Arcteryx Perkenalkan Celana Gamma Berteknologi MO/GO, Ini Fungsinya untuk Pendaki

Celana Arcteryx MO/GO baru disebut mampu meningkatkan kekuatan kaki untuk naik gunung. (Sumber: Arcteryx)

Techverse.asia - Spesialis pakaian luar ruangan, Arcteryx telah bermitra dengan Skip, perusahaan spin-off Google X Labs, untuk mengumumkan "celana bertenaga" yang menggunakan rangka luar yang lembut. Mereka menghadirkan teknologi tersebut untuk aktivitas di kala senggang.

Teknologi yang disebut dengan MO/GO adalah kependekan dari Mountain Goat alias kambing gunung. Ini merupakan sistem hibrida lembut/kaku yang dirancang untuk membantu mobilitas pemakainya dan meningkatkan daya tahan pemakainya saat berjalan.

Baca Juga: Laptop Gaming Pertama Infinix GTBook Diniagakan di Indonesia, Cek Speknya

Celana tersebut beratnya sekitar 3,1 kilogram dengan modul penguat daya dan baterai isi ulang tiga jam yang terpasang. Modul ini dipasang pada pendaki menggunakan sepasang penyangga serat karbon untuk setiap kaki yang tersembunyi di bawah sepasang celana hiking Arcteryx Gamma agar peralatan tersebut mudah dipakai dan dilepas.

Daripada mendaki gunung secara konvensional, celana outdoor MO/GO memberikan bantuan energi sebesar 40 persen ke paha depan dan paha belakang, sekaligus meringankan beban dari lutut.

Dipasarkan sebagai perangkat mobilitas yang dapat membantu pendaki memperluas jangkauan mereka, bukan perangkat medis yang dapat membantu mereka yang memiliki masalah mobilitas, Skip mengklaim bahwa celana MO/GO dapat membuat pemakainya merasa hingga 13 kilogram lebih ringan.

Celana gunung Arcteryx bertenaga MO/GO

Jumlah bantuan yang diberikan pun bervariasi secara real-time dengan memantau gaya berjalan dan gerakan kaki pemakainya guna menentukan kapan mereka berjalan atau mendaki. Setiap saat, si pemakai dapat memilih untuk menambah atau mengurangi jumlah bantuan yang diberikan kepada mereka dengan menekan tombol sederhana.

Baca Juga: Koleksi H&M Move: Diklaim Tak Kalah dengan Merek Outdoor Populer dan Gunakan Bahan Daur Ulang

Dengan baterai yang terintegrasi ke pinggang celana dan modul bertenaga yang tergantung di setiap kaki, sistem celana MO/GO tidak sepenuhnya tersembunyi. Namun demikian, rangka luarnya tidak dirancang untuk membantu siapa pun mengakali jalur pendakian yang berat.

Tujuan dibuatnya alat ini adalah untuk membantu pendakian - dan jalur pendakian yang menantang - agar lebih mudah diakses oleh mereka yang mungkin daya tahan tubuhnya tak terlalu kuat.

Perlengkapan pendakian kelas atas jarang yang harganya murah, tetapi celana MO/GO akan dibanderol bagi mereka yang benar-benar mengabdikan diri pada hobi ini. Harga ecerannya diperkirakan sebesar US$5 ribu atau setara dengan Rp81 jutaan.

Arcteryx MO/GO

Namun, saat ini ada diskon early bird bagi konsumen yang memesan di muka dengan deposit US$99 atau setara hampir Rp1,6 jutaan, sehingga harganya turun menjadi US$4.500 atau sekitar Rp73,5 juta dengan perkiraan tanggal pengirimannya akhir tahun depan.

Baca Juga: Siapakah Sherpa? yang Menyelamatkan Seorang Pendaki Malaysia dari Death Zone Gunung Everest

Menurut Fast Company, yang menghabiskan waktu untuk menguji celana MO/GO tersebut, memang perlu waktu untuk terbiasa berjalan dengan sepasang otot mekanis tambahan. Bagi konsumen yang juga ingin mengujinya terlebih dahulu, Skip dan Arcteryx menawarkan penyewaan eksoskeleton selama delapan jam di jalur tertentu di Amerika Serikat (AS) bagian barat dan Kanada seharga US$80.

Disadur dari Techcrunch yang pertama kali menulis tentang teknologi tersebut pada 2021, saat itu masih merupakan proyek yang dikembangkan secara internal di pabrik X Labs milik Alphabet. Namun, antara akhir 2023 dan awal 2024, Alphabet dilaporkan mulai memangkas sumber daya di X sebagai bagian dari PHK di seluruh perusahaan.

Arcteryx MO/GO

Induk perusahaan Google tersebut memasukkan X Labs ke dalam unit yang disebut 'Other Bets', yang merugi US$1,19 miliar pada kuartal ketiga tahun lalu. "Menjelang akhir tahun lalu, semakin jelas bahwa proyek ini tidak akan masuk akal sebagai bagian dari Alphabet," kata pendiri sekaligus CEO Kathryn Zealand saat itu.

Menurutnya, saat itu juga dunia sedang mengalami banyak pemotongan biaya, dan diyakini bakal menyulitkan. Oleh karenanya, mereka harus mulai menggalang dana. Alphabet tidak mau menjual kekayaan intelektual dasar Skip kepada Zealand sebagai individu, jadi dia bekerja sama dengan modal ventura guna membentuk spin-off.

Baca Juga: Apa Yang Harus Dilakukan Kalau Terjebak Badai Dan Petir Di Atas Gunung?

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI