Siapa yang tidak asing lagi dengan nama Kabupaten Garut? Daerah ini terkenal dengan kudapan dodolnya, kerajinan kulit dan wisata alam. Tapi kekinian, nama Garut juga akrab di telinga pecinta seblak dan bakso aci.
Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Tenggara, berada pada koordinat 6º56’49 – 7 º45’00 Lintang Selatan dan 107º25’8 – 108º7’30 Bujur Timur.
Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Sumedang di utara; Kabupaten Tasikmalaya di timur; Samudera Hindia di selatan; serta Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bandung di barat.
Laman Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Garut menyatakan, sebagian besar wilayah kabupaten ini adalah pegunungan. Kecuali di sebagian pantai selatan berupa dataran rendah yang sempit.
Di antara gunung-gunung di Garut adalah: Gunung Papandayan (2.262 m) dan Gunung Guntur (2.249 m), keduanya terletak di perbatasan dengan Kabupaten Bandung, serta Gunung Cikuray (2.821 m) di selatan kota Garut.
(
Kali ini, kita akan berkenalan dengan Gunung Papandayan. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat menyebut, gunung ini terletak di Desa Sirna Jaya dan Kramat Wangi, Kecamatan Cisurupan.
Ada dua jalur yang biasa digunakan dalam mendaki. Pertama adalah jalur Cisurupan dan kedua jalur Pengalengan. Jalur Cisurupan termasuk cukup mudah dilalui, sehingga menjadi pilihan bagi para pendaki pemula karena treknya relatif lebih aman.
Perjalanan Menantang Sejak Awal
Memulai perjalanan dari Garut Kota, kita akan menempuh jarak sekitar 30 Kilometer menuju gunung berapi aktif tersebut.
Perjalanan dari Kabupaten yang memilik ibukota bernama Tarogong Kidul ini, membutuhkan kemampuan berkendara yang baik.
Medan di area perkotaan mungkin sangat mulus dan landai. Tetapi semakin mendekat ke jalur menuju tempat wisata alam Gunung Papandayan, kita akan disambut dengan medan menantang.
Jalanan dengan banyak aspal yang terkelupas, berlubang, tidak rata dan kontur menanjak harus dihadapi dengan sabar dan keterampilan mumpuni.
Jalan yang tidak terlalu lebar juga memberikan pengalaman seru. Apalagi bila di tengah jalan kita menjumpai kendaraan yang sedang parkir atau melintas dari arah berlawanan. Maka, tidak ada salahnya kalau ingin menyewa kendaraan sewa dengan pengendara warga asli ya.
Semakin mendekati pintu masuk, jalanan mulai halus dengan pemandangan pohon dan vegetasi khas di kiri kanan. Kalau beruntung, bisa melihat burung berbulu warna-warni yang beterbangan.
Tarif masuk wisata Papandayan sebesar Rp20.000 untuk wisatawan umum berusia dewasa dan Rp18.000 untuk pelajar. Wisatawan mancanegara akan dikenakan tarif berbeda.
Biaya masuk per orang ini bukan harga mutlak ya. Dalam artian, ketika kamu membawa kendaraan pribadi, maka tarif itu akan ditambah lagi menyesuaikan jenis kendaraanmu. Plus asuransi keselamatan pula, akan disematkan di dalamnya.
Yang Estetik Bukan Hanya Hutan Mati
Gunung Papandayan adalah gunung api aktif jenis strato berketinggian 2662 mdpl.
Dalam sejarah, gunung ini meletus beberapa kali. Yakni 12 Agustus 1772, 11 Maret 1923, 15 Agustus 1942, 11 November 2002.
Karena aktivitasnya itu, di ketinggian tertentu tanaman tidak dapat hidup bahkan mati terbakar. Kandungan belerang yang tinggi juga jadi halangan tersendiri bagi tanaman untuk terus bertumbuh.
Fenomena alam itu pula yang kemudian membuat Papandayan selama ini tersohor dengan keberadaan hutan matinya. Batang pohon berwarna hitam tanpa daun, berjejer dengan tidak terlalu teratur. Dengan sudut pengambilan gambar yang pas, hutan mati ini nampak indah.
Bagi kamu yang ingin menghabiskan akhir pekan dengan mendaki gunung, gunung ini bisa masuk pilihan destinasimu bukan hanya karena hutan matinya.
Ada banyak spot eksotis di sana. Bahkan jalan menanjak yang di tepi kanan kirinya terdapat suagi, puspa, saninten, dan vegetasi gunung lain, memberikan pemandangan sedap dipandang mata.
Sebelum mendaki, petugas pengelola wisata akan menawarkan pilihan kepada wisatawan yang datang. Ingin mendaki gunung, berkemah di spot Ghober Hoet; berburu sunset dan sunrise; sekadar menikmati kolam pemandian air panas; atau hanya ingin rebahan dalam cottage, di tengah udara sejuk pegunungan. Semua pilihanmu ada fasilitas pendukungnya.
Jangan salah, pecinta olahraga trail run dan sepeda gunung, dimanjakan pula dengan topografi serta kontur tanah bebatuan yang gahar menawan.
Definisi Destinasi Komplit: Pemandangan Indah, Toilet Bersih, Tempat Istirahat di Sepanjang Jalur Pendakian
Jika kamu sudah berada di ketinggian dan mulai menginjak tanah berwarna pucat dengan bebatuan keras. Kamu bisa melihat sungai kecil yang mengalirkan air hangat dari kawah. Gemericiknya menenangkan telinga yang selama sepekan penat dengan hiruk-pikuk perintah kerja dan tugas-tugas.
Awalnya, air sungai itu berwarna putih susu karena tingginya kandungan belerang. Ketika ia mengalir ke kawasan yang jauh lebih rendah, air menjadi berwarna jernih. Tidak lagi panas, tetapi menjadi hangat.
Meneruskan langkah kaki ke atas, kamu akan disambut dengan kawah berasap dan bau belerang mulai cukup mengganggu. Tetapi, aromanya tidak sekuat bila kamu berada di Kawah Sikidang, Jawa Tengah atau Kawah Ijen, Jawa Timur.
Kamu fans berat bunga edelweiss? Teruskan mendaki sampai spot Pondok Saladah. Di sanalah 'surga' edelweiss berada. Ingat, jangan dipetik ya. Cukup dinikmati dalam memori atau abadikan dalam foto dan video.
Spot yang di atas tadi kami sebut Ghober Hoet, hutan mati, area berkemah semua ada di jalur setelahnya.
Di tengah pendakian, kamu tidak perlu khawatir tak menemukan tempat istirahat saat kelelahan, apalagi sampai bingung kala ingin buang air.
Sejumlah toilet bersih tersedia di sepanjang jalur pendakian. Tidak banyak, namun tepat berada di 'pos-pos'-nya.