Teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), salah satunya dalam bentuk chatbot, perlahan akrab digunakan di sekeliling kita. Bahkan anak-anak mulai mengenal teknologi baru ini.
Mengetahui hal itu, para orang tua tentu memiliki kekhawatiran bagaimana anak-anak mereka bisa mengelola informasi dan penggunaan chatbot.
Tips Dampingi Anak Menggunakan Chatbot
Perusahaan teknologi Kaspersky akan membagikan tiga tips untuk orang tua, mengenai cara menyeimbangkan risiko dan manfaat chatbot bagi anak-anak dan remaja.
Karena chatbot bisa jadi lawan dan bisa jadi teman.
1. Edukasi
Orang tua perlu mengedukasi tentang keamanan internet pada anak-anak dan remaja, khususnya tentang keamanan dan privasi online.
"Cara ini ampuh untuk mencegah mereka berbagi informasi pribadi kepada orang asing dan chatbot," kata Analis konten web di Kaspersky, Noura Afaneh, dikutip dari Warta Ekonomi, Selasa (17/10/2023).
Baca Juga: Majamojo Akan Rilis Gim Third-Person Shooter 'Mega Zombie' Versi Mobile
2. Menggunakan Chatbot Bersama
Orang tua juga bisa mencoba teknologi chatbot AI bersama dengan anak. Tujuannya, agar orang tua terlibat sejak awal, dan menunjukkan kepada anak-anak mereka bagaimana dan bagaimana tidak menggunakan alat-alat ini.
Tunjukkan contoh yang dapat mereka bicarakan, dan chatbot AI mana yang dapat digunakan atau dihindari.
3. Pengawasan
Sudah seharusnya orang tua juga mengawasi, mengontrol, dan mengatur keamanan privasi dengan solusi keamanan komprehensif.
Orang tua dapat menggunakan aplikasi khusus untuk pengasuhan digital, yang menyediakan perlindungan dan keamanan anak dan remaja saat online.
"Umumnya, fitur yang disediakan mencakup pemfilteran konten yang memblokir situs web tidak pantas, manajemen waktu pemakaian perangkat untuk meningkatkan keseimbangan online yang sehat, penelusuran aman untuk memfilter dan memblokir konten berbahaya. Ada banyak lagi alat yang memungkinkan orang tua merasa aman saat anak-anak mereka menjelajah internet," ungkap Afaneh lebih lanjut.
Baca Juga: Sebelum Ganti Logo, Qualcomm Perkenalkan Snapdragon X Series
Baca Juga: Pembalap Asal Gunungkidul Sapu Bersih 2 Race IATC di Sirkuit Mandalika
Tiga tips singkat mendampingi anak menggunakan chatbot AI di atas, perlu diketahui dan dijalankan orang tua di masa kini. Pasalnya, AI bukan hanya bermanfaat bagi keseharian, harus disadari pula bahwa alat ini justru tidak menyediakan verifikasi usia, alat plagiarisme, bahkan misinformasi.
Bahaya Chatbot untuk Anak dan Remaja
Terdapat sejumlah potensi bahaya yang menunggu anak-anak, ketika penggunaan chatbot tidak diterapkan dengan bijak.
Hal inilah yang kemudian senantiasa mendorong pihaknya selalu mengingatkan, betapa pentingnya bagi orang tua menyadari bagaimana anak-anak menggunakan internet, dan apakah mereka berisiko terhadap privasi data dan penyalahgunaan informasi.
1. Potensi Plagiarisme dan Mempercayai Informasi yang Salah
Dalam kesempatan yang sama, Afaneh mengambil salah satu contoh chatbot AI daring (online) dan mengeksplorasinya dengan singkat, yakni ChatGPT.
ChatGPT tidak memiliki verifikasi usia yang tepat, sehingga memiliki risiko terhadap privasi data anak-anak. Selain itu, ChatGPT dapat menyediakan konten yang sering kali tidak akurat dan keliru dengan cara yang meyakinkan.
"Beberapa siswa mulai menggunakan ChatGPT sebagai alat plagiarisme dan menemukan berbagai referensi palsu untuk artikel yang tidak ada," kata dia.
Afaneh menambahkan, dalam kasus lebih berbahaya, pada awal kehebohan ChatGPT, gadis-gadis remaja bertanya kepada AI tentang rencana diet dan informasi medis terkait. Chatbot tersebut langsung menjawab dengan rencana dan saran, tanpa mengacu pada data medis aktual, melainkan kumpulan informasi acak dari seluruh penjuru internet.
Baca Juga: Honda dan Mitsubishi Bergandengan, Keduanya Kerja Sama di 2 Bisnis Baru Ini
2. Anak Lebih Nyaman Berbagi dengan Chatbot Ketimbang Orang Tua
Kemudian, chatbot MyAI keluaran Snapchat. Dalam penggunaannya, Snapchat mengizinkan pengguna berusia 13 tahun tanpa memerlukan izin orang tua. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang privasi anak-anak dan penyimpanan data mereka oleh aplikasi.
Risiko penggunaan chatbot MyAI, ketika anak-anak kemudian bertindak berdasarkan saran chatbot ini.
"Yang menurut Snapchat sendiri 'mungkin berisi konten yang bias, tidak benar, berbahaya, atau menyesatkan'," ujar Afaneh.
Ini selanjutnya sangatlah berisiko. Karena remaja mungkin merasa lebih nyaman membagikan informasi pribadi dan detail pribadi tentang kehidupan mereka kepada chatbot, dibandingkan kepada orang tua yang dapat membantu mereka.
3. Anak Terjebak dalam Potensi Kekerasan
Afaneh juga menegaskan, terdapat sisi lain chatbot AI yang dirancang khusus untuk hal yang tidak pantas bagi remaja. Misalnya dengan memberikan pengalaman menjalin hubungan romantis dengan bahasa eksplisit.
Ada banyak chatbot AI yang dirancang khusus untuk memberikan pengalaman 'erotis'. Chatbot ini memberikan pengalaman seperti menjalin hubungan romantis kepada penggunanya dengan bahasa eksplisit.
"Meskipun beberapa anak memerlukan verifikasi usia, namun hal ini berbahaya. Beberapa anak mungkin memilih untuk berbohong tentang usia mereka dan pencegahan kasus tersebut tidak cukup," kata Afaneh.
Afaneh mengambil contoh MyAnima, salah satu chatbot AI yang ia uji dengan obrolan-obrolan kasual. Ia mengatakan, ia hampir tidak memerlukan upaya apapun untuk memberikan jawaban seksual tanpa memerlukan verifikasi usia.
Selain itu, alat AI dewasa seperti Botfriend, yang dirancang khusus untuk permainan peran seksual eksplisit, dan yang diperlukan pengguna untuk mulai menggunakannya hanyalah email.