Pemerintah Jepang akhirnya menyatakan selamat tinggal kepada floppy disk, atau disket.
Hingga bulan lalu, masyarakat setempat masih diminta untuk menyerahkan dokumen kepada pemerintah menggunakan perangkat penyimpanan disket, dengan sekitar 1.034 peraturan yang mengharuskan penggunaannya.
Namun aturan tersebut kini akhirnya dihapuskan, kecuali satu pembatasan lingkungan terkait daur ulang kendaraan. Hal itu dikemukakan oleh Menteri Digital Taro Kono.
"Kami telah memenangkan perang terhadap floppy disk pada tanggal 28 Juni!," ungkap Taro Kono, kepada Reuters, dikutip Jumat (5/7/2024).
Kono merupakan menteri di Jepang yang diketahui selalu vokal mengenai penghapusan mesin faks dan teknologi analog lainnya di pemerintahan.
Baca Juga: POCO Pad Dijual Seharga Rp3,9 Juta, Punya Kapasitas Baterai Jumbo
Agensi Kono memulai perjuangannya melawan teknologi komputer era 90-an pada 2022, tak lama setelah pengangkatannya di Agensi Digital. Sekitar 1.900 prosedur pemerintah Jepang menggunakan floppy disk dan teknologi usang lainnya seperti mesin faks, CD, dan MiniDisc.
Dia terkenal mendeklarasikan 'perang terhadap floppy disc' kepada 2,5 juta pengikutnya di X.
Baca Juga: Fairlady X, Mobil Hasil Modifikasi 'Tangan Dewa' Mahasiswa Di Jepang
Tak berselang lama dari pengumuman Kono, pengguna X membahasnya di plaform tersebut.
Dibuat pada sekitar tahun 1960-an, disket merupakan perangkat berbentuk persegi tidak lagi populer pada tahun 1990-an. Pasalnya, di tahun itu, telah ditemukan solusi penyimpanan yang lebih efisien, yakni compact disc (CD), disusul kemudian hadir flash disk/flash drive (diska lepas).
Floppy disk berukuran tiga setengah inci hanya dapat menampung data hingga 1,44 MB. Lebih dari 22.000 disk semacam itu diperlukan untuk mereplikasi memory stick yang menyimpan informasi sebesar 32GB.
Sony, produsen disk terakhir, mengakhiri produksinya pada 2011.
Baca Juga: POCO F6 Dijual di Indoensia: Cek Spesifikasi dan Harganya
BBC mengulas, Jepang pernah dianggap sebagai negara besar di bidang teknologi, tetapi dalam beberapa tahun terakhir masih tertinggal dalam gelombang transformasi digital global karena penolakan mereka terhadap perubahan.
Misalnya saja, tempat kerja masih lebih memilih mesin faks dibandingkan email, rencana sebelumnya untuk menghapus mesin ini dari kantor-kantor pemerintah dibatalkan karena adanya penolakan.
Sebagai bagian dari kampanye digitalisasi birokrasinya yang terlambat, Jepang meluncurkan Badan Digital pada September 2021, yang dipimpin oleh Kono.
Perjalanannya, banyak bisnis di Jepang masih memerlukan dokumen resmi untuk disahkan menggunakan stempel pribadi berukir yang disebut hanko, meskipun pemerintah telah berupaya untuk menghapusnya secara bertahap.
Orang-orang menjauh dari prangko tersebut dengan sangat cepat, kata surat kabar lokal The Japan Times.
Dan baru pada 2019, penyedia pager terakhir di negara tersebut menutup layanannya, dan pelanggan swasta terakhir menjelaskan bahwa itu adalah metode komunikasi pilihan bagi ibunya yang sudah lanjut usia.
Baca Juga: Aloshop Ekspansi Bisnis ke Thailand
Baca Juga: DoctorTool Dukung Transformasi Digital di Pelayanan Kesehatan
Jepang bukanlah satu-satunya badan pemerintah yang memiliki hubungan baru dengan teknologi ini.
Katakanlah kereta ringan Muni Metro di San Francisco. Mereka menggunakan sistem kendali kereta api dengan perangkat lunak yang menggunakan floppy disk, dan berencana untuk terus melakukannya hingga 2030.
Angkatan Udara Amerika Serikat juga menggunakan disket berukuran 8 inci hingga 2019, untuk mengoperasikan Sistem Komando dan Kontrol Otomatis Strategis (SACCS); sistem komputer tahun 1970-an yang menerima kode peluncuran nuklir dan mengirimkan pesan darurat ke pusat militer dan sumber lapangan.
"Departemen Pertahanan akhirnya menghapuskan sistem ini secara bertahap pada 2019," rangkum Engadget.
Di luar sektor publik, floppy disk tetap umum digunakan di berbagai industri, termasuk bordir, maskapai penerbangan kargo, dan mesin CNC.