Techverse.asia - Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tak hanya dikenal sebagai kota pendidikan. Namun, juga sebagai destinasi wisata karena memiliki pantai hingga gunung api.
Belum lengkap rasanya apabila berlibur ke Yogyakarta tetapi tidak mencoba aneka kuliner yang ada. Masyarakat sudah tidak asing dengan makanan seperti gudeg atau bakpia. Namun, masih banyak makanan melegenda lainnya yang patut dicicipi. Untuk urusan harga tak perlu khawatir karena harganya ramah di kantong.
Gudeg terbuat dari nangka muda yang dimasak dengan santan. Perlu waktu berjam-jam untuk membuat hidangan ini.
Warna coklat biasanya dihasilkan oleh daun jati yang dimasak bersamaan. Pada dasarnya gudeg memiliki rasa yang cenderung manis. Gudeg biasanya disajikan dengan kuah santan kental (areh), ayam kampung, telur, tahu dan sambal goreng krecek.
Sentra gudeg di Yogyakarta yaitu ada di Wijilan, Kota Jogja. Jangan khawatir tidak kebagian karena beberapa pedagang gudeg ada yang berjualan 24 jam.
Bakpia
Bakpia sejatinya adalah makanan khas Tiongkok, tetapi bisa menjadi makanan khas Yogyakarta disebabkan orang Tionghoa yang tinggal di Yogyakarta lalu terjadi asimilasi budaya. Awalnya isi di dalam bakpia ialah daging babi.
Namun, karena banyak masyarakat Yogyakarta yang beragama Islam maka isinya diganti dengan kacang ijo, coklat, atau kumbu seperti yang dijual saat ini. Bakpia dahulu menjadi salah satu camilan kala menggelar arisan.
Kulit bakpia dibuat dari campuran gula dan garam yang diaduk dalam air hingga larut lalu dibentuk menjadi adonan dengan menambahkan tepung terigu. Adonan kulit bakpia kemudian diberi isian dan dibentuk bulat pipih kemudian dipanggang sekurangnya 20 menit.
Sate Klathak
Sate Klatak merupakan sate kambing yang berasal dari Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, DIY. Dalam bahasa Jawa, kegiatan membakar sate di pembakaran terbuka disebut 'klathak'.
Sate ini sangat berbeda dari ragam sate lainnya, yang biasanya memakai garam dan lada sebagai bumbu utamanya. Tusukan yang dipakai untuk memanggang dan membakar terbuat dari besi, tak seperti sate lainnya yang memakai tusukan bambu. Tusukan besi sebagai konduktor penghangat akan membuat daging lebih masak dari bagian dalam.
Sate tersebut biasanya disajikan dengan gulai. Gulai kaya akan rempah-rempah, terkadang dimasak dengan tulang lembu, dan direbus memakai api kecil selama sekitar 30 menit.
Tiwul
Tiwul adalah makanan pengganti nasi yang berasal dari Kabupaten Gunungkidul, DIY. Tiwul dibuat dari singkong atau ketela pohon. Awal kemunculan makanan ini diduga saat masa penjajahan Jepang.
Penjajahan membuat masyarakat tidak mampu memasak nasi sehingga mencari alternatif makanan lainnya. Alhasil muncullah Tiwul sebagai pengganti nasi.
Mie Lethek
Dalam Bahasa Jawa, Mie Lethek berasal dari kata lethek yang artinya kusam atau kotor. Ini merujuk pada warna mienya yang berwarna keabu-abuan. Warna ini dihasilkan dari bumbu-bumbu yang digunakan saat memasaknya.
Mie Lethek diperkirakan muncul pada tahun 1920-an. Kala itu seorang pengusaha asal Yaman, Timur Tengah yang bernama Umar mendirikan usaha mie lethek.
Mie Lethek biasanya diolah menjadi mie rebus atau mie goreng. Biasanya disajikan bersama telur bebek atau telur ayam kampung, suwiran ayam, dan sejumlah sayuran.
Geplak
Geplak adalah makanan khas Kabupaten Bantul yang terbuat dari parutan kelapa dan gula pasir atau gula jawa, yang rasanya manis. Ada pula yang menyebutnya sebagai makanan Betawi dengan tambahan bahan berupa tepung beras dan daun jeruk purut.
Bentuknya pada umumnya bulat dan berwarna-warni. Sangat mudah untuk menemukan geplak di Yogyakarta, karena hampir semua toko oleh-oleh menjualnya. Untuk harga juga tak terlalu mahal, bahkan kamu bisa membeli dengan hitungan gram.