92% Karyawan Kantoran di Indonesia Sudah Pakai AI

Hasil survei Work Trend Index 2024 juga menunjukkan tingginya penggunaan AI di tempat kerja saat ini (Sumber: Microsoft)

Microsoft Corp. dan LinkedIn merilis Work Trend Index (Indeks Tren Kerja) 2024, sebuah laporan bersama mengenai kondisi pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) di tempat kerja.

Penelitian tersebut berupa survei terhadap 31.000 orang di 31 negara, tren tenaga kerja dan perekrutan di LinkedIn. Selain itu, mengukur pula produktivitas dengan Microsoft 365, dan penelitian terhadap pelanggan Fortune 500.

Survei tersebut kemudian menunjukkan bahwa hanya dalam satu tahun, AI memengaruhi cara orang di seluruh dunia dalam bekerja, memimpin dan merekrut.

Penggunaan AI generatif di tempat kerja meningkat hampir dua kali lipat dalam enam bulan terakhir. LinkedIn juga melihat peningkatan signifikan dalam jumlah profesional yang menambahkan keterampilan AI ke profil mereka.

"Sebagian besar (69 persen) pemimpin mengatakan, mereka tidak akan mempekerjakan seseorang tanpa keterampilan AI," ungkap riset itu, seperti dikutip dari keterangan pers Microsoft, Rabu (12/6/2024).

Namun, karena banyak pemimpin yang khawatir perusahaan mereka tidak memiliki visi AI, dan para karyawan yang menggunakan alat AI mereka sendiri untuk bekerja, para pemimpin telah mencapai bagian tersulit dari setiap disrupsi teknologi: beralih dari eksperimen ke dampak bisnis yang nyata.

Hasil survei Work Trend Index 2024 juga menunjukkan munculnya fenomena AI Power Users di antara pengguna AI. Pengguna AI terdiri atas pengguna skeptis yang jarang menggunakan AI, pengguna pemula, serta pengguna ekstensif.

"Dibandingkan dengan mereka yang skeptis, pengguna AI yang mahir telah mengubah orientasi hari kerja mereka dengan cara yang mendasar, menata ulang proses bisnis, dan menghemat lebih dari 30 menit per hari," lanjut laporan itu.

Baca Juga: Hyundai INSTER, Mobil Listrik Hyundai yang Harganya Bakal Enteng di Kantong

Lebih dari 90% pengguna tingkat lanjut, mengatakan AI membuat beban kerja mereka yang berat menjadi lebih mudah dikelola, dan pekerjaan mereka lebih menyenangkan, namun mereka tidak melakukannya sendiri.

Para pengguna ini 61% lebih mungkin telah mendengar dari CEO mereka tentang pentingnya penggunaan AI generatif di tempat kerja, 53% lebih mungkin menerima dorongan dari pimpinan untuk mempertimbangkan bagaimana AI dapat mengubah fungsi mereka. Kemudian, sebanyak 35% lebih mungkin menerima AI yang disesuaikan pelatihan untuk peran atau fungsi spesifik mereka.

CEO LinkedIn, Ryan Roslansky, menyebut bahwa saat ini AI sedang mendefinisikan ulang pekerjaan.

"Dan jelas kita memerlukan pedoman baru," imbuhnya.

Baca Juga: Vivo X100 Series Bakal Meluncur di Indonesia

Baca Juga: Kemenkominfo Kerja Sama dengan Google Berantas Judi Online Pakai AI

Sementara itu, Presiden Direktur Microsoft Indonesia, Dharma Simorangkir, menyebut bahwa pengguna AI generatif dalam pekerjaan mereka itu berasal dari knowledge workers karyawan kantoran, sampai pekerja remote.

"Dan persentase pemimpin perusahaan di Indonesia yang merasa perlu mengadopsi AI lebih tinggi dibandingkan data Asia Pasifik dan global," kata Dharma, melansir dari Antara.

Laporan survei Work Trend Index 2024, juga memuat data perihal 92% pekerja kantoran yang disebut knowledge workers di Indonesia sudah menggunakan AI generatif di tempat kerja. Angka itu lebih tinggi dibandingkan angka global (75%) dan Asia Pasifik (83%).

Sebanyak 92% pemimpin perusahaan di Indonesia juga percaya akan pentingnya adopsi AI, untuk menjaga keunggulan kompetitif perusahaan. Angka ini lebih tinggi dibandingkan angka global (79%) dan Asia Pasifik (84%).

Baca Juga: AirPods Dapat Pembaruan Software, Cek Selengkapnya

Survei Work Trend Index 2024 juga mendapati bahwa, sebanyak 76% pemimpin perusahaan cenderung akan merekrut kandidat dengan pengalaman kerja lebih sedikit tetapi andal menggunakan AI, ketimbang kandidat berpengalaman tanpa kemampuan AI.

Dharma menambahkan, saat ini dunia sedang berada di era transformasi AI, yang memungkinkan orang berkreasi dan berinovasi jauh lebih cepat.

Kecepatan dalam beradaptasi pada era ini, menunjukkan bahwa Indonesia berada di jalur yang tepat untuk merealisasikan peluang ekonomi digital dan menciptakan dampak positif yang lebih besar bagi masyarakat.

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI