Techverse.asia - Laporan Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) Amerika Serikat bulan Februari 2025 yang akan dirilis pada 28 Maret ini, diproyeksi menjadi penentu arah pasar berikutnya, khususnya mengingat data PCE inti merupakan acuan The Fed untuk menentukan kebijakan suku bunga.
Merespon kondisi tersebut, Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin mengatakan saat ini, inflasi PCE AS diperkirakan akan menunjukkan tekanan inflasi yang masih cukup tinggi. Hal tersebut dapat semakin menunda penurunan suku bunga The Fed dan berpotensi memberikan tekanan baik di pasar kripto maupun saham AS.
Namun, apabila data inflasi PCE lebih rendah dari ekspektasi, Indeks Dolar AS (DXE) mungkin akan melemah, serta berpotensi meningkatkan minat investor terhadap instrumen berisiko seperti aset kripto dan saham.
Baca Juga: Redmi A5 dan Pad SE 8.7 Diniagakan di Indonesia, Lihat Spek dan Harganya
Perkiraan kenaikan inflasi PCE tersebut cukup kontras dengan tren data Indeks Harga Konsumen (CPI) baru-baru ini yang menunjukkan kenaikan yang lebih rendah. Para ekonom memperkirakan kenaikan inflasi PCE sebesar 2,5% secara tahunan (tidak berubah dari Januari) dan inflasi PCE inti (tidak termasuk makanan/energi) sebesar 2,7%, naik dari 2,6% di bulan Januari yang telah mengalami penurunan dari angka 2,9% di Desember.
Bank Sentral AS, The Fed, memprioritaskan PCE inti sebagai acuan utamanya dalam melihat tren inflasi. Dengan demikian, tren inflasi PCE yang masih tinggi dapat berpotensi semakin menunda penurunan suku bunga.
Sementara data inflasi CPI memicu optimisme tentang pelonggaran inflasi, metodologi PCE yang berbeda, misalnya, dalam perhitungan dampak harga properti/tiket pesawat, dapat menghasilkan angka yang berbeda.
"Terlepas dari kemungkinan kenaikan inflasi PCE yang lebih tinggi tersebut, harga Bitcoin yang masih bertahan di level $87.000 sejauh ini masih terlihat cukup solid. Akan tetapi, pasar saham AS ditutup melemah pada hari Rabu kemarin seiring dengan persiapan Presiden Trump untuk mengumumkan tarif baru pada impor mobil AS," katanya, Kamis (27/3/2025).
Baca Juga: Pasar Saham AS dan Kripto Merosot, Adakah Katalis Positif Selanjutnya?
Indeks S&P 500 turun lebih dari 1,1%, sementara Dow Jones Industrial Average (DJI) melemah sekitar 0,4%. Nasdaq Composite, yang didominasi oleh saham teknologi, mencatat penurunan terbesar dengan merosot lebih dari 2%. Saham-saham teknologi utama seperti Nvidia dan Tesla anjlok lebih dari 5%.
Indeks Dolar AS (DXY) terus mengalami penguatan selama empat hari terakhir, mencapai level tertinggi dalam tiga minggu di 105.00. Kenaikan ini didorong oleh data ekonomi AS yang positif, terutama PMI Jasa yang meningkat ke 53.5 dari 51.6, menandakan ekspansi ekonomi lanjutan.
"Penguatan dolar lanjutan bisa memberikan tekanan pada aset berisiko seperti Bitcoin dan saham, terutama jika data PCE menunjukkan inflasi yang tetap tinggi," katanya.
Di tengah penantian inflasi PCE AS, ETF Bitcoin spot terlihat masih melanjutkan tren aliran dana masuk neto positifnya yang kini telah terjadi selama delapan hari berturut-turut dengan total netflow mencapai hampir $1 miliar.
Baca Juga: Bitcoin Melemah Imbas Meningkatnya Kekhawatiran Investor Terhadap Inflasi
Sementara itu, ETF Ethereum spot masih melanjutkan tren netflow negatif-nya yang telah terjadi selama sembilan hari perdagangan berturut-turut. Hal ini menyoroti preferensi investor tradisional AS yang masih relatif berfokus pada Bitcoin di tengah situasi yang ada.
"Kekuatan Bitcoin sebagai instrumen yang berpotensi menjadi inflation-hedge turut menjadi faktor di balik tren tersebut, di samping keputusan pemerintah AS terkait Bitcoin Strategic Reserve yang turut meningkatkan legitimasi aset kripto tersebut khususnya di kalangan investor pasar modal AS," ungkapnya.
Outlook yang cukup mixed, khususnya dalam jangka pendek ini, berpotensi membuat investor kripto dan saham AS lebih berhati-hati. Akan tetapi investor yang memiliki profil cukup agresif mungkin akan memanfaatkan momentum yang ada untuk mendapatkan keuntungan dengan berspekulasi jika inflasi PCE Februari akan lebih baik dari ekspektasi, dengan melakukan pembelian aset ketika harga terkoreksi.
"Inflasi PCE yang lebih rendah dapat mendorong reli yang ada dan berpotensi membawa Bitcoin kembali ke level harga $90.000," imbuhnya.
Baca Juga: Reku Menyediakan 600 Saham AS, Ajak Masyarakat Investasi Aset Global