Perkembangan teknologi metaverse yang semakin pesat dalam beberapa waktu terakhir, digadang-gadang akan membawa banyak perubahan dalam kehidupan sehari-hari.
Kendati demikian, diperlukan adanya jaringan berkualitas dengan latensi rendah, bandwidth yang simetris, dan kecepatan internet yang tinggi. Agar masyarakat dapat menikmati metaverse dengan optimal.
Sayangnya, ketersediaan jaringan yang stabil masih menjadi tantangan besar di Indonesia.
Merespon hal tersebut, Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kominfo RI, Ismail mengatakan, sejumlah upaya telah dilakukan pemerintah dalam pengembangan teknologi metaverse.
Misalnya saja, saat ini pemerintah mengupayakan Indonesia tidak hanya menjadi pasar, tetapi juga ingin ikut serta menjadi tuan rumah yang bisa mengembangkan teknologi metaverse.
“Pemerintah terus mendorong pengembangan teknologi metaverse di Indonesia dari sisi regulasi. Regulasi yang diciptakan saat ini merupakan regulasi yang ramah terhadap investasi, memberikan ruang gerak perubahan teknologi dan inovasi, dan mendorong efisiensi untuk mendorong tumbuhnya ekosistem metaverse,” ujar Ismail, dalam keterangan tertulis kepada Techverse, Kamis (27/10/2022).
Keterangan itu, Ismail sampaikan dalam kegiatan diskusi bertajuk Konektivitas untuk Masa Depan Metaverse di Indonesia, yang diinisiasi oleh Center for Digital Society Universitas Gadjah Mada (CfDS UGM) bersama Meta, didukung penuh oleh Kemenkominfo RI.
Diskusi itu merupakan rangkaian ke-4 dari acara pendukung Digital Economic Working Group G20. Diskusi ini bertujuan untuk mendalami peluang dan tantangan yang dihadapi industri terkait konektivitas di Indonesia, utamanya dalam menyiapkan jaringan yang dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat.
Kepala Kebijakan Konektivitas Dan Akses Meta, Ismail Shah mengungkap, ada beberapa komponen yang dibutuhkan untuk mendukung terwujudnya ekosistem metaverse di Indonesia, dari segi pembangunan infrastruktur digital.
“Komponen yang dibutuhkan untuk mewujudkan metaverse antara lain user, akses, jaringan ISP, edge/cloud, dan kapasitas bandwidth internasional berupa kabel bawah laut. Meskipun semua komponen belum sepenuhnya direalisasikan di banyak negara, kami masih dapat memiliki beberapa pengembangan melalui aplikasi dan perangkat AR,” sebut dia.
Ismail melanjutkan, investasi Meta pada konektivitas untuk membangun masa depan metaverse salah satunya tertuang pada pembangunan dua kabel bawah laut, –Echo dan Biofrost–, yang akan menyediakan koneksi baru yang vital antara kawasan Asia Pasifik dan Amerika Utara dan dapat meningkatkan kapasitas transpasifik sebesar 70%.
Di Indonesia, dua kabel bawah laut ini akan meningkatkan konektivitas di provinsi-provinsi Indonesia bagian Tengah dan Timur.
Investasi Echo dan Biofrost ini, diharapkan dapat meningkatkan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) sebesar $59 miliar secara kumulatif antara 2023 dan 2025, dan membantu menciptakan hingga 1,8 juta pekerjaan pada 2025. Baik itu pekerjaan di bidang konstruksi, telekomunikasi, dan industri berorientasi layanan seperti keuangan, perawatan kesehatan, TI, dan pendidikan.
Di keterangan yang sama, Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Muhammad Arif menuturkan, hal yang paling utama untuk dikembangkan di Indonesia adalah penetrasi fixed broadband. Karena pada saat ini penetrasi fixed broadband di Indonesia masih dibawah 15%.
Sementara metaverse membutuhkan internet yang lebih baik lagi. Oleh karena itu diperlukan perkembangan jaringan yang masif, agar bisa dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia dan meningkatkan ekonomi digital.
Ia juga berharap, pemerintah dan mitra global bisa turut mendukung terciptanya infrastruktur digital yang optimal dan efisien untuk memfasilitasi metaverse.
Sementara itu Senior Director of Government Affairs Southeast Asia Qualcomm International Nies Purwanti menjelaskan, seluruh stakeholder yang terlibat harus secara matang menyiapkan infrastruktur yang memadai.
“Kita perlu menggunakan teknologi 5G untuk menyiapkan 'jalan tol', agar aplikasi dan solusi metaverse bisa dinikmati oleh masyarakat atau perusahaan-perusahaan,” ajaknya.