Indonesia Adopsi GenAI dengan Cepat, tapi Keterwakilan Perempuan Masih Minim

(ilustrasi) kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) (Sumber: Freepik)

Techverse.asia - Coursera telah merilis buku panduan berjudul Menutup Kesenjangan Gender dalam Keterampilan GenAI. Panduan ini bertujuan untuk mengatasi kesenjangan gender dalam penguasaan Generative AI (GenAI) dengan menawarkan strategi konkret untuk memberdayakan lebih banyak perempuan dalam memanfaatkan GenAI.

Indonesia mengalami pertumbuhan pesat dalam adopsi GenAI, namun partisipasi perempuan di bidang  ini masih sangat rendah. Data dari Coursera mengungkapkan bahwa meskipun perempuan menyumbang 49% dari total  pembelajar di Indonesia, mereka hanya mencatat 30% dari pendaftaran GenAI – angka yang sejalan dengan tren global, di mana perempuan mewakili 32% dari total pendaftaran GenAI.

Saat ini, Indonesia berada di peringkat ke-23 dunia dalam hal pendaftaran GenAI di kalangan pembelajar perempuan. Fakta ini menekankan perlunya intervensi yang lebih tepat sasaran untuk memastikan akses yang setara serta membuka lebih banyak kesempatan bagi perempuan untuk memimpin di era kecerdasan buatan.

"Indonesia menunjukkan antusiasme luar biasa dalam memahami dan memanfaatkan teknologi GenAI. Namun, untuk memperkuat daya saing global dan pengembangan tenaga kerja, penting untuk memastikan bahwa peluang ini dapat diakses secara merata," kata Karine Allouche selaku Global Head of Enterprise Coursera.

Baca Juga: ASUS Rilis 3 Monitor Ionizer VU Air, Tingkatkan Kualitas Udara dalam Ruangan

Terlepas dari kesenjangan terssebut, meningkatnya minat perempuan Indonesia terhadap keterampilan AI cukup menjanjikan. Pada tahun 2024, pendaftaran perempuan dalam kursus GenAI melonjak sebesar 536%, melampaui tingkat pertumbuhan 383% di kalangan laki-laki.

Mendorong partisipasi perempuan dalam AI tidak hanya akan mendorong inklusivitas, tetapi juga memastikan bahwa perspektif yang beragam turut berkontribusi dalam pengembangan dan penerapan teknologi transformatif ini.

Berikut beberapa hambatan utama yang membatasi partisipasi perempuan dalam GenAI serta menawarkan strategi untuk mengatasi kesenjangan tersebut.

Kurangnya kepercayaan diri berpengaruh pada rendahnya ketekunan. Perempuan sering kali ragu untuk mengikuti kursus GenAI, meskipun mereka memiliki keterampilan yang memadai. Tren ini tercermin di Indonesia, di mana kursus GenAI yang paling populer di kalangan perempuan adalah kursus pengantar.

Baca Juga: AI Ready ASEAN Sukses Digelar, Lebih Terhubung dengan Kecerdasan Buatan

Banyak perempuan menyebutkan "kurangnya waktu" sebagai alasan utama mereka untuk menghentikan kursus STEM, yang mencerminkan realitas dalam menyeimbangkan tanggung jawab pengasuhan anak dan pekerjaan.

Laporan BCG menunjukkan bahwa hanya 51% perempuan di Indonesia yang terpapar teknologi sebelum masuk universitas, menggarisbawahi perlunya akses awal ke pendidikan STEM dan jalur karier yang lebih jelas untuk menjembatani kesenjangan gender dalam adopsi AI.

Banyak pula perempuan yang ragu untuk meningkatkan keterampilan dalam GenAI karena ketidakpastian tentang penerapan  di dunia nyata. Mereka akan lebih terlibat ketika GenAI dikaitkan dengan bidang-bidang praktis seperti perawatan kesehatan, pendidikan, dan industri kreatif.

"Studi kasus dunia nyata, kursus AI interdisipliner, dan program pembelajaran terapan dapat membuat AI lebih mudah diakses dan selaras dengan karier," ujarnya.

Baca Juga: ByteDance Akan Gunakan AI Generatif Besutan Huawei

Terakhir, kurangnya representasi dalam kepemimpinan dan pendidikan AI membuat perempuan lebih sulit membayangkan diri mereka berkarier di bidang tersebut. Penelitian Oxford Academy menunjukkan bahwa kehadiran lebih banyak guru STEM perempuan di sekolah menengah meningkatkan peluang perempuan lulus dengan gelar STEM.

Data Coursera menunjukkan bahwa kursus STEM dengan setidaknya satu instruktur perempuan dapat menarik 7% lebih banyak pendaftaran perempuan. Namun, tantangan terbesar adalah mempertahankan mereka di sektor teknologi - 56% perempuan di sektor teknologi Indonesia tertarik untuk beralih ke peran non-teknis.

Meski demikian, ada peningkatan partisipasi perempuan di bidang STEM di Indonesia dari 27% pada 2019 menjadi 33% pada 2024 di Coursera didorong oleh berbagai faktor, hal ini menandakan kemajuan yang menjanjikan dalam mempersempit kesenjangan gender.

"Meningkatkan jumlah pendidik perempuan, mentor AI, dan panutan industri akan menjadi kunci untuk mempertahankan keterlibatan jangka panjang dalam karier GenAI," katanya.

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI