GoPro memberhentikan 15% pekerjanya.
"Perusahaan mengatakan dalam pengajuan SEC bahwa, mereka melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) sebagai bagian dari rencananya untuk mengurangi biaya operasional," demikian laporan The Verge, dikutip Selasa (20/8/2024).
Sementara itu diakses dari Reuters, diketahui bahwa perusahaan memperkirakan akan mengeluarkan biaya di kisaran $5 juta hingga $7 juta untuk rencana restrukturisasi tersebut, dengan biaya tunai sebesar $1 juta yang akan diakui pada kuartal ketiga dan sekitar $4 juta hingga $6 juta pada kuartal keempat 2024.
PHK bagi sekitar 139 pekerjaan ini diperkirakan akan dimulai pada kuartal ketiga dan akan selesai pada akhir 2024.
Baca Juga: Update Bocoran iPhone 16 dan 16 Pro Max: Punya Warna-warna Baru
Saham GoPro, yang memiliki tenaga kerja sebanyak 925 karyawan penuh waktu pada akhir kuartal kedua pada 30 Juni 2024, mengalami peningkatan 1,5% setelah pengumuman PHK. Ini menandai putaran kedua pemutusan hubungan kerja GoPro pada 2024.
Sebelumnya pada Maret, perusahaan telah mengurangi tenaga kerjanya sebesar 4% dan juga mengurangi ruang kantor globalnya.
Kinerja keuangan GoPro untuk kuartal kedua menunjukkan penurunan pendapatan menjadi $ 186 juta, mewakili penurunan 22,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
"Perusahaan juga melaporkan biaya operasional sebesar $103 juta, naik 5 persen dari tahun sebelumnya," dirangkum dari ABP Live.
Sementara itu, pada Mei 2024, Komisi Perdagangan Internasional Amerika Serikat mengumumkan perihal dimulainya penyelidikan mereka kepada GoPro, terkait tuduhan bahwa paten yang terkait dengan kamera, sistem, dan aksesori telah dilanggar oleh Arashi Vision, sebuah perusahaan China.
Penyelidikan ini berfokus pada klaim GoPro bahwa, Arashi Vision mengimpor produk seperti teknologi yang dipatenkan GoPro ke Amerika Serikat.
Baca Juga: Tingkatkan Adopsi AI di Indonesia, Telkom Group Tawarkan GPU-as-a-Service
Pemutusan hubungan kerja di kalangan perusahaan teknologi bukan hal baru. Kita sudah melihat Google yang sudah merumahkan karyawannya pada April 2024 dalam jumlah yang tidak diketahui.
Kemudian, pengurangan karyawan di divisi cloud Azure di Microsoft, yang diikuti juga PHK 1.900 karyawan di divisi gim, tiga bulan usai perusahaan menyelesaikan akuisisi perusahaan pembuat dan pengembang gim Activision Blizzard senilai US$68,7 miliar (sekitar Rp1 kuadriliun).
Beberapa karyawan Xbox dan ZeniMax juga akan terkena dampak pemotongan tersebut.
Berikutnya, ada Intel yang melakukan restrukturisasi lewat pengurangan 15% karyawan, yang berarti berdampak pada sekitar 15.000 orang.
Masih dari lini teknologi, Cisco juga telah mengurangi 7% tenaga kerja mereka pada tahun ini, yang membuat sekitar 5.900 karyawan harus terpaksa kehilangan pekerjaannya.
Apple juga dikabarkan melakukan PHK terhadap sedikitnya 614 orang pekerja mereka di California, Amerika Serikat (AS).
Perusahaan teknologi raksasa ini telah mengumumkan pemecatan tersebut kepada karyawan yang terkena PHK, sejak 28 Maret 2024. Otoritas regional setempat melaporkan, pemecatan tersebut berlaku mulai 27 Mei 2024.
Melansir The Guardian, ratusan pekerja ini diberhentikan dari delapan (8) kantor di Santa Clara, menurut pengajuan berdasarkan Undang-Undang Pemberitahuan Penyesuaian dan Pelatihan Ulang Pekerja di negara bagian tersebut, yang juga dikenal sebagai Warn.
Selain nama-nama tadi, jangan lupa dengan nasib karyawan lain yang melepas status pegawainya dari Meta, Amazon, dan TikTok awal tahun ini.
Baca Juga: Grab Lakukan Rebranding untuk Dine In Deals Kini Menjadi Dine Out Deals
Laporan TechCrunch mengungkap, sepanjang 2024, setidaknya hingga saat ini ada sekitar 60.000 orang dari 254 perusahaan mengalami kehilangan pekerjaan.
Gelombang PHK teknologi yang sedang berlangsung ini, yang awalnya muncul menjelang akhir 2022, terus berdampak pada pekerja dan tetap menjadi perhatian penting bagi seluruh dunia.
Faktanya, PHK bukan hanya terjadi di perusahaan teknologi yang terkenal dengan namanya yang begitu besar sejak lama, melainkan juga perusahaan rintisan.