Penipuan bermodus hubungan percintaan yang terjalin lewat aplikasi kencan, mulai marak dilakukan dengan memanfaatkan teknologi deepfake.
Deepfake terdiri dari video, audio, dan konten palsu lain yang realistis, dibuat dengan bantuan AI (kecerdasan buatan). Teknologi deepfake semakin banyak diadopsi oleh berbagai pelaku kejahatan, mulai dari orang yang ingin menyebarkan disinformasi yang meyakinkan hingga penipu daring.
Masalah penipuan via aplikasi kencan sudah menimpa banyak laki-laki di Asia, yang mana mereka merasa telah dipikat oleh 'cinta', kala melakukan panggilan video.
Sebuah konferensi pers yang dilakukan oleh polisi Hong Kong mengungkap, para korban sampai mengeluarkan dana lebih dari $46 juta, kala menjadi korban kecerdasan buatan deepfake ini.
"Pihak berwajib setempat telah menangkap lebih dari dua lusin anggota jaringan penipuan, yang diduga menargetkan laki-laki dari Taiwan hingga Singapura dan hingga India," demikian merangkum laporan CNN, Senin (21/10/2024).
Baca Juga: Infinix Hot 50 Pro Plus Rilis Global, Begini Harga dan Spesifikasinya
Baca Juga: Edifier Q65: Speaker Desktop Active Monitor dengan Pengisi Daya GaN
Polisi mengatakan, 21 laki-laki dan enam perempuan itu ditahan atas tuduhan termasuk konspirasi untuk melakukan penipuan.
Berusia 21 hingga 34 tahun, para tersangka sebagian besar berpendidikan tinggi, dan banyak dari mereka lulusan media digital serta teknologi. Mereka diduga direkrut oleh geng penipu setelah menempuh pendidikan di universitas setempat, kata polisi.
Para tersangka bekerja sama dengan spesialis teknologi informasi di luar negeri untuk membangun platform mata uang kripto palsu, di mana para korban dipaksa untuk melakukan investasi.
Para penipu menggunakan identitas daring palsu dan menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk mempersiapkan target mereka agar mau berinvestasi di situs kripto palsu.
Deepfake adalah satu lagi senjata dalam gudang senjata mereka, untuk mencoba meyakinkan orang yang tidak menaruh curiga agar memberikan uang.
Baca Juga: Lenovo Kembangkan AI Sebagai Pendeteksi Aritmia Tingkat Lanjut
Baca Juga: AI yang Diterapkan untuk bluValas Pacu Pertumbuhan Transaksi Valuta Asing
Menurut kepolisian Hong Kong, penipuan deepfake yang dilakukan komplotan romantis ini biasanya diawali dengan pesan teks, yang mana pengirimnya –yang menyamar sebagai wanita menarik– mengatakan bahwa mereka secara tidak sengaja menambahkan nomor yang salah.
Para penipu kemudian menjalin 'hubungan asmara' daring dengan korbannya, menumbuhkan rasa keintiman hingga mereka mulai merencanakan masa depan bersama.
Kelompok itu sangat terorganisasi, terbagi dalam beberapa departemen yang bertanggung jawab atas berbagai tahap penipuan, lanjut laporan tersebut.
"Mereka bahkan menggunakan buku panduan pelatihan, untuk mengajari para anggota cara melakukan penipuan dengan memanfaatkan ketulusan dan emosi korban," kata polisi.
Baca Juga: Instagram Menambahkan Fitur Keamanan Baru, Lindungi Pengguna dari Sextortion
Di antara langkah-langkah buku panduan itu, berisikan poin seperti:
Mempelajari pandangan dunia korban untuk menciptakan persona yang dibuat khusus,
Menciptakan kesulitan seperti hubungan atau bisnis yang gagal untuk memperdalam kepercayaan orang lain,
Melukiskan 'visi yang indah' termasuk rencana perjalanan bersama, untuk mendorong korban agar berinvestasi.
Penipuan itu berlangsung sekitar setahun sebelum polisi menerima informasi intelijen tentangnya sekitar Agustus 2024.
Lebih dari 100 telepon seluler, yang nilainya setara dengan hampir $26.000 dalam bentuk uang tunai, dan sejumlah jam tangan mewah ditemukan dalam penggerebekan.
Baca Juga: ViewSonic M1X, Mampu Proyeksikan Gambar dengan Posisi 360 Derajat
Bukan hanya berkedok hubungan romantis, awal tahun ini, sebuah perusahaan desain dan rekayasa multinasional Inggris di Hong Kong juga kehilangan $25 juta.
Peristiwa itu bermula karena karyawan ditipu oleh pelaku yang menggunakan teknologi deepfake, dan menyamar sebagai kepala keuangan dan staf lainnya.