Pakar Bilang Kecerdasan Buatan Enggak akan Sepenuhnya Gantikan Manusia

Rahmat Jiwandono
Senin 16 Desember 2024, 21:22 WIB
(ilustrasi) kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) (Sumber: Freepik)

(ilustrasi) kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) (Sumber: Freepik)

Techverse.asia - Kemunculan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) menghadirkan dinamika yang semakin kompleks. AI sebagai inovasi dapat memberikan manfaat, tetapi juga berpotensi memunculkan dampak negatif lainnya.

Pasalnya, beberapa lapangan pekerjaan yang mulai tergantikan oleh mesin dan robot. Akibatnya, muncul kesenjangan antara keterampilan yang dimiliki pekerja dan keterampilan yang dibutuhkan oleh pasar kerja.

Baca Juga: Permintaan Penangguhan TikTok Ditolak, Bisa Berhenti Beroperasi Mulai Januari 2025?

Berdasarkan hasil riset tim Microeconomics Dashboard (Micdash), Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB), Universitas Gadjah Mada (UGM) menjelaskan bahwa penggunaan kecerdasan buatan semakin lama semakin meningkat.

Dengan teknologi ini diperkirakan akan memberi dampak signifikan terhadap lapangan pekerjaan. Bahkan dengan teknologi ini semakin mempermudah pencarian informasi dan pengelolaan sumber daya manusia yaitu meningkatnya produktivitas untuk memantau pergerakan pekerja.

Qisha Quarina selaku koordinator bidang kajian Micdash, menyebutkan bahwa sebanyak 77 persen orang masih khawatir bahwa teknologi AI dapat berpotensi menghilangkan pekerjaan dan menggantikan tugas-tugas manusia. Padahal AI, katanya, sesungguhnya dapat mengoptimalkan pekerjaan dan melengkapi kekurangan sumber daya manusia (SDM).

Baca Juga: ColorOS 15 Punya Segudang Fitur Berbasis Kecerdasan Buatan, Cek Selengkapnya

"Kondisi ini tentunya menimbulkan kekhawatiran terhadap proses kerja yang mulai digantikan oleh mesin dan robot," ujar Quarina baru-baru ini.

Meskipun begitu, lanjutnya, teknologi kecerdasan buatan itu sebenarnya kurang mampu dimanfaatkan secara maksimal untuk hal-hal yang sifatnya tidak dapat diprediksi, terutama di luar bidang pengetahuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Oleh karena itu, ia berpendapat sektor pendidikan dan perusahaan sebaiknya memberikan fasilitas kebutuhan upgrading skills maupun reskilling yang dibutuhkan para pekerja agar dapat bersaing di masa depan dan memastikan pekerja tetap relevan di pasar kerja yang semakin berbasis digital.

Peneliti Micdash lainnya, Raniah Salsabila menyampaikan bahwa penerapan kecerdasan buatan di pasar tenaga kerja tidak bisa dihindari karena inovasi ini pada dasarnya dirancang untuk membantu manusia dalam menyelesaikan pekerjaan dan meningkatkan produktivitas.

Baca Juga: MetaSeaco: Startup Binaan UGM Sukses Masuk 3 Besar di Ajang Pertamuda

Sebagai contoh, ChatGPT yang digunakan untuk mendukung penelitian, penyuntingan naskah, dan membantu dalam pembangkit ide yang lebih efisien.

"Hal ini tentunya menunjukkan AI tidak saja menggantikan manusia, melainkan menggantikan keterampilan tertentu yang dibutuhkan pekerja untuk membuat pekerjaan lebih efisien," paparnya.

Ia mengatakan bahwa pemanfaatan AI dapat dimaksimalkan agar pekerja memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi tersebut.

Di masa depan keterampilan yang dibutuhkan tidak hanya terbatas pada keterampilan yang berkaitan dengan teknologi, namun juga mencakup kecerdasan manusia, seperti analytical thinking and innovation, complex problem-solving, critical thinking and analysis, creativity, originality and initiative, serta reasoning, problem-solving and ideation.

Baca Juga: Bahas Artificial Intelligence, UMY Buka Ruang Diskusi Ilmiah

"Keterampilan-keterampilan ini menjadi semakin penting. Kendati mampu menjalankan tugas-tugas tertentu, tetapi AI tidak dapat menggantikan kualitas-kualitas yang terkait dengan kecerdasan manusia," terang dia.

Di sisi lain, terdapat dua perkembangan AI yang mendorong peningkatan risiko dari sedang menjadi tinggi: AI multimoda (AI multimodal) dan AI agen (agentic AI).

