OpenAI Diduga Melanggar Privasi Data Pengguna di Austria

OpenAI dikomplain di Austria, alasan ketidakakuratan data (Sumber: NYOB)

Reuters melaporkan bahwa OpenAI dikeluhkan oleh kelompok advokasi NOYB (None of Your Business) di Austria. ChatGPT, diduga tidak memperbaiki informasi salah yang diberikan oleh chatbot bertenaga kecerdasan buatan (AI) tersebut. Menurut NOYB, itu sebuah pelanggaran aturan privasi Uni Eropa (UE).

ChatGPT, yang memulai booming AI pada akhir 2022, dapat meniru percakapan manusia dan melakukan tugas-tugas seperti membuat ringkasan teks panjang, menulis puisi, dan bahkan menghasilkan ide untuk pesta bertema.

"NOYB mengatakan pelapor dalam kasusnya, yang juga merupakan tokoh masyarakat, menanyakan ChatGPT tentang hari ulang tahunnya dan berulang kali diberikan informasi yang salah; alih-alih chatbot memberi tahu pengguna bahwa mereka tidak memiliki data yang diperlukan," ungkap laporan itu, seperti diakses Selasa (30/4/2024).

Kelompok tersebut mengatakan, OpenAI menolak permintaan pelapor untuk memperbaiki atau menghapus data. Keterangan OpenAI, menurut NYOB, data tersebut tidak mungkin diperbaiki dan juga gagal mengungkapkan informasi apa pun tentang data yang diproses, sumber atau penerimanya.

NOYB menyebut mereka telah mengajukan keluhan kepada otoritas perlindungan data Austria, yang memintanya untuk menyelidiki pemrosesan data OpenAI dan langkah-langkah yang diambil, untuk memastikan keakuratan data pribadi yang diproses oleh model bahasa besar ChatGPT.

Baca Juga: Cara Manajemen Aplikasi agar Terhindar dari Serangan Siber

Dalam sebuah pernyataan, pengacara perlindungan data NOYB, Maartje de Graaf, menyatakan bahwa telah jelas saat ini OpenAI tidak dapat membuat chatbot seperti ChatGPT mematuhi hukum UE, ketika memproses data tentang individu.

"Jika suatu sistem tidak dapat memberikan hasil yang akurat dan transparan, maka sistem tersebut tidak dapat digunakan untuk menghasilkan data tentang individu. Teknologinya harus mengikuti persyaratan hukum, bukan sebaliknya," ujarnya.

Di masa lalu, OpenAI telah mengakui kecenderungan alat ini untuk merespons dengan 'jawaban yang terdengar masuk akal namun salah atau tidak masuk akal', sebuah masalah yang dianggap sulit untuk diperbaiki.

Baca Juga: Starlink Lulus Uji Laik Operasi di Indonesia

Baca Juga: PUMA Mulai Menjual Sepatu Sneakers Daur Ulang RE:SUEDE 2.0

Penggugat, yang dalam kasus ini adalah seorang tokoh publik yang tidak disebutkan namanya, meminta chatbot OpenAI untuk informasi tentang dirinya sendiri dan secara konsisten diberikan informasi yang salah.

OpenAI diduga menolak permintaan tokoh publik tersebut untuk memperbaiki atau menghapus data, dengan alasan hal tersebut tidak mungkin dilakukan. Mereka juga menolak untuk mengungkap informasi tentang data pelatihannya dan sumbernya.

NOYB membawa keluhan mereka ke otoritas perlindungan data Austria, meminta agar mereka menyelidiki pemrosesan data OpenAI dan bagaimana mereka memastikan keakuratan data pribadi yang diproses oleh model bahasa besar mereka.

Baca Juga: Galaxy S24 Laris Manis, Samsung Cuan Triliunan Won

Sebagai informasi, NOYB juga dikenal sebagai European Center for Digital Rights, beroperasi dari Wina, Austria, dengan tujuan meluncurkan 'kasus pengadilan strategis dan inisiatif media' yang mendukung hukum Peraturan Perlindungan Data Umum Eropa.

Selain itu, ini bukan kali pertama chatbot dipermasalahkan di Eropa oleh aktivis atau peneliti.

Pengawas Polandia misalnya, mereka pernah menyelidiki ChatGPT, atas keluhan bahwa chatbot itu melanggar undang-undang perlindungan data Uni Eropa yang dikenal sebagai GDPR.

Lalu, sebuah studi dari dua organisasi nirlaba Eropa mengungkap chatbot AI Microsoft Bing, yang diubah namanya menjadi Copilot, memberikan informasi yang menyesatkan atau tidak akurat tentang pemilihan lokal di Jerman dan Swiss. Chatbot tersebut memberikan jawaban yang tidak akurat tentang informasi kandidat, jajak pendapat, skandal, dan pemungutan suara sambil salah mengutip sumbernya.

Kejadian lain, meskipun tidak secara khusus terjadi di UE, terjadi dengan chatbot AI Gemini milik Google, yang memberikan gambaran yang 'sadar' dan tidak akurat dalam pembuat gambarannya. Google meminta maaf atas insiden tersebut dan mengatakan akan memperbarui modelnya.

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI