Jurnalis di Asia Tenggara Khawatir AI Dapat Mempengaruhi Kualitas Berita

Ilustrasi jurnalisme dengan teknologi kecerdasan buatan (AI). (Sumber: istimewa)

Techverse.asia - Semakin berkembangnya teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) di sektor jurnalisme, utamanya di kawasan Asia Tenggara, studi terbaru dari Vero mengungkapkan bahwa para jurnalis saat ini semakin sadar akan peran penting AI dalam pekerjaan mereka dan merasa perlu untuk mendalami pemahaman mereka mengenai teknologi ini.

Baca Juga: SearchGPT: Mesin Pencari Bertenaga Kecerdasan Buatan dari OpenAI

Studi yang bertajuk 'AI and Journalism in Southeast Asia: A Survey of Opportunities and Challenges' ini mengungkap bagaimana kecerdasan buatan berpengaruh serta mengubah praktik jurnalisme di Asia Tenggara.

Menurut pandangan dari 75 jurnalis yang tersebar di Indonesia, Vietnam, Filipina, hingga Thailand, studi itu memberikan gambar mendalam soal dampak kecerdasan buatan terhadap praktik jurnalisme.

Kecerdasan buatan menghadirkan standar anyar dalam memproduksi suatu berita, menyampaikan berita, mengumpulkan berita, dan mengakses informasi.

Baca Juga: Vivo Y200 Pro 5G: Smartphone dengan Layar Lengkung 3D Paling Tipis

Pengaruh tersebut kepada jurnalisme tak sebatas pada otomatisasi saja: teknologi AI juga berperan penting dalam meningkatkan akurasi, kecepatan, dan membuat laporan yang lebih komprehensif.

"Sebagai pelopor dalam komunikasi dan teknologi, kami berkomitmen guna memimpin perubahan itu serta membantu klien dan mitra kami, tak cuma untuk beradaptasi dengan kemajuan teknologi, namun juga mencapai era kesuksesan di era yang semakin didorong oleh kecerdasan buatan," ujar Chief Operation Officer (COO) Vero Raphael Lachkar, Senin (26/8/2024).

Adapun temuan penting hasil survei menunjukkan bahwa Thailand dan Indonesia, 95 persen jurnalisnya punya pemahaman yang mendalam tentang kecerdasan buatan. Di Negeri Gajah Putih, juga menunjukkan tingkat adaptasi AI sebesar 95 persen, menandakan integrasi yang efektif dalam pekerjaan mereka.

Di Filipina, 90 persen jurnalis sudah tahu soal AI, tapi cuma 52 persen yang telah mengintegrasikannya ke dalam pekerjaan mereka. Sementara itu, di Vietnam walaupun 78 persen jurnalis juga sudah mengetahui AI, 100 persen menunjukkan sikap yang positif mengenai adaptasi dampaknya dalam pekerjaan mereka.

Baca Juga: Review Film Pengabdi Setan 2: Communion, Sosok Wartawan untuk Sampaikan Satire

Para jurnalis tersebut menyampaikan kekhawatirannya mengenai kecerdasan buatan, termasuk isu tata kelola, dampaknya terhadap tenaga kerja, dan masalah keamana siber - khususnya di Thailand, sebab terdapat kekhawatiran tentang ketergantungan berlebihan pada teknologi ini yang bisa mempengaruhi kualitas serta kepercayaan terhadap jurnalisme.

"Di Vietnam, antusiasme tentang AI disertai dengan perhatian yang mendalam terhadap privasi data dan tindakan keamanan yang ketat," katanya.

Untuk itu, kebutuhan akan pendidikan maupun pelatihan khusus perihal kecerdasan buatan kian jelas. Para jurnalis di seluruh kawasan ini sangat ingin paham potensi dari AI secara komprehensif guna membantu mereka supaya tetap kompetitif dalam lanskap media digital yang terus berkembang.

Baca Juga: Lihat Foto, Arsip dan Peralatan Liputan Jurnalis KR, di 'Pameran Arsip Moeseoem Pers Jogjakarta'

Vero pun memberikan empat langkah yang dapat mendukung integrasi AI yang positif. Pertama, edukasi untuk mengembangkan dan menyediakan program pelatihan khusus untuk memfasilitasi integrasi kecerdasan buatan yang lancar dalam profesi jurnalistik.

Kedua, mengatasi kekhawatiran jurnalis yang sudah berpengalaman tentang efek AI terhadap keamanan kerja, hak cipta, dan integritas jurnalisme. Ketiga, komunikasikan secara jelas tentang fungsi serta batasan AI guna membangun kepercayaan dan mengelola ekspektasi.

"Yang terakhir adalah mempertahankan sistem dukungan yang kuat guna mengatasi tantangan apapun yang dihadirkan oleh kecerdasan buatan, pastikan akuntabilitas dan penggunaan yang etis," ujar dia.

Baca Juga: Peretas Korea Utara Menyamar Jadi Jurnalis, Kumpulkan Informasi dari Akademisi dan Think Tank

Vero melihat white paper tersebut sebagai dorongan guna penelitian yang berkelanjutan dan keterlibatan lebih lanjut tentang peran AI dalam meningkatkan praktik jurnalisme. "Kami berharap agar studi tersebut bisa memastikan bahwa teknologi kecerdasan buatan tak cuma bisa mendukung kepentingan publik saja, tapi juga mematuhi prinsip-prinsip dan kode etik jurnalistik," tambahnya.

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI