Techverse.asia - Kemunculan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) menghadirkan dinamika yang semakin kompleks. AI sebagai inovasi dapat memberikan manfaat, tetapi juga berpotensi memunculkan dampak negatif lainnya.
Pasalnya, beberapa lapangan pekerjaan yang mulai tergantikan oleh mesin dan robot. Akibatnya, muncul kesenjangan antara keterampilan yang dimiliki pekerja dan keterampilan yang dibutuhkan oleh pasar kerja.
Baca Juga: Permintaan Penangguhan TikTok Ditolak, Bisa Berhenti Beroperasi Mulai Januari 2025?
Berdasarkan hasil riset tim Microeconomics Dashboard (Micdash), Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB), Universitas Gadjah Mada (UGM) menjelaskan bahwa penggunaan kecerdasan buatan semakin lama semakin meningkat.
Dengan teknologi ini diperkirakan akan memberi dampak signifikan terhadap lapangan pekerjaan. Bahkan dengan teknologi ini semakin mempermudah pencarian informasi dan pengelolaan sumber daya manusia yaitu meningkatnya produktivitas untuk memantau pergerakan pekerja.
Qisha Quarina selaku koordinator bidang kajian Micdash, menyebutkan bahwa sebanyak 77 persen orang masih khawatir bahwa teknologi AI dapat berpotensi menghilangkan pekerjaan dan menggantikan tugas-tugas manusia. Padahal AI, katanya, sesungguhnya dapat mengoptimalkan pekerjaan dan melengkapi kekurangan sumber daya manusia (SDM).
Baca Juga: ColorOS 15 Punya Segudang Fitur Berbasis Kecerdasan Buatan, Cek Selengkapnya
"Kondisi ini tentunya menimbulkan kekhawatiran terhadap proses kerja yang mulai digantikan oleh mesin dan robot," ujar Quarina baru-baru ini.
Meskipun begitu, lanjutnya, teknologi kecerdasan buatan itu sebenarnya kurang mampu dimanfaatkan secara maksimal untuk hal-hal yang sifatnya tidak dapat diprediksi, terutama di luar bidang pengetahuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Oleh karena itu, ia berpendapat sektor pendidikan dan perusahaan sebaiknya memberikan fasilitas kebutuhan upgrading skills maupun reskilling yang dibutuhkan para pekerja agar dapat bersaing di masa depan dan memastikan pekerja tetap relevan di pasar kerja yang semakin berbasis digital.
Peneliti Micdash lainnya, Raniah Salsabila menyampaikan bahwa penerapan kecerdasan buatan di pasar tenaga kerja tidak bisa dihindari karena inovasi ini pada dasarnya dirancang untuk membantu manusia dalam menyelesaikan pekerjaan dan meningkatkan produktivitas.
Baca Juga: MetaSeaco: Startup Binaan UGM Sukses Masuk 3 Besar di Ajang Pertamuda
Sebagai contoh, ChatGPT yang digunakan untuk mendukung penelitian, penyuntingan naskah, dan membantu dalam pembangkit ide yang lebih efisien.
"Hal ini tentunya menunjukkan AI tidak saja menggantikan manusia, melainkan menggantikan keterampilan tertentu yang dibutuhkan pekerja untuk membuat pekerjaan lebih efisien," paparnya.
Ia mengatakan bahwa pemanfaatan AI dapat dimaksimalkan agar pekerja memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi tersebut.
Di masa depan keterampilan yang dibutuhkan tidak hanya terbatas pada keterampilan yang berkaitan dengan teknologi, namun juga mencakup kecerdasan manusia, seperti analytical thinking and innovation, complex problem-solving, critical thinking and analysis, creativity, originality and initiative, serta reasoning, problem-solving and ideation.
Baca Juga: Bahas Artificial Intelligence, UMY Buka Ruang Diskusi Ilmiah
"Keterampilan-keterampilan ini menjadi semakin penting. Kendati mampu menjalankan tugas-tugas tertentu, tetapi AI tidak dapat menggantikan kualitas-kualitas yang terkait dengan kecerdasan manusia," terang dia.
Di sisi lain, terdapat dua perkembangan AI yang mendorong peningkatan risiko dari sedang menjadi tinggi: AI multimoda (AI multimodal) dan AI agen (agentic AI).
AI multimoda bisa memproses dan mengintegrasikan beberapa jenis input, seperti teks, gambar, audio, untuk menyelesaikan tugas yang lebih kompleks, contohnya adalah GPT-4o, Gemini Ultra, dan Pixtral 12B.
Sementara AI agen mengacu pada sistem kecerdasan buatan yang mampu merencanakan, bertindak, dan membuat keputusan secara otonom. Kekinian AI agen tengah berkembang pesat.
Baca Juga: Peduli Kesehatan Mental Sivitas Kampus, UGM Rilis Platform ChatBot Lintang
"Perkembangan AI agen memang mendorong kemajuan AGI, namun berpotensi menjadi bencana ketika sistem ini menjadi tidak terkendali setelah digabungkan dengan teknologi lain," ungkapnya.
Contoh lainnya adalah perkembangan robot humanoid yang ditenagai oleh AI generatif. AI generatif digunakan agar robot humanoid ini bisa beroperasi dan mengambil keputusan secara mandiri.