Ekonomi dunia tengah dilanda kekhawatiran akan terjangan badai resesi, yang konon datang pada 2023, yang artinya hanya sekitar dua bulan lagi. Kondisi ini kian terasa semakin dekat, ketika Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan sepertiga ekonomi di dunia telah mengalami resesi atau pertumbuhan negatif selama dua kuartal berturut-turut. Hal itu tentu mulai membuat para investor di Indonesia,-atau mungkin kita-, merasa was-was dengan kondisi perekonomian di tanah air.
Namun demikian, ada cara yang bisa kita lakukan ketimbang tenggelam pada ketakutan atau kekhawatiran berlebihan akan kondisi ini. Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga (UNAIR), Made Gitanadya Ayu Ariani mengingatkan kepada para investor untuk tetap tenang menghadapi isu resesi global 2023.
Menurut dia, kondisi ini, lanjut Made, justru dapat menjadi momen terbaik untuk berinvestasi khususnya di pasar saham.
“Untuk 2023 saat memang krisis, (investor) di pasar saham sebaiknya tetap tenang. Karena saya percaya yang dikatakan oleh Warren Buffet bahwa, be fearful when others are greedy be greedy when others are fearful,” kata dia, seperti dikutip dari laman universitas, Rabu (2/11/2022).
Meski demikian, Made menyarankan kepada para investor di pasar saham agar tidak terlalu agresif serta jangan FOMO (Fear Of Missing Out) atau terprovokasi orang lain saat membeli saham. Karena hal tersebut, dapat menyebabkan kita terperangkap pada saham gorengan atau saham yang harganya sudah dimanipulasi dan bisa tidak laku terjual nantinya.
"Tetap lihat fundamental perusahaan, tetap jangan lupa untuk take profit,” jelasnya.
Made juga menyebut beberapa saham yang sekiranya akan bertahan di tengah adanya resesi. Saham tersebut,sambungnya, ada pada sektor energi dan perbankan.
"Sektor perbankan terbilang aman, karena usaha perbankan di Indonesia diatur dan diawasi sangat ketat oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Terlebih saham-saham blue chip atau saham dari perusahaan besar yang memiliki pendapatan stabil," terang Dosen Departemen Manajemen UNAIR itu.
“Tetap paling aman saat resesi, kembalilah ke saham blue chip, di LQ45 misalnya atau saham BUMN. Karena jika ada apa-apa pasti akan di-bailout oleh pemerintah,” lanjut dia.
Meski demikian, Made menyebut portofolio investasi yang baik adalah yang terdiversifikasi. Bukan hanya terdiversifikasi produk namun juga sektor usahanya.
Selain investasi saham, investasi emas bisa diprioritaskan saat terjadi resesi. Karena menurutnya emas merupakan instrumen yang stabil.
“Saya menyarankan kalau untuk di masa resesi, tetap paling aman memegang emas. Karena justru harganya naik, emas sekarang harganya naik ke sekitar Rp800.000, setelah sempat turun ke Rp780.000 per gram. Saat krisis orang akan kembali ke instrumen paling aman yaitu emas," tandas Made.
Tertarik Ingin Investasi Saham?
Laman Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia (OJK RI) mengungkap, ada beberapa pengetahuan awal mengenai dunia investasi saham, yang bisa dipelajari oleh kita yang ingin memulai investasi saham. Tentunya bisa dimulai dari pengetahuan dasar, yaitu kapan harus membeli dan kapan harus menjual saham.
Dua poin itu bisa dilihat berdasarkan analisis fundamental dan teknikal.
1. Analisis fundamental mengacu pada analisa melalui pendekatan kondisi ekonomi, politik, atau bahkan melihat tren perkembangan usaha yang ada. Analisis ini salah satunya bisa dilihat dari laporan keuangan.
2. Analisa teknikal, merupakan analisa saham melalui pendekatan pergerakan saham itu sendiri pada suatu rentang waktu. Termasuk di dalamnya adalah harga dan fluktuasinya, serta informasi mengenai titik tertinggi dan terendah dari suatu saham. Tetapi, harga di sini bukan semata-mata harga yang murah. Tetapi harga saham dari perusahaan yang pantas untuk dibeli.
Selanjutnya, terdapat hal-hal yang perlu kita perhatikan sebelum membeli saham antara lain adalah profil dan tingkat likuiditas perusahaan, fluktuasi di Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), tren market, Return of Equity (ROE) atau laba dari investasi pemegang saham di perusahaan tersebut, sales atau penjualan, dan Earning per Share (EPS) Growth.
Tiga Strategi Membeli Saham
1.Buy On Weakness, yaitu membeli ketika harga saham sudah turun ke level tertentu yang aman untuk dibeli.
2.Buy If/On Breakout, yaitu membeli ketika harga saham berhasil menembus level tertentu atau naik menembus resistance (level tertingginya).
3.Buy on Retracement yaitu membeli saham setelah terjadi breakout atau harga bawah.
Fyi, saham yang berhasil breakout pada umumnya akan langsung mengalami kenaikan.
Tapi, bagaimana kalau harga turun? Mengambil langkah cut loss bisa jadi pertimbangan. Walau secara kasat mata kesannya kita rugi, tetapi keputusan cut loss bisa mencegah kita mengalami kerugian yang lebih besar lagi. Karena tidak menutup kemungkinan harga saham yang kita pegang itu justru terus turun.