Emisi karbon Indonesia telah meningkat sekitar 140% dalam 20 tahun terakhir.
Sumber lain mengungkap, menurut penelitian dari Oxfam International, konsumsi energi di Indonesia telah meningkat sebesar 62,55% sejak 1990 hingga 2014, dengan penggunaan listrik yang meningkat sepuluh kali lipat dalam dua dekade terakhir.
Emisi karbon adalah jumlah emisi karbon atau gas rumah kaca (GRK) yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia dalam kurun waktu tertentu. Emisi karbon memiliki dampak yang merugikan bagi lingkungan dan kehidupan di bumi.
Baca Juga: Cara Supermom dalam Mempertahankan Ratusan Klien Fortune Mereka
Mengurangi emisi karbon sangatlah penting, karena hal ini memiliki implikasi negatif terhadap banyak aspek kehidupan di bumi, termasuk kualitas udara. Jadi, bagaimana cara kita mengurangi emisi karbon? Berikut ini tips dari Jejakin, salah satu startup climate tech Indonesia.
Kurangi, gunakan kembali, daur ulang (reduce, reuse, recycle)
Ini adalah langkah yang bisa dikatakan 'susah susah gampang' untuk menekan emisi karbon.
Mengurangi berarti mengurangi konsumsi bahan yang menghasilkan karbon, seperti mengurangi sampah makanan.
Menggunakan kembali berarti menggunakan barang sekali pakai beberapa kali, seperti menggunakan plastik atau botol kaca untuk keperluan lain. Meski demikian, jangan lupa untuk mengecek jenis plastik dan logo di kemasan tersebut. Keterangan itu memberikan informasi perihal bisa tidaknya kemasan itu untuk digunakan berulang.
Terakhir, mendaur ulang berarti mengubah sampah atau barang yang sudah tidak terpakai menjadi produk baru.
Jika kamu tidak bisa mendaur ulang sendiri, maka kumpulkan barang tersebut ke bank sampah atau pengepul. Mereka akan membantu kita untuk mengolah sampah itu menjadi produk lebih berarti.
Beralih ke produk buatan lokal
Produk impor mengalami perjalanan panjang untuk sampai ke tangan kita, melibatkan berbagai komponen yang berkontribusi terhadap jejak karbonnya. Tentu saja, tak terkecuali dengan proses transportasi yang menggunakan bahan bakar tertentu.
Oleh karena itu, mengurangi pembelian produk impor dan beralih ke produk lokal sangatlah penting.
"Selain mengurangi emisi karbon yang terkait dengan transportasi produk, kita juga dapat mendukung pertumbuhan ekonomi lokal," ungkap Jejakin, dilansir Kamis (17/10/2024).
Perhatikan makanan yang dikonsumsi
Sampah makanan berperan penting dalam menghasilkan gas metana, salah satu gas rumah kaca yang berkontribusi terhadap pemanasan global. Oleh karena itu, kita bisa lebih berhati-hati saat membeli, mengolah, dan mengonsumsi makanan.
Selain itu, kita dapat mengubah sampah organik menjadi kompos alami, yang membantu mengurangi emisi karbon yang dilepaskan ke atmosfer.
Baca Juga: Spek Lengkap Realme 13 Plus 5G, Ponsel Gaming dengan Chip MediaTek Dimensity 7300
Baca Juga: Realme 13 5G dan TWS Buds T310 Resmi Dilansir di Indonesia, Segini Harganya
Selain membuat sisa makanan sebagai pupuk, kita juga bisa memprosesnya menjadi eco enzyme.
Eco enzyme merupakan produk fermentasi dari limbah organik dapur seperti sisa buah dan sayuran.
Eco enzyme memiliki banyak manfaat, di antaranya sebagai pupuk organik, pembersih alami, dan pengurai limbah organik.
Menyadur laman Zero Waste Indonesia, eco enzyme atau dikenal juga enzim sampah, bisa dihasilkan lewat fermentasi limbah dapur organik seperti ampas buah dan sayuran, gula (gula coklat, gula merah atau gula tebu), dan air. Warnanya coklat gelap dan memiliki aroma fermentasi asam manis yang kuat.
Melansir dari laman Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, pembuatan eco enzyme dilakukan dengan rumus 1:3:10, yakni 1 bagian gula merah/molase, 3 bagian sampah organik (kulit buah/sayur yang tidak keras, tidak berlemak, tidak bergetah dan tidak busuk), dan 10 bagian air.
Beralih ke transportasi umum
Kendaraan pribadi merupakan penyumbang emisi gas rumah kaca yang signifikan. Hal ini dikarenakan sebagian besar kendaraan pribadi masih menggunakan bahan bakar fosil.
Maka, alih-alih menggunakan kendaraan pribadi, pilih transportasi umum yang tersedia di daerah kita. Selain itu, jika memang lokasi yang dituju berjarak cukup dekat, pilih berjalan kaki.
Menghemat penggunaan listrik
Di Indonesia, pembangkit listrik masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil, sehingga menambah emisi karbon di atmosfer.
Maka, cara yang bisa ditempuh untuk menghemat listrik adalah dengan mencabut sambungan listrik dari perangkat saat tidak digunakan.
"Meskipun pendekatan ini mungkin terlihat kecil dan sederhana, namun dapat membawa perubahan yang signifikan. Kuncinya adalah konsisten dalam upaya kita, dimulai dari diri kita sendiri. Selain itu, kita juga bisa mengajak orang-orang di sekitar kita untuk ikut mengurangi emisi karbon," demikian uraian Jejakin.
Baca Juga: Sah! Startup Healthtech Good Doctor Indonesia Diakuisisi oleh WhiteCoat Global