AI multimoda bisa memproses dan mengintegrasikan beberapa jenis input, seperti teks, gambar, audio, untuk menyelesaikan tugas yang lebih kompleks, contohnya adalah GPT-4o, Gemini Ultra, dan Pixtral 12B.

Sementara AI agen mengacu pada sistem kecerdasan buatan yang mampu merencanakan, bertindak, dan membuat keputusan secara otonom. Kekinian AI agen tengah berkembang pesat.

Baca Juga: Peduli Kesehatan Mental Sivitas Kampus, UGM Rilis Platform ChatBot Lintang

"Perkembangan AI agen memang mendorong kemajuan AGI, namun berpotensi menjadi bencana ketika sistem ini menjadi tidak terkendali setelah digabungkan dengan teknologi lain," ungkapnya.

Contoh lainnya adalah perkembangan robot humanoid yang ditenagai oleh AI generatif. AI generatif digunakan agar robot humanoid ini bisa beroperasi dan mengambil keputusan secara mandiri.

Follow Berita Techverse.Asia di Google News
Berita Terkait Berita Terkini
Techno17 Januari 2025, 16:10 WIB

POCO X7 Pro 5G x Iron Man Edition: Wujud Kecerdikan Tony Stark

POCO x Marvel: mendukung aspirasi heroik dengan performa yang tak tertandingi.
POCO X7 Pro edisi Iron Man. (Sumber: istimewa)
Techno17 Januari 2025, 14:39 WIB

Upbit Indonesia Optimis OJK akan Perkuat Regulasi dan Inovasi Aset Kripto di Indonesia

Mereka menyambut baik pengalihan pengaturan dan pengawasan aset kripto dari Bappebti ke OJK, sebagaimana diatur dalam UU P2SK.
Resna Raniadi sebagai COO Upbit Indonesia. (Sumber: istimewa)
Techno17 Januari 2025, 12:52 WIB

Spesifikasi dan Harga Realme Note 60x yang Rilis di Indonesia

Realme Note 60x meluncur dengan ketangguhan rangka metal tahan banting ArmorShell Protection.
Realme Note 60x. (Sumber: Realme)
Techno17 Januari 2025, 11:40 WIB

Prediksi Kecerdasan Buatan pada 2025: Mendorong Keberlanjutan, Keamanan, dan Pertumbuhan di Asia Pasifik

Dengan berlalunya tahun 2024 dan tahun 2025 yang dimulai dengan fokus dan inovasi baru, dunia merefleksikan tahun yang luar biasa dalam artificial intelligence (AI).
(ilustrasi) artificial intelligence atau AI (Sumber: freepik)
Techno17 Januari 2025, 10:58 WIB

Nasib TikTok di Amerika Serikat Hanya Tinggal 2 Hari Lagi?

TikTok diambang pelarangan beroperasi bagi penggunanya di Amerika Serikat yang akan berlaku mulai Minggu (19/1/2025) besok.
Ilustrasi TikTok (Sumber: Pexels)
Techno17 Januari 2025, 10:11 WIB

Inflasi Inti Mereda, Pasar Kripto dan Saham AS Kompak Menghijau

Jelang inagurasi Presiden AS Donald Trump, terdapat potensi reli akan berlanjut hingga penentuan kebijakan suku bunga The Fed akhir bulan ini.
Ilustrasi Saham AS.
Techno17 Januari 2025, 09:52 WIB

Realme Resmi Menjadi Sponsor untuk Tim E-sports RRQ Selama 3 Tahun

Realme Indonesia dan RRQ Jalin Kerja Sama Jangka Panjang.
CEO RRQ Adrian Paulin (kiri) menerima secara simbolis kerja sama dengan Realme. (Sumber: Realme)
Techno16 Januari 2025, 21:43 WIB

CES 2025: Anker Hadirkan 3 Produk Baru Pengisi Daya

Anker ingin menghadirkan berbagai potensi lewat inovasi terbaik.
Anker meluncurkan lini produk pengisian daya barunya. (Sumber: Anker)
Lifestyle16 Januari 2025, 18:57 WIB

Reebok Tunjuk Winky Wiryawan Sebagai Muse Reebok Indonesia

Reebok Rayakan Gaya Hidup dan Performa yang Tak Lekang oleh Waktu Melalui Kampanye “Waktu Berlalu, Reebok Selalu”
Reebok menunjuk DJ Winky Wiryawan (kedua dari kiri) sebagai muse Reebok Indonesia. (Sumber: Reebok)
Techno16 Januari 2025, 17:48 WIB

JBL Horizon 3: Jam Alarm yang Membantu Menata Jadwal Tidurmu

Ubah jadwal tidur dengan Signature Sound JBL dan pencahayaan ambient yang dapat disesuaikan.
JBL Horizon 3. (Sumber: JBL)