Dipicu dari huru-hara 'keamanan data pengguna' TikTok, Hubungan geopolitik China dan Amerika Serikat makin memanas. Ini berimbas besar pada industri teknologi, sampai berujung pemblokiran akses chip ke China. Salah satu perusahaan chip Amerika Serikat, NVIDIA, bahkan sampai membuat tiga chip khusus untuk pasar China, agar tak kehilangan pasar besarnya akibat regulasi Joe Biden.
Baca Juga: Sedan Xiaomi SU7: Bisa Bayar Tol Otomatis Tanpa Berhenti, Bentuknya Mirip Tesla Model 3
Situasi itu mendorong perusahaan teknologi China, salah satunya smartphone, untuk mandiri dari teknologi perangkat dan chip China.
Dari perkembangan yang terjadi, nampaknya produsen smartphone asal China pelan-pelan mulai siap meninggalkan Android dan Google. Hal itu bisa dilihat dari Xiaomi dan Huawei yang saat ini terus mengembangkan sistem operasi mereka sendiri. Keduanya berupaya mengintegrasikan berbagai portofolio produk, mulai dari ponsel hingga peralatan rumah tanggan pintar, di bawah satu sistem operasi.
Xiaomi sudah meluncurkan HyperOS yang menggantikan peran MiUI. Sistem operasi tersebut memang masih bergantung pada Android milik Google, namun HyperOS bisa dibilang sudah lebih mandiri.
GizMoChina mengulas, sistem operasi ini merupakan bentuk 'fusion' dari Android dan platform Internet of Things (IoT) milik Xiaomi yang dinamai Vela.
"Ini tak menutup kemungkinan ke depannya Xiaomi makin ambisius untuk menjadi mandiri, mengikuti langkah Huawei," kata media yang dikutip Senin (20/11/2023) itu.
Baca Juga: Dipecat dari OpenAI, Sam Altman Langsung Masuk Tim AI Microsoft
Baca Juga: Wattpad Hadirkan Fitur Premium Picks, Bisa Akses ke 5 Wattpad Original Bulanan Gratis
Seperti kita tahu, HarmonyOS milik Huawei sudah benar-benar mandiri dan lepas dari ekosistem Google, setelah Huawei dikenai sanksi keras oleh Amerika Serikat (AS).
Huawei memperkenalkan sistem operasi HarmonyOS NEXT, yang konon merupakan HarmonyOS murni dan sama sekali tidak mendukung untuk penginstallan program Android.
Perusahaan juga menyebut, tidak dapat membuka APK Android.
"Meskipun HarmonyOS Next secara visual identik dengan HarmonyOS yang sedang berjalan, Huawei menghilangkan dukungan pustaka Android," kata perusahaan, dalam pernyataan resmi.
Kabar lainnya, sumber dari platform Rekrutmen Zhilian, perusahaan kini sibuk merekrut talenta untuk pengembangan HarmonyOS. Posisi utama meliputi pengembangan perangkat lunak, pengembangan seluler, dan pengujian perangkat lunak di bidang Internet, perangkat lunak komputer, dan layanan telekomunikasi/nilai tambah.
"Lebih dari 75 persen posisi memerlukan gelar sarjana dan pengalaman kerja lebih dari 3 tahun dan menawarkan gaji di atas rata-rata," ungkap GSM Arena.
Baca Juga: Nama Wuling Bingo Jadi Wuling BinguoEV di Indonesia, Kenapa?
Baca Juga: Telkomsat Akan Luncurkan Satelit Tahun depan
Perusahaan juga telah menyusun rencana untuk menginvestasikan sejumlah besar uang untuk mendukung komunitas pengembang, menciptakan lingkungan yang lebih ramah pengembang, dan menjalin kemitraan baru.
Huawei telah mengumumkan bahwa HarmonyOS NEXT siap dirilis.
Soal kesiapan meninggalkan Google, Huawei juga tak bisa diremehkan. Huawei Technologies telah merilis versi baru dari model kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) untuk komputasi dari layanan cloud mereka.
Ini jadi langkah terbaru Huawei dalam mengimbangi perkembangan AI yang dimulai oleh ChatGPT, model bahasa yang bisa menjawab pertanyaan dan menjalankan perintah apa saja.
Huawei Cloud, unit solusi komputasi cloud dari perusahaan tersebut, mengatakan bahwa model AI-nya mengambil pendekatan yang berbeda dari ChatGPT milik Open AI.
Dijuluki Pangu Model 3.0, ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan industri tertentu dan mengatasi masalah dalam operasi, R&D produk, dan rekayasa perangkat lunak, demikian menurut perusahaan.
"Perusahaan menyebut, mereka bermaksud memperluas layanan cloud bertenaga AI ke area-area baru, termasuk pemerintahan, keuangan, dan manufaktur," kata laporan Reuters.
Baca Juga: Analis Bilang Kalau iPhone Buatan India Akan Menduduki 20 Persen Distribusi Global
Direktur eksekutif Huawei, Zhang Ping'an, mengatakan perial model AI mereka didasarkan pada perangkat keras dan platformnya sendiri. Karena perusahaan tidak memiliki akses ke unit pemrosesan grafis atau biasa yang disebut (GPU), maupun perangkat lunak yang sama dengan yang digunakan oleh perusahaan lain untuk aplikasi AI yang kuat.
"Platform AI kami... dapat menawarkan infrastruktur yang solid... karena daya komputasinya dapat mencapai 1,1 kali lipat dari GPU mainstream," kata Zhang.