Cadangan Nikel Melimpah, Pertamina Siap Produksi Baterai Kendaraan Listrik

nikel (sumber : Kementerian ESDM RI)

PT Pertamina (Persero), bertekad untuk terus berperan secara signifikan dalam mengembangkan ekosistem baterai kendaraan listrik di Indonesia, dengan mengoptimalkan sumber daya di dalam negeri.

Salah satu langkah yang hendak diambil untuk mewujudkannya, yakni memproduksi baterai kendaraan listrik, demi menunjang transportasi dan kehidupan yang lebih berkelanjutan. Rencana tersebut disampaikan di tengah World Economic Forum.

Menurut data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia, yang kami kutip pada Senin (23/1/2023), Indonesia memiliki 30% cadangan nikel dunia, yaitu sebesar 21 juta ton.

Nikel dapat ditemukan di berbagai wilayah, seperti Halmahera Timur di Maluku Utara, Morowali di Sulawesi Tengah, Pulau Obi di Maluku Utara, dan Pulau Gag di Kepulauan Raja Ampat.

Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati meyakini dengan cadangan nikel di Indonesia, perusahaan pelat merah tersebut bisa memproduksi baterai dan meningkatkan penetrasi kendaraan listrik atau EV. 

Menurut perempuan yang pernah masuk jajaran perempuan berpengaruh di dunia versi Forbes itu, Pertamina memiliki infrastruktur yang bisa dioptimalkan untuk penetrasi EV.

"Kami memiliki data segmentasi karakteristik, mobilitas, dan kemampuan membeli," ujarnya, di laman perusahaan.

Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, bersama timnya bertekad membawa Pertamina Go Global (sumber: Pertamina)

Selain itu, Pertamina juga memiliki lebih dari 7.400 SPBU, 6.100 Pertashop, dan 63.000 outlet LPG.

Pertamina juga siap berkolaborasi dengan pihak lain dari berbagai negara, untuk mengembangkan baterai EV dan mengoptimalkan infrastruktur yang dimiliki.

Nicke menambahkan, komitmen ini sejalan dengan rekomendasi yang diajukan oleh Gugus Tugas Energi, Keberlanjutan dan Iklim B20 (Business 20-Task Force Energy, Sustainability, and Climate / B20-TF ESC); salah satunya mengajukan rekomendasi kebijakan untuk mempercepat pengembangan ekosistem kendaraan listrik.

B20-TF ESC adalah komunitas bisnis, yang mendukung G20 dengan rekomendasi kebijakan yang berdampak dan dapat ditindaklanjuti, dari aspek bisnis. Memiliki lebih dari 150 anggota, dengan delapan ketua bersama dipilih dari beberapa negara dengan jenis energi yang berbeda.

"Kami mengusulkan beberapa rekomendasi kebijakan dan aksi kebijakan, terutama bagaimana mempercepat penetrasi EV di setiap negara," ujar Nicke yang juga menjabat sebagai Ketua B20-TF ESC selama G20' 2022 ini.

Nicke mengungkap, rekomendasi kebijakan tersebut antara lain percepatan penggunaan energi berkelanjutan, memastikan transisi yang adil dan terjangkau, serta meningkatkan ketahanan energi.

Untuk mempercepat penggunaan energi berkelanjutan, kata dia, Pertamina menargetkan efisiensi energi, dengan elektrifikasi menjadi faktor penentu keberhasilan.

"Ada target efisiensi energi sisi permintaan, bagaimana mengelola efisiensi energi dari sisi permintaan, dan kami percaya elektrifikasi menjadi faktor kunci keberhasilan," katanya.

Selain itu, Nicke juga menyoroti perlunya pembiayaan, terutama dari negara maju, mengingat transisi energi ke energi terbarukan membutuhkan investasi modal yang sangat besar. 

Rekomendasi lainnya yakni perihal perlunya memastikan transisi yang adil dan terjangkau.

Dalam rekomendasi tersebut, Nicke menyoroti perlunya mempersiapkan transisi yang berkeadilan dari sektor yang terdampak transisi energi terhadap sektor terkait.

Ia menyebutkan, pihak terkait perlu memastikan praktik berkelanjutan dalam akses mineral untuk membangun infrastruktur energi baru yang bersih dan rendah karbon, termasuk kendaraan listrik.

Belum selesai, rekomendasi lain yang ia sebutkan adalah perlunya peningkatan ketahanan energi. Pertamina menurut dia, membutuhkan kerangka kerja dan regulasi, seperti insentif untuk mempromosikan dan mengakselerasi ekosistem kendaraan listrik. 

Sementara itu, Menteri Investasi//Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia, Bahlil Lahadalia mengatakan, pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia sudah dimulai dengan melibatkan perusahaan asing dan BUMN, termasuk Pertamina.

Sedikitnya ada empat perusahaan, yang memiliki rencana investasi di Indonesia untuk mendukung pengembangan perkembangan listrik. Antara lain LG, CATL, Foxconn, dan BritishVolt.

Pemerintah menyambut baik investor yang serius datang ke Indonesia dengan memberikan kemudahan fasilitas perizinan dan insentif pajak.

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI