Menjalankan ibadah puasa, perlu diikuti dengan niat mengendalikan diri dari perbuatan yang buruk. Demikian juga mengendalikan diri dari nafsu makan yang sifatnya buruk untuk kesehatan, baik itu di kala sahur maupun berbuka.
Pasalnya, apapun jenis makanan yang masuk ke dalam pencernaan, akan berdampak buruk untuk kesehatan tubuh bila dikonsumsi dalam jumlah berlebihan.
Dalam tips sehat kali ini kami akan mengutip penjelasan dari Dosen Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada, Tony Arjuna.
Siapa yang tidak suka gorengan? Gorengan kerap menjadi teman untuk dicemil saat bersantai. Dan di tengah bulan Ramadan seperti saat ini, gerobak dan kios gorengan sering ramai diserbu pembeli menjelang waktu berbuka puasa.
Menurut Tony, gorengan yang dijual di pinggiran jalan tidak sehat untuk dikonsumsi, lebih dikarenakan faktor penggunaan minyak goreng. Karena tidak mungkin penjual gorengan hanya menggunakan minyak yang sama untuk satu atau dua kali penggorengan, alias minyak goreng digunakan berulang kali.
"Minyak tersebut kemudian menjadi kolesterol di dalam tubuh, jadi tidak ideal dimakan," ujarnya, dikutip pada Kamis (23/3/2023).
Selain itu, pada gorengan terdapat jenis karbohidrat sederhana yang cepat dibakar oleh tubuh kita. Karbohidrat itu juga cepat dicerna dan cepat pula menurunkan gula darah.
"Lapar juga jadi cepat," tuturnya.
Selain makan gorengan, berbuka puasa dengan menu manis, seperti makanan manis dan minuman manis juga tidak ideal dikonsumsi berlebihan saat berbuka puasa. Makanan dan minuman manis meningkatkan gula darah secara cepat dan menurunkan gula darah dengan cepat pula.
Meskipun benar bahwa, ada anjuran agama untuk berbuka puasa dengan menu manis, namun kudapan yang direkomendasikan ketika buka puasa adalah makanan yang mengandung karbohidrat kompleks.
Tidak kemudian kita makan karena semata-mata ada karbohidrat yang terkandung di dalamnya. Tetapi jumlah totalnya juga perlu diperhatikan.
"Buah-buahan ideal untuk buka puasa. Kalau mau makan besar, ya dominan lebih banyak proteinnya itu yang lebih baik dikonsumsi. Pengolahannya di dalam tubuh lebih pelan, gula darah juga naiknya perlahan," sebutnya.
Makanan manis yang direkomendasikan oleh Rasulullah juga ada aturan, tegas Tony.
"Walau disunnahkan kita [berbuka puasa] makan kurma, tapi kalau makannya segepok ya juga tidak sehat. Kalau sesuai anjuran ya 2-3 biji, that's fine," ungkapnya.
Aturan dalam makan juga berlaku bagi penderita maag, nyeri lambung atau penyakit lambung lainnya yang dipicu tidak makan dalam jangka waktu yang lama.
Ketika itu terjadi, lambung akan mencerna atau 'membakar' lambungnya sendiri, asam lambung yang keluar dalam proses inilah yang kemudian menyebabkan lambung terasa nyeri.
Maka demikian, menurut Tony, penderita penyakit lambung disarankan memilih asupan makanan yang mengandung protein tinggi baik berasal dari nabati maupun hewani, seperti daging, ikan, ayam.
Untuk sumber karbohidrat, dianjurkan untuk memilih dari karbohidrat kompleks seperti nasi merah, ubi, sereal, roti gandum utuh dibanding karbohidrat sederhana seperti nasi putih dan mi.
"Buah dan sayur-mayur juga," imbuhnya.
Jenis-jenis makanan demikian cukup lama diproses oleh tubuh dalam sistem pencernaan, sehingga cukup awet berada di dalam lambung.
Mengonsumsi makanan yang cukup lama dicerna, juga baik diterapkan orang sehat tanpa penyakit lambung. Tujuannya membantu agar tidak lemas, mengantuk dan tidak mudah lapar saat berpuasa Ramadan.
Ia meyakini, puasa secara fisiologis melatih tubuh dalam pembakaran kalori. Hanya saja, kebiasaan yang masih salah dijalankan oleh masyarakat dalam pemilihan makanan saat buka dan sahur, kemudian memengaruhi kesehatan dan kebugaran tubuh saat menjalankan puasa.