Inflasi Inti Mereda, Pasar Kripto dan Saham AS Kompak Menghijau

Ilustrasi Saham AS.

Techverse.asia - Pasar kripto dan Saham AS serempak menghijau pasca-meredanya data inflasi CPI Amerika Serikat (AS) yang dirilis pada Kamis (16/1/2025) malam waktu Indonesia. Pasalnya, laju kenaikan inflasi yang turun tersebut memberikan harapan terhadap potensi dapat tercapainya target inflasi The Fed di 2%.

Harga Bitcoin terapresiasi ke level US$99 ribu hingga kemudian menembus level US$100 ribu, diikuti oleh Ethereum, XRP, SOL, XLM, dan mayoritas aset crypto di pasar. Sementara di pasar saham AS, Nasdaq Composite memimpin dengan kenaikan 2,17% diikuti S&P 500 1,62% dan Dow Jones Industrial Average dengan 1,5%.

Beberapa saham di sektor teknologi dan perbankan membukukan kenaikan harga yang signifikan seperti Tesla yang mengalami kenaikan 5,76%, Meta Platforms 4,76%, Citigroup 6,1%, Wells Fargo 6,1%, dan Goldman Sachs 4,8%. Treasury bertenor 10 tahun merosot ke kisaran 4,65%.

Baca Juga: Realme Resmi Menjadi Sponsor untuk Tim E-sports RRQ Selama 3 Tahun

Data inflasi AS bulan Desember 2024 menunjukkan kondisi inflasi inti (tanpa komponen volatil seperti harga energi dan pangan) yang mengalami penurunan laju kenaikan sebesar 0,1% dari bulan-bulan sebelumnya.

Inflasi inti AS Desember hanya mengalami kenaikan 0,2%, lebih lambat dari kenaikan 0,3% selama empat bulan sebelumnya, meskipun secara keseluruhan inflasi di bulan Desember tercatat mengalami kenaikan bulanan sebesar 0,4% yang merupakan angka tertinggi sejak Maret 2024 dikarenakan peningkatan harga energi yang menyumbang lebih dari 40% dari kenaikan inflasi CPI di bulan tersebut.

Secara tahunan, CPI meningkat 2,9%, naik dari 2,7% di November yang juga merupakan laju tercepat sejak Juli.

Merespons kondisi tersebut, Analyst Reku Fahmi Almuttaqin mengatakan, menghijaunya pasar kripto dan Saham AS mengindikasikan meningkatnya keyakinan para investor terhadap potensi situasi suku bunga yang akan lebih rendah dari level saat ini dalam beberapa waktu ke depan.

Baca Juga: Reebok Tunjuk Winky Wiryawan Sebagai Muse Reebok Indonesia

“Laju inflasi yang tinggi, terutama di sektor energi, dapat menjadi faktor pendukung proyeksi The Fed untuk melakukan pemangkasan suku bunga lebih sedikit pada tahun ini,” kata Fahmi, Jumat (17/1/2025).

Dia menyampaikan, bank sentral AS tersebut telah memangkas suku bunga acuan sebesar total 100 basis poin sejak memulai siklus pelonggaran pada September tahun lalu. Penurunan laju kenaikan inflasi inti mungkin dapat membuka kemungkinan akan kembali diturunkannya suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan FOMC akhir bulan ini.

“Namun, jika hal itu terjadi, outlook kebijakan suku bunga hingga mungkin beberapa bulan setelahnya akan relatif lebih tidak pasti,” ujarnya.

Baca Juga: Tren Bullish Bitcoin dan Saham AS Makin Solid Pasca Pilpres AS, Reli Berlanjut?

Potensi Rally Jelang Inagurasi Donald Trump

Presiden AS terpilih Donald Trump, yang akan dilantik 20 Januari mendatang, telah menjanjikan pemotongan pajak yang berpotensi memacu pertumbuhan. Namun, kebijakan proteksionis dan pembatasan imigrasi berpotensi menaikkan biaya produksi serta mengganggu supply chain, yang mana berpotensi menambah tekanan inflasi.

Penurunan suku bunga di bulan ini, apabila terjadi, dapat memperparah kondisi tersebut dan membuat kondisi serta arah kebijakan ekonomi ke depan menjadi semakin sulit diprediksi. Dengan demikian, meskipun perkembangan yang ada membuka kemungkinan penurunan suku bunga pada akhir bulan ini, para pejabat The Fed mungkin akan berpikir dua kali untuk melakukannya.

Melihat reaksi pasar dari perkembangan yang ada, terdapat potensi reli akan berlanjut hingga penentuan kebijakan suku bunga The Fed akhir bulan ini. “Momentum pelantikan Trump dan gebrakan-gebrakan awalnya khususnya bagi industri dan pasar kripto dapat turut memperkuat momentum yang ada,” imbuhnya.

Meskipun secara umum tren bullish di pasar kripto dan saham AS masih relatif solid, tidak diturunkannya suku bunga pada pertemuan FOMC mendatang berpotensi memberikan tekanan bagi pasar, terlebih apabila The Fed kembali memaparkan proyeksi kebijakan ke depan yang akan lebih ketat seperti yang terjadi pada pertemuan sebelumnya.

Baca Juga: Investor Kripto Naik Hampir 100% Dibandingkan Bull-Run Sebelumnya

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI