Pay Later Punya Potensi Mendorong Inklusi Keuangan Negara

(ilustrasi) paylater (Sumber: freepik)

Penggunaan layanan pay later atau layanan cicilan pembelian saat ini cukup marak dipilih oleh masyarakat. Sejumlah bank besar dan lokapasar bahkan menyediakan layanan tersebut, demi memudahkan setiap penggunanya mendapatkan produk impian.

Baca Juga: Sam Altman Mulai Spill Tipis-Tipis GPT-5

Pakar Keuangan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga, Bayu Arie Fianto, menilai bahwa layanan paylater berpotensi mendorong inklusivitas perekonomian negara.

"Pay later di perbankan lebih mudah, karena para pengguna bisa mendapatkan fasilitas limit kredit hingga puluhan juta, tanpa mengajukan kartu kredit atau jaminan," kata dia, dilansir dari laman resmi universitas, Kamis (18/1/2024).

Walaupun layanan pay later memberikan kemudahan, Bayu mengingatkan para nasabah memiliki literasi keuangan.

Sebelum berinvestasi jangka panjang di paylater, pengguna harus memiliki ‘uang dingin’. Selain itu, menyiapkan dana darurat sebesar enam kali dari pengeluaran harian atau bulanan, sebelum mencairkan layanan pay later.

Baca Juga: Penanganan Hoaks Selama Pemilu 2024 Membutuhkan Kolaborasi

Mereka juga perlu melihat kemampuan pembayaran, agar tidak menanggung risiko akibat pembayaran yang terlambat.

Untuk mengantisipasi adanya tunggakan cicilan, ia menyarankan untuk mengambil tenor yang lebih panjang. Dengan demikian, cicilan lebih ringan dan memanfaatkan diskon yang disediakan.

Di sisi lain, Bayu juga mengungkap risiko utama dari penggunaan layanan pay later. Karena laiknya berutang atau mengambil pinjaman dari perbankan, pengguna paylater tetap wajib untuk mengembalikan dana.

"Kebanyakan masyarakat kita mungkin hanya menikmati saat menerima pinjaman, tapi lupa kewajibannya. Karena jika gagal bayar, maka juga akan masuk ke data hitam di perbankan yang akan berdampak kepada pengajuan kredit di kemudian hari," tuturnya.

Baca Juga: Casing Samsung Galaxy S24 Incipio: Ramah Lingkungan, Anti Bakteria & Tahan Banting

Baca Juga: Realme C67 Punya Fitur NFC, Bisa Top Up Uang Elektronik hingga Duplikasi Kartu Akses

Lebih lanjut, ia juga menekankan penurunan kredibilitas pengguna jika tidak bertanggung jawab dalam penggunaan layanan pay later. Risiko yang mungkin berkaitan dengan risiko kepercayaan.

Poin lain yang Bayu tekankan ke tengah masyarakat adalah paylater yang bisa memicu budaya konsumtif.

"Bagi budaya perbankan ini sangat baik, karena bisa mendatangkan keuntungan. Tapi bagi masyarakat, apalagi yang tidak punya literasi keuangan, bisa menyebabkan budaya konsumtif," imbuhnya.

"Kalau tidak hati-hati, masyarakat bisa terjebak dalam utang, akhirnya bisa mengganggu cash flow keuangan keluarga," sebut ekonom syariah ini,

Layanan ini dapat memancing minat investasi dalam industri keuangan karena melihat lonjakan pangsa pasar yang ada di Indonesia. Kehadiran paylater juga membantu meningkatkan kegiatan belanja masyarakat. Pasalnya, paylater menghadirkan transaksi pembayaran yang lebih cepat dan efektif.

"Melihat fenomena ini, tentunya banyak perusahaan asing maupun lokal yang akan investasi di Indonesia. Selain itu, investasi dalam hal teknologi dan industri keuangan akan meningkat. Ini dapat mendorong juga keuangan Indonesia secara makro," jelasnya.

Baca Juga: 6 Cara Menarik Minat Investor untuk Gabung di Startup Kamu

Baca Juga: Apple Bakal Rilis iOS 17.3 Mulai Minggu Depan, Ini 3 Pembaruan yang Dinanti

Di tengah kelebihannya, Bayu menyebutkan beberapa poin yang perlu diperbaiki. Yaitu peningkatan penggunaan UI dan UX mobile banking yang readability, agar mudah digunakan oleh masyarakat awam.

Bayu juga menganjurkan para nasabah muslim menggunakan fitur pay later syariah yang telah dikeluarkan oleh lembaga keuangan, salah satunya fintech. Menurut Bayu, inklusivitas akan dapat tercapai apabila lembaga keuangan seperti perbankan juga bisa meluncurkan fitur serupa berbasis syariah.

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI