Membeli smartphone di masa sekarang terasa kompleks bagi sejumlah orang. Urusan 'kelas' bukan hanya jadi statement sebuah merek, melainkan masing-masing produk. Setiap merek pada akhirnya menawarkan ponsel kelas premium alias flagship, menengah, sampai entry-level.
Dengan berbagai kecanggihan yang ditawarkan, generasi muda saat ini menjadi pengguna terbesar smartphone premium.
Berdasarkan sebuah survei di Indonesia pada Maret 2024, milenial adalah peminat tertinggi smartphone premium dengan jumlah 54%, disusul dengan Gen Z sebanyak 29%, Gen X 11% dan baby boomers sebanyak 5%.
Faktor lain yang jadi alasan konsumen membeli smartphone adalah keinginan mereka untuk terus up-to-date dengan tren yang sedang berkembang. Pendapat ini setidaknya berlaku bagi konsumen dari generasi milenial dan Gen Z.
"Riset Kantar Connected Luxury pada 2023, mengungkap bahwa kedua golongan usia ini memprioritaskan dua hal yaitu kecanggihan kamera dan fitur teknologi terbaru, diikuti dengan desain dan inovasi yang memadai," ungkap riset itu, dikutip Kamis (27/6/2024).
Antusiasme konsumen untuk memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) di keseharian, juga mulai berdampak kepada keputusannya memilih sebuah barang.
Google Search Trend mendapati bahwa, terjadi peningkatan sebanyak 20% untuk pencarian dengan kata kunci 'AI', sejak 2022 sampai 2024.
Baca Juga: ASUS Vivo Watch 6: Smartwatch dengan Sensor EKG dan PPG Berbasis Ujung Jari
Konsumen juga mulai terlihat memiliki ekspektasi tertinggi pada AI dalam fitur seperti photo editing, penerjemah, analisis bacaan, pembuatan dokumen, dan fitur produktivitas lainnya. Selain itu, kemampuan AI di fitur kamera, pembuatan draft email, otomasi chat respond, dan asisten virtual juga menjadi daya tarik.
Data berikutnya dari Google Search Trends mengungkap: 1 dari 2 orang Indonesia masih mengandalkan Google dan YouTube dalam pencarian smartphone.
Lebih dari 56% pengguna memakai kata kunci terkait 'foldable' atau 'ponsel lipat'.
"Indonesia sendiri merupakan satu dari tiga negara dengan penggunaan kata kunci tersebut setelah Malaysia dan Singapura," demikian penjelasan Google.
Baca Juga: OpenAI Dikabarkan Bakal Memblokir China untuk Mengakses Teknologi AI Perusahaan Itu
Efektivitas mesin pencari sebagai alat pemasaran juga semakin diperkuat oleh riset Kantar Connected Luxury 2023. Riset Kantar menunjukkan 92% konsumen menemukan brand smartphone melalui mesin pencari dan 85% melalui video online. Selain itu, sebanyak 72% responden mencari melalui website resmi brand, 66% menggunakan media sosial, 65% terpapar dengan iklan TV, media cetak dan toko offline, 64% dari iklan online dan 44% terpapar dari kolaborasi brand dengan influencer melalui rekomendasi mereka di YouTube maupun media sosial.
Senada dengan apa diungkap oleh Google Search Trend, didapati bahwa selain fitur kamera yang mumpuni dan desain smartphone foldable, kini kehadiran AI pada smartphone juga merupakan salah satu hal yang paling dicari konsumen. Ini membuktikan bahwa masyarakat semakin antusias terhadap teknologi dan perubahan yang dibawa oleh AI.
Kantar mengatakan, hasil riset mereka juga memperlihatkan bahwa 65% responden mereka menyatakan niat mereka untuk membelanjakan lebih banyak uang untuk kemewahan.
Head of Luxury Kantar Insights, Françoise Hernaez, menyebutkan sektor-sektor yang memikat konsumen membeli kemewahan, dari urutan teratas yakni: hotel mewah, diikuti oleh restoran gastronomi, spa, dan lembaga kecantikan mewah.
Baca Juga: Motorola Razr 2024 Kini dengan Gemini AI
Baca Juga: Motorola Razr 2024, Luar Dalam Perangkatnya Serba Baru
Terlepas dari asal usul, jenis kelamin, dan generasi mereka, tentu kita juga penasaran alasan apa saja yang membuat mereka tertarik membeli produk mewah. Berikut ini jawaban dari para responden:
"Saya suka belajar, menemukan, dan mengalami hal-hal baru" (29%)
"Saya mempunyai pengaruh dan suka dilihat dan diperhatikan" (18%)
"Saya punya ambisi, saya sukses dalam hidup dan saya tidak punya alasan untuk menyembunyikannya" (15%)
"Saya menyukai kebijaksanaan, kelangkaan orang-orang yang memiliki hak istimewa dan menghindari pamer" (14%)
"Saya menyukai pengetahuan, tradisi, dan keabadian, dan saya menolak hal baru demi hal baru" (12%)
"Saya orang yang berkomitmen, saya percaya untuk kembali ke dasar dan pilihan saya mencerminkan nilai-nilai saya" (12%)
Baca Juga: Laporan Omdia Sebut Ponsel Entry Level Mengalami Peningkatan Permintaan
Masing-masing wilayah keinginan ini, menurut Kantar, juga menyiratkan tantangan berbeda bagi merek-merek mewah. Studi ini menunjukkan bahwa setiap orang memiliki ekspektasi berbeda terhadap merek, selain berupaya mengekspresikan gaya dan kepribadian mereka, yang merupakan ekspektasi transversal.
Head of Brand Strategy Kantar Insights, Nelly Papapanayotou, berkata bahwa lewat apa yang diungkap dari riset tersebut, merek dapat memanfaatkan satu atau lebih motivasi mendalam ini.
"Bergantung pada ambisi, posisi, dan target mereka masing-masing," kata dia di akhir laporan.