirkan berbagai potensi lewat inovasi terbaik.
Anker meluncurkan lini produk pengisian daya barunya. (Sumber: Anker)
Lifestyle16 Januari 2025, 18:57 WIB

Reebok Tunjuk Winky Wiryawan Sebagai Muse Reebok Indonesia

Reebok rayakan gaya hidup dan performa yang tak lekang oleh waktu melalui kampanye “Waktu Berlalu, Reebok Selalu”
Reebok menunjuk DJ Winky Wiryawan (kedua dari kiri) sebagai muse Reebok Indonesia. (Sumber: Reebok)
Techno16 Januari 2025, 17:48 WIB

JBL Horizon 3: Jam Alarm yang Membantu Menata Jadwal Tidurmu

Ubah jadwal tidur dengan Signature Sound JBL dan pencahayaan ambient yang dapat disesuaikan.
JBL Horizon 3. (Sumber: JBL